Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 63. Malam yang Panjang

Share

63. Malam yang Panjang

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-02-10 09:24:39

Lea tiba-tiba terserang demam sementara kepalanya terus berdenyut hebat. Malam telah melewati tengahnya, namun ia tak kunjung terlelap. Tubuhnya terasa remuk dan nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya seperti dihantam sesuatu yang tak kasat mata. Namun yang lebih menyiksa adalah luka di hatinya—tak terlihat, tetapi menggores jauh lebih dalam.

Ia menggigit bibir, menahan isakan yang ingin pecah. Pandangannya mengabur, bukan hanya karena suhu tubuhnya yang meninggi, tetapi juga karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Suara pintu berderit pelan dan langkah kaki terdengar mendekat. Lea menegang, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.

Dalam remang kamar, ia melihat sosok tinggi berdiri di ambang pintu. Kayden.

Pria itu tidak segera mendekat, hanya berdiri sambil menatapnya dalam diam. Mata birunya menelusuri wajah pucat Lea, lalu akhirnya melangkah mendekat.

“Kamu terlihat menyedihkan,” gumamnya, suara rendahnya terdengar samar dalam keheningan malam.

Lea hanya diam. Kelopak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   64. Makan Sendiri Atau Aku Suapi

    Lea beruntung karena hari ini adalah akhir pekan. Setidaknya, lebam di wajahnya akan sedikit memudar sebelum ia harus kembali bekerja pada hari Senin.Hari ini, ia memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Meski hidupnya semakin sulit karena kesalahan ibunya, Lea tetap datang.Bukan untuk mengenang, tetapi agar ibunya bisa ‘melihat’ hasil dari perbuatannya semasa hidup. Bagaimana putri satu-satunya harus menanggung dosa yang bukan miliknya hingga hidupnya hancur.“Apa kabar, Bu? Aku datang lagi,” ujar Lea pelan saat berdiri di depan pusara ibunya.Tidak ada emosi yang terpancar di wajahnya. Hanya tatapan kosong yang terarah pada nama yang terukir di batu nisan.“Kamu pasti terkejut melihat wajahku sekarang,” gumamnya lirih. “Tapi kali ini bukan Astrid atau Emma yang melakukannya … melainkan suamiku sendiri.”Ia menghela napas panjang, lalu tersenyum miring. “Ironis, ya? Kamu meninggalkanku begitu saja dan membuatku menanggung semuanya sendirian

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   65. Sarapan Bersama Penguasa

    Lea masih ingin membantah, tetapi Jonas sudah mengarahkan mobil menuju pusat kota. Ia hanya bisa menghela napas pelan dan menerima hal itu begitu saja.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah restoran mewah dengan eksterior elegan yang tampak eksklusif. Lea melirik papan nama di depan bangunan itu dan segera menyadari bahwa ini bukan sembarang restoran. Tempat ini termasuk dalam daftar fine dining terbaik di kota, terkenal dengan pelayanan private lounge bagi tamu VIP.Lea menoleh ke Kayden dengan ragu. “Kenapa harus di tempat semewah ini?” bisiknya.Kayden tidak langsung menjawab. Ia hanya membuka pintu dan turun dengan santai.Lea mendesah pelan saat Jonas membukakan pintu untuknya. Jujur saja, ia sedikit ragu untuk keluar, merasa tempat ini terlalu berkelas untuknya yang bahkan belum sempat berdandan. Namun, tatapan tajam Kayden yang menunggunya di luar membuatnya tak punya pilihan selain melangkah keluar.Begitu masuk ke dalam restoran, aroma kopi premium

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   66. Jeratan Keluarga Easton

    Selesai sarapan, Kayden langsung mengajak Lea pulang. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini Lea bersikeras untuk turun jauh dari kediaman Easton dan memilih berjalan kaki. Ia tidak ingin menambah masalah sebab ia sudah terlalu lelah.Angin dingin menusuk kulitnya, tetapi Lea terus melangkah dengan kepala tertunduk, berharap bisa masuk ke dalam rumah tanpa menarik perhatian siapa pun. Namun, harapannya pupus begitu ia membuka pintu dan mendapati sosok Robert Easton duduk di ruang tamu.‘Demi Tuhan! Kenapa ayah mertua duduk di sini?’ Lea mengerang dalam hati.Robert segera menutup koran yang sedang dibacanya dan menatap Lea dengan ekspresi tajam. Matanya langsung tertuju pada wajah menantunya itu. Lebih tepatnya pada lebam yang menghiasi kulit pucatnya.“Lea,” panggilnya dengan suara penuh wibawa. “Apa yang terjadi dengan wajahmu?”Lea seketika menegang. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya berpacu mencari alasan yang masuk akal. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tetapi be

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   67. Menangislah Untuk Seseorang yang Peduli Padamu

    Tubuh Lea masih membeku sementara kata-kata menyakitkan yang berasal dari ruang kerja Robert terus bergema di telinganya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu, namun entah mengapa seperti ada sesuatu yang menjerat kakinya dan menahannya tetap di sana.“Ini semua salah Ayah! Kalau saja Ayah tidak memaksaku menikah dengan wanita sialan itu, sekarang aku sudah—”Ucapan Noah terhenti, disusul suara gedebuk keras yang menggema dari dalam ruangan itu, membuat Lea dan semua orang yang berdiri di depan pintu lantas tersentak.“Aku tidak peduli apakah kamu mencintai atau bahkan membenci istrimu itu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, Noah.” Suara Robert terdengar tajam dan berwibawa. “Jangan pernah memukulnya, apalagi sampai babak belur!”Lea menutup mata dan mengepalkan jari-jarinya. Sekuat tenaga berusaha menahan sesuatu yang menggumpal di dadanya. Seharusnya ia merasa lega karena ada yang membelanya, tetapi yang ia rasakan justru hanyalah getir yang perlahan merayapi hatinya.‘Tidak, dia

    Last Updated : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   68. Pelarian?

    Lea tidak tahu apa yang mendorongnya untuk bergerak maju, lalu menekan bibirnya ke bibir Kayden dengan lembut. Ia juga tidak tahu apakah ia benar-benar menginginkan ini atau hanya butuh sesuatu untuk membuatnya merasa ada.Namun, ketika Kayden tidak menolak dan justru memperdalam ciuman itu, ia memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh.Lea membiarkan dirinya tenggelam dalam ciuman itu, merasakan bagaimana Kayden melumat bibirnya dengan penuh intensitas—tidak terburu-buru, tetapi cukup dalam untuk membuat napasnya bergetar. Jemari pria itu bergerak, merayap ke tengkuknya