Share

127. Meeting

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-04 12:51:32
Pikiran Lea masih belum sepenuhnya tertata. Di tengah rapat, ia terus memikirkan tentang Emma. Kegelisahan itu membuatnya sulit berkonsentrasi, tetapi ia berusaha mempertahankan ekspresi tenang agar tidak menarik perhatian.

Namun, suara berat Kayden yang berbicara di depan membuatnya tersadar kembali ke ruangan. Ia mengangkat wajah, menatap pria itu yang tengah duduk di kursi utama dengan ekspresi serius. Di hadapannya, para eksekutif utama Easton Industries menunggu arahan.

“Kita sudah mendekati tahap final untuk peluncuran proyek terbaru di distrik komersial,” Kayden membuka rapat dengan nada tenang. “Saya ingin kepastian bahwa semua berjalan sesuai rencana. Presentasikan progres terakhir.”

Chief Operating Officer perusahaan, Nathan Carter, segera mengambil alih pembicaraan. “Saat ini, tahap konstruksi telah mencapai delapan puluh persen dengan semua material utama telah diamankan untuk menghindari potensi keterlambatan. Kami telah menjadwalkan inspeksi struktural dan keselamatan dal
Merspenstory

Hai, mohon dukungannya untuk buku ini dengan memberikan bintang, gems, atau komentar ya ^^ Terima kasih

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   128. Happy Birthday

    Setelah hari itu, masih belum ada kabar dari Emma dan nomornya masih tidak bisa dihubungi. Liam Thompson telah mengerahkan anak buahnya untuk mencari putri sulungnya itu, tetapi belum ada hasil yang memuaskan.Seperti hari ini misalnya, Lea kembali mencoba menghubungi saudara tirinya, tetapi panggilannya hanya berakhir di voicemail. Tidak ingin hanya diam menunggu, Lea juga menemui beberapa teman Emma yang ia ketahui, berharap ada seseorang yang bisa memberikan petunjuk tentang keberadaannya.Namun, jawaban yang ia dapatkan justru semakin membuatnya frustrasi.“Maaf, tapi aku tidak berhubungan dengannya selama sebulan terakhir.”Rata-rata teman-teman Emma memberikan jawaban yang kurang lebih sama. Tak ada yang tahu pasti di mana wanita itu berada.Lea menghela napas panjang saat keluar dari kafe tempat ia bertemu salah satu teman Emma. Bersamaan dengan itu, ponselnya tiba-tiba bergetar di tangannya.Sebuah pesan masuk dari Kayden Easton.[Datanglah ke Hotel Sterling, kamar 1803. Jonas

    Last Updated : 2025-03-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   129. Bougenville

    Asap tipis mengepul saat nyala lilin padam, menyisakan jejak samar di udara. Lea mengembuskan napas pelan, berusaha menenangkan debaran di dadanya yang masih belum mereda. Namun ketenangan itu hanya bertahan sesaat, karena kejutan hari ini belum sepenuhnya berakhir.Kayden tiba-tiba bangkit dari tempatnya, lalu berjalan menuju meja di dekat sofa. Kedua tangannya terulur mengambil beberapa kotak hadiah yang tersusun rapi di sana, kemudian membawanya ke hadapan Lea sekaligus.“Terima ini.”Lea menatap tumpukan kotak itu dengan ragu sebelum akhirnya menerimanya. Balutan kertas elegan yang membungkus kotak-kotak itu terasa sedikit berat di pangkuannya.“Hadiah lagi?” gumamnya seraya menatap Kayden. “Uhm, terima kasih.”Kayden tersenyum tipis, lalu meraih sesuatu dari meja. Bukan sebuah kotak kali ini, melainkan buket bunga.Lea mengerjap ketika pria itu menyerahkan buket itu padanya. Bukan mawar, bukan lili, tetapi bugenvil. Kelopaknya yang lembut berwarna keunguan, merah muda, dan putih

    Last Updated : 2025-03-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   130. Dinner

    Langit senja mulai meredup ketika Lea kembali menerima panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya mengabaikannya.Entah apa yang merasuki dirinya hingga ia setuju untuk menginap bersama Kayden di hotel ini hingga besok. Mungkin karena perayaan ulang tahunnya yang masih menyisakan kehangatan di dadanya. Atau mungkin karena pria itu sendiri.Yang jelas, Lea tahu waktu mereka terbatas. Besok sore, Noah beserta kedua orang tuanya akan kembali dari Italia. Itu berarti hanya tersisa satu hari lagi sebelum kenyataan kembali menghantam mereka.“Siapa?” tanya Kayden begitu Lea meletakkan kembali ponselnya ke meja.Lea menggeleng pelan. “Nomor tidak dikenal,” sahutnya singkat.Ia sebenarnya ingin berpikir lebih jauh. Siapa yang terus menghubunginya? Tapi ia mengabaikan pertanyaan itu.“Sebaiknya ganti nomormu. Seseorang terus menghubungimu dan itu sangat mengganggu.”Lea menatap Kayden sejenak, lalu tersenyum tipis. “Mengganggu untukku atau men

    Last Updated : 2025-03-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   131. Mesin ATM Berjalan

