**Beberapa saat sebelumnya**Gaffandra mengekori Olivia yang berjalan lebih dulu di depannya. Sesampainya di sebuah pintu berwarna kuning, wanita itu pun membukanya dan mempersilahkan Gaffandra masuk terlebih dahulu. Ternyata wanita itu membawanya ke sebuah ruangan yang lebih kecil mirip untuk jamuan yang lebih privasi dengan sofa-sofa panjang untuk enam orang. "Apa hal penting yang mau kamu bicarakan?" ujar Gaffandra sembari melirik jam tangannya dengan malas. Ia tidak terlalu tertarik bicara dengan Olivia, dan sejujurnya ia agak cemas memikirkan Katya yang berada di luar sana sendirian.Gaffandra sangat terkejut ketika merasakan sebuah pelukan dari arah belakangnya, dengan dua buah tangan ramping yang terlulur melingkari hingga ke depan tubuhnya. "Oliv, lepas.""Tidak, sebelum kamu cium aku." Gaffandra menggeram gusar dan menarik kedua tangan Olivia dari tubuhnya, lalu ia pun berbalik dan berhadapan dengan wanita itu.Namun betapa terkejutnya Gaffandra, ketika melihat Olivia yan
'Aarrggh!! Kenapa Gaffandra main serang aja di saat aku sama sekali belum siap, sih?!'Dalam hati, Katya pun mengutuk pria itu dengan segala keberadaannya yang menyusahkan.Oke. Gaffandra memang telah banyak membantunya menyelesaikan banyak masalah, tapi pada akhirnya malah membuat Katya semakin terjerat ke dalam masalah yang semakin runyam.Seperti di dalam lubang yang tak ada jalan keluar, itu yang dirasakan Katya sekarang. Ia berusaha menjauhkan wajahnya, tapi cengkeraman Gaffandra di tengkuknya sekuat besi. Katya mencoba untuk mendorong dada bidang penuh otot keras itu agar ciuamn mereka terlepas, namun tenaganya sama sekali tidak membuat pria itu bergeming.Katya bermaksud menginjak kaki Gaffandra dengan ujung runcing heels-nya, tapi ia benar-benar terperanjat saat merasakan Gaffandra sedikit mengangkat tubuhnya ke atas, hingga kaki Katya berada beberapa senti di atas lantai!Gadis itu pun akhirnya hanya bisa menggerak-gerakkan kakinya untuk menendang tulang kering pria itu, tapi
"Selamat Malam, Tuan Gaffandra."Pria bersurai hitam itu tersenyum kepada pria paruh baya yang juga kepala pelayan di Mansion miliknya, yang barus saja membukakan pintu mobil dan menyapanya."Malam juga, Pak Yuda." Gaffandra keluar dari pintu mobil yang terbuka. "Aku membawa seorang gadis di kursi sebelah. Dia sedang tidur, jadi tolong sampaikan kepada semuanya agar jangan berisik.""Baik, saya akan bukakan pintunya." Pak Yuda bergegas menuju pintu penumpang, lalu membukakan pintunya. Seorang nona muda bergaun hitam terlihat sedang tidur dengan sangat pulasnya bersandar di kursi. Pria itu segera menyingkir saat Gaffandra telah tiba, dan terlihat membungkuk dan memasukkan setengah badannya untuk menggendong si nona muda.Pak Yuda sengaja berjalan di depan Tuannya, untuk memberi tahukan kepada para pelayan agar tidak perlu menyapa Gaffandra.Saat mereka menaiki tangga lebar berlapis karpet tebal yang menuju ke lantai dua, beberapa kali Pak Yuda mengawasi Tuannya yang masih menggendong
Uh, panas...Katya memejamkan erat kedua kelopak matanya, dengan kesepuluh jemarinya yang mencengkram erat seprai sutra hingga kusut di telapak tangannya.Perasaan seintens dan sepanas ini begitu asing, seolah ada api yang membakar kulitnya dengan kobaran tak kasat mata yang menyala-nyala. Katya tak sanggup lagi menahan lenguhan lirih yang lolos dari bibirnya, saat perpaduan seluruh elemen menggoda yang dilakukan Gaffandra membuat seluruh pembuluh darahnya seperti ingin meledak.Tanpa sadar gadis itu menjambak kuat rambut lebat pria itu agar menjauh dari bagian bawah tubuhnya, karena Katya merasa seperti ada sesuatu yang ingin mengalir keluar. Ia ingin menutup kedua pahanya yang membuka lebar karena ditahan oleh Gaffandra, takut sesuatu yang akan keluar itu akan mengenai wajah Gaffandra yang sejak tadi terus berada di sana. Katya mendesah dengan napas yang menderu dan memburu saat merasakan aliran seperti air yang membasahi pahanya.Ia tak sempat menutup pahanya, karena Gaffandra m
