"Daddy mau pergi?"Seorang gadis muda memeluk manja ayahnya dari arah belakang. "Pasti mau kencan ya??" Pria paruh baya itu serta merta tertawa pelan sembari membalikkan badan untuk berhadapan dengan putrinya."Jangan mengada-ada, Kendra. Daddy cuma ada janji dengan klien," sahut ayahnya sembari mengecup sayang kening gadis muda itu. "Dan dia laki-laki, by the way. Jadi hilangkan prasangkamu itu, Sweetheart." Kendra pun serta merta memajukan bibirnya cemberut. "Kenapa harus laki-laki sih, Dad? Padahal aku sudah berharap Daddy akan bertemu dengan wanita cantik," cetusnya penuh harap, yang dibalas dengan usapan lembut ayahnya di ubun-ubun gadis itu. "Daddy sudah terlalu tua untuk berkencan, Kendra. Siapa yang mau dengan pria tua yang tak menarik ini?" "No! Siapa bilang Daddy-nya Kendra tua dan tidak menarik? Pasti orang itu matanya sudah rusak!!" cetus gadis itu, yang membuat Daddy-nya kembali tertawa."Apa aku boleh ikut, Dad? Aku janji tidak akan mengganggu pertemuan Daddy kok."A
Katya menarik dua lembar tissue dari dinding di sampingnya untuk membasuh wajahnya yang basah. Sekarang setelah ia membersihkan sisa-sisa make up, wajahnya pun terlihat lebih bersih, tak ada lagi lipstik yang belepotan seperti sebelumnya.Gadis itu lalu merapikan sedikit rambutnya yang tergerai bebas di punggung serta memeriksa kerapihan busana yang ia kenakan, sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar kecil untuk wanita."Sudah selesai?" Gaffandra dengan senyumnya yang terkembang di bibir menyambut Katya yang baru muncul. Katya mengangguk. "Lama ya? Maaf." "Nggak masalah," sahut Gaffandra sembari memandangi Katya yang tak lagi mengenakan make up karena telah dihapus oleh gadis itu. Jika sebelumnya dia terlihat dewasa dan sensual dengan dandanan di wajahnya, kini Katya terlihat lebih polos. Lebih imut, tapi sama seksinya. Gaffandra tersenyum, dan menghadiahkan sebuah kecupan lembut di ujung hidung Katya sebagai apresiasi untuk keindahan yang memanjakan matanya, s
"Akulah ayahmu, Katya! Dan kamu adalah putriku!" FLASHBACK YANG TERJADI SEBELUMNYASejujurnya, Gaffandra cukup terkejut ketika menyaksikan bagaimana Andrew yang tiba-tiba memeluk Katya dan mengakui identitas dirinya dengan begitu cepat.Pria paruh baya itu bahkan tersedu penuh keharuan saat mengucapkannya, membuat Gaffandra yakin bahwa Katya sesungguhnya bukanlah putri yang dibuang oleh ayahnya.Gaffandra bahkan memperhatikan dengan seksama bagaimana pandangan Andrew bergetar saat menyebutkan nama ibu kandung Katya, yakni Binar Rahayu.Seolah nama itu memiliki makna yang mendalam bagi pria paruh baya itu. Mungkin tak salah juga, karena menurut Andrew, Binar adalah mantan sekretarisnya.Selain sikap impulsif Andrew yang langsung memeluk Katya dan mengakui bahwa dia adalah ayahnya, satu hal lagi yang di luar prediksi Gaffandra, yakni reaksi Katya.Gadis itu sangat terkejut, tentu saja. Dipeluk oleh pria asing yang tiba-tiba mengakui bahwa dirinya adalah ayahmu, sungguh suatu hal yang m
"Gaffandra!!" Pria itu menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Tampak seorang gadis melambaikan tangan sambil tersenyum.Kendra Harrison.Sesuai dengan isi chat semalam, Gaffandra menemui Kendra di sebuah cafe yang tak begitu jauh dari kantornya. Gaffandra memang sengaja mengatur pertemuannya dengan Kendra di tempat yang netral tanpa embel-embel pekerjaan.Pria bersurai gelap itu pun melangkahkan kakinya menuju meja dimana Kendra berada, lalu ikut duduk di seberang gadis itu saat dipersilahkan."Halo Kendra, apa kabar?" Pria itu mengulurkan tangannya kepada Kendra sambil tersenyum. "Dan bagaimana dengan Andrew?" "Kabarku baik. Sedangkan Daddy... dokter menyuruhnya untuk bedrest seharian ini agar perasaannya lebih tenang," sahut Kendra.Gaffandra mengangguk mengerti. "Maaf kalau semalam aku tidak kembali lagi ke nightclub," ucapnya meminta maaf, namun ia tidak mengatakan bahwa Katya-lah yang meminta."It's okay, Gaffandra, aku mengerti. Kamu pasti mencemaskan pacarmu itu kan?" Kend