    Rapat akhirnya berakhir. Begitu tiba di basement gedung Easton Industries, Sophia membuka pintu mobil dengan kasar. Ia segera meraih ponselnya dan menekan nomor Noah dengan perasaan kesal yang membuncah.“Sayang?” Suara Noah terdengar santai di seberang telepon.Sophia mendengus, masih dengan ekspresi kesal yang tercetak di wajahnya. “Aku benar-benar muak dengan istrimu!” geramnya tanpa basa-basi.Di balik meja rias studio, Noah mengernyit. Ia baru saja bersiap untuk pemotretan ketika panggilan Sophia datang.“Apa lagi yang dia lakukan sampai membuatmu kesal?” tanyanya dengan nada malas.Tak membuang waktu, Sophia segera menjelaskan kejadian saat rapat bersama Kayden dan para eksekutif. Tentu saja, ia menambahkan beberapa bumbu di sana-sini, memperhalus perannya sendiri dan membuat Lea terdengar lebih menyebalkan di telinga Noah.Noah menyimak dengan wajah yang mulai memerah. Seiring dengan cerita Sophia, kemarahan itu semakin menyulut akal sehatnya.“Jadi dia benar-benar bersikap seo

    Last Updated : 2025-03-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   132. Memergoki Noah

    Malam semakin larut ketika Noah tiba di kediaman keluarga Easton. Jemarinya mengetuk setir mobil dengan gelisah, sementara tatapannya terpaku pada rumah megah yang berdiri kokoh di depannya. Sejak meninggalkan apartemen Sophia, hanya satu hal yang berputar di kepalanya—brankas ayahnya.Setelah mengumpulkan semua keberanian, Noah akhirnya keluar dari mobil. Udara dingin menerpa kulitnya, tetapi ia tidak menghiraukannya. Langkahnya waspada saat ia menyusup masuk.Noah tahu betul di mana letak brankas ayahnya. Ruang kerja Robert Easton berada tepat di ujung koridor lantai satu. Biasanya, pria tua itu tidak mengizinkan siapa pun masuk tanpa seizinnya.Namun, malam ini Robert sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Itu artinya kesempatan emas bagi Noah untuk melancarkan aksinya.Ia menarik napas dalam-dalam. ‘Tenang, Noah. Kamu hanya perlu melakukannya dengan cepat dan bersih,’ batinnya.Meski demikian, tangannya tetap berkeringat. Ini bukan pertama kalinya ia melanggar aturan, tap

    Last Updated : 2025-03-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   133. Malam Penuh Darah

    Udara dingin menusuk kulit wajahnya saat Lea melangkah ke depan pintu utama kediaman Easton. Salju yang melekat di mantel tebalnya mulai mencair, tetapi hawa tegang yang tiba-tiba merambat ke seluruh tubuhnya jauh lebih dingin daripada musim dingin itu sendiri.Telinganya menangkap suara ribut dari dalam rumah. Bukan sekadar percakapan biasa, tetapi suara bentakan marah yang bercampur dengan rintihan kesakitan. Darahnya berdesir, Lea lantas melangkah masuk dengan cepat.Seorang pelayan perempuan dengan wajah pucat nyaris menabraknya saat hendak keluar. Refleks, Lea meraih lengan wanita itu dan menghentikannya.“Apa yang terjadi?” tanyanya buru-buru.Pelayan itu menelan ludah, matanya penuh ketakutan. “Tuan Easton sedang memukuli Tuan Noah,” ucapnya lirih, seakan takut hanya dengan mengucapkannya.Lea merasakan tubuhnya menegang. “Apa?” gumamnya tak percaya.Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, ia langsung berlari menuju sumber suara. Langkahnya cepat, hampir terburu-buru, sementara su

    Last Updated : 2025-03-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   134. Aku Mencintaimu

    Ketika Lea hendak masuk ke kamarnya, sebuah cengkeraman erat tiba-tiba menangkap lengannya. Lea sontak menoleh dan mendapati Kayden berdiri di belakangnya dengan wajah marah.“Ikut aku,” desis pria itu sebelum menyeret Lea masuk ke dalam kamarnya.Saat pintu tertutup rapat, Kayden menguncinya dengan satu gerakan tegas sebelum menghimpit Lea ke dinding. Kedua tangannya menangkup sisi wajah wanita itu, menahannya dengan erat hingga membuatnya terperangkap.Lea mengangkat pandangannya dengan wajah cemas. “A-Ada apa?” tanyanya terbata, suaranya lirih dan nyaris serak.Ekspresi Kayden masih tak bersahabat, matanya berkilat dengan kemarahan yang tertahan. “Berani membela pria itu di depanku sekarang, huh?” geramnya.Mata Lea sedikit melebar sementara alisnya bertaut sejenak sebelum akhirnya ia menyadari arah pembicaraan ini. Butuh beberapa detik baginya untuk menghubungkan semuanya. Lalu, semuanya menjadi jelas.Rupanya, ini tentang apa yang terjadi sebelumnya di lantai bawah. Tentang bagai

    Last Updated : 2025-03-07
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   135. Caught by Jonas

    Setelah pengakuan cintanya malam itu, Lea pikir sikap Kayden mungkin akan berubah—termasuk hubungan mereka. Ia mengira hubungan mereka sudah tidak lagi membingungkan. Namun, kenyataan justru menamparnya begitu saja.Saat Lea memasuki ruangan Kayden pagi ini untuk menyerahkan beberapa berkas, pria itu tetap seperti biasanya. Tidak ada senyum hangat, tidak ada tatapan intens seperti yang Lea harapkan. Kayden hanya mengambil berkas itu dengan ekspresi datar, lalu menanyai Lea soal pekerjaan seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka semalam.Lea berdeham pelan, mencoba mencari celah untuk setidaknya menggali reaksi Kayden. Namun pria itu malah fokus membaca dokumen di tangannya tanpa mengangkat kepala sedikit pun.“Kalau begitu, aku akan kembali ke mejaku,” kata Lea akhirnya, berusaha menekan rasa kecewa yang mulai merayapi hatinya.Kayden hanya mengangguk kecil.Lea mengepalkan jemarinya sebelum berbalik dan melangkah cepat keluar dari ruangan itu. Begitu sampai di mejanya, ia menja

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status