Dingin. Katya menghela napas pelan dan dalam, sebelum akhirnya ia membuka matanya perlahan. Mimpi buruk semalam masih mempengaruhinya hingga agak kesulitan untuk tidur sesudahnya.Tapi akhirnya ia pun dapat terlelap kembali setelah memeluk leher Gaffandra dan lelaki itu memeluk pinggangnya. Posisi seperti itu entah kenapa membuat Katya merasakan nyaman dan pulas terlelap. Namun ia sekarang merasakan kedinginan karena hembusan angin dari pendingin ruangan yang langsung menerpa kulitnya, dan tak ada lagi Gaffandra yang memeluknya. Ugh, selimut dimana sih??Sedetik kemudian ia pun baru tersadar dengan apa yang telah terjadi semalam, setelah merasakan perih yang terasa sedikit menyengat di bagian bawah tubuhnya. Katya bergerak perlahan untuk duduk sambil meringis menahan nyeri, dan mendesah lega saat akhirnya ia berhasil bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang ia tahan menutupi dadanya."Aahh... Gaffandra sialan..." rutuknya pelan. Rupanya sesakit ini rasanya saat keperawana
Katya hanya menatap punggung pria itu sembari memicing kesal. Tadinya ia hendak mengkonfrontasi Gaffandra, tapi Katya terlalu malu untuk bertengkar di depan pelayan yang menatapnya sambil tersenyum.Sekarang saja rasanya ia sudah ingin menbenamkan wajahnya di tanah seperti burung unta, karena ia pasti terlihat seperti wanita nakal karena berada semalaman di kamar Gaffandra."Maaf Nona, perkenalkan nama saya Asti," si pelayan memperkenalkan diri dengan sopan kepada Katya, ketika Gaffandra telah menghilang ke balik pintu kamar mandi."Halo, Asti. Namaku Katya."Asti mengangguk. Sebenarnya sejak semalam ia pun sudah mengetahui nama Nona Muda cantik yang digendong Tuan Gaffandra dan dibawa masuk ke dalam kamarnya.Pelayan itu refleks mengambil sisir sikat dan meminta Katya untuk duduk di kursi depan cermin. Dengan hati-hati, Asti menyisir rambut coklat kemerahan dengan ikal-ikal lembutnya yang masih basah itu. Katya memejamkan matanya selama beberapa detik untuk menikmati sapuan sisir y
"Ririn sudah sadar dan sehat, dampak dari operasi membuatnya tak bisa sadar dalam waktu yang lama. Tadi dia menanyakanmu, tapi Ibu sudah bilang kalau kamu sedang sibuk bekerja bersama Pak Gaffandra." Katya hanya bisa meringis mendengar perkataan Bu Sadna melalui sambungan telepon padanya. Ini pasti dalih Gaffandra yang mengatakan bahwa ia bekerja untuk pria itu agar tidak perlu repot-repot menjelaskan kemana Katya yang tidak pulang semalaman."Syukurlah kalau Ririn sudah sehat. Terus Bayu gimana, Bu? Maaf aku tidak bisa bergantian menjaga di rumah sakit," cetus Katya yang seketika merasa sangat bersalah kepada ibu asuhnya itu."Ibu pasti lelah terus berjaga, kan?" ucap gadis itu lagi. "Tidak juga, Katya. Ada Bu Husna yang membantu di sini kok," cetus Bu Sadna, yang seketika membuat Katya bertanya siapa gerangan wanita itu."Bu Husna itu yang menjaga anak-anak di rumah singgah milik Pak Gaffandra," ungkap Bu Sadna sambil tersenyum. "Oh iya, Bayu juga sudah operasi fraktur tulang, da
Meski hari ini adalah hari libur weekend, namun mendadak ada hal penting pada pekerjaan Gaffandra yang harus dituntaskan hari ini juga. Maka pria itu pun terpaksa meninggalkan Katya sendirian di rumahnya, menunda janji kencan yang sangat ia nantikan meskipun tidak rela. Namun kenyataannya, Gaffandra ternyata sama sekali tidak bisa fokus saat berada di kantor. Pria itu pun memutuskan untuk membawa pekerjaannya keluar. Mungkin sedikit udara segar dan suasana yang berbeda bisa membuatnya lebih fokus.Dan tiba-tiba saja ide itu muncul.Di perjalanan, ia pun memutar kemudi BMW-nya menuju ke rumah singgah tempat adik-adik asuh Katya berada sementara asrama panti asuhan mereka direnovasi.Hari yang sudah menjelang siang dan pekerjaannya yang masih belum selesai, membuatnya tak yakin untuk meneruskan sisa hari ini dengan kencan bersama Katya.Tidak, itu akan terlalu singkat jika dipaksakan hari ini juga dan rugi baginya, lalu kenapa tidak dia habiskan untuk bekerja sekaligus bersenang-sena