Harum.Diam-diam Katya tersenyum sambil menghirup aroma bunga mawar putih yang terbungkus kertas buket mengkilat berwarna hitam. Perpaduan yang kontras juga sekaligus terlihat mewah dan elegan. Feminin sekaligus maskulin. Bahkan kertas hitam itu seolah bukan saja membungkus bunga mawar putih yang rapuh, tapi juga menjaganya. Sangat Gaffandra sekali.Katya melirik ke arah pria yang sedang asyik melahap makanan yang ia masak dan bawa dari rumah. Gadis itu pun kembali tersenyum melihat isi lunch box yang hampir tandas oleh Gaffandra. Sebenarnya bisa saja pria ini membeli makanan mahal yang jauh lebih enak dari resto mewah dengan Chef-nya yang bertaraf Internasional. Tapi Gaffandra malah meminta Katya memasak dan membawanya ke kantor setiap hari. "Kamu nggak makan?" Pria bersurai hitam itu bertanya dengan nada heran kepada Katya yang sejak tadi hanya diam sambil menggenggam buket bunga.Katya menggeleng pelan. "Nanti saja. Aku masih kenyang," sahutnya. "Pak?""Ya, Katya?""Makasih y
"Sudaah... ampuun!!" Sejak tadi Katya terus memekik dan tertawa karena tak bisa menahan geli, akibat Gaffandra yang tak hentinya menggelitik pinggang, leher serta telinganya.Gaffandra menggunakan jemarinya untuk menggelitik pinggang Katya, dan ujung lidahnya untuk menjilati kulit leher dan lekuk telinga Katya.Ia tahu Katya tidak tahan jika tiga bagian sensitif itu disentuh, dan Gaffandra memang sengaja melakukannya karena ingin menghukum Katya."Pak... please. Aku nggak tahan..." Napas gadis itu sampai terengah karena tak sanggup lagi menahan merinding."Tapi aku masih ingin menghukum kamu, Baby Girl..." goda Gaffandra yang kini telah memindahkan bibirnya dari leher Katya untuk memagut bibir gadis itu dengan kecupan yang selembut kapas."Uhm..." Katya pun mengguman pelan, saat kecupan pria itu semakin mendalam namun tanpa menanggalkan seluruh kelembutannya. Jemari Gaffandra yang semula menggelitik Katya, kini telah berubah menjadi membelai pinggang ramping gadis itu dengan gerakan
Udara kota Jakarta pagi ini yang masih terasa agak dingin setelah hujan semalam, tampaknya tak menyurutkan semangat serta niat Katya untuk berolah raga di dalam air. Penthouse yang ia tinggali ini memang memiliki kolam renang berukuran sedang dan menyatu dengan bagian balkon depannya. Pagi ini Katya terlihat manis sekali, ia mengenakan busana renang bikini two piece berwarna pink lembut yang sangat serasi dengan warna kulitnya yang juga putih bersih. Meskipun bikini, namun di bagian atas yang berbentuk draperi membuat gelombang-gelombangnya sedikit menutupi lekuk dada, sehingga membuat Katya lebih terlihat imut dan lembut. Ditambah bagian bawah bikini yang ia kenakan sebenarnya lebih pantas disebut hot pants tipis karena ukurannya yang lebih lebar hingga menutupi setengah perut dan pangkal paha. Gadis itu melangkah menuju ke balkon Penthouse bersama Gaffandra yang memeluk pinggangnya, sambil mendengarkan Katya yang asyik berceloteh dengan riang tentang apa saja. Rasanya menyenang
"Kamu nggak apa-apa, Baby Girl?"Katya menolehkan wajahnya ke arah Gaffandra, tanpa sadar memperlihatkan bayang-bayang kecemasan yang terlukis cukup jelas di sana. Meskipun ingin menyembunyikan perasaannya, namun Katya tak bisa menampik bahwa ia sesungguhnya sangat gelisah.Manik coklatnya terlihat tidak fokus dan berkaca-kaca, napasnya pun tampak tak beraturan."Hei, it's okay." Gaffandra meremas lembut jemari lentik yang ia genggam, lalu mengangkat dan menempelkannya ke bibirnya untuk dikecup. "Atau kamu mau pulang saja? Nggak apa-apa kalau memang kamu belum siap untuk bertemu dengan Andrew sekarang, Katya. Kita pulang ya?"Saat ini Katya tengah berada di dalam mobil mewah milik Gaffandra, yang melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya. Malam ini adalah malam yang sudah ditentukan untuk pertemuan kedua antara Katya dan Andrew, tentunya dengan atas persetujuan Katya.Namun kini gadis itu justru terlihat ragu. Katya pun tak mengerti dengan apa yang ia rasakan, mengapa mendadak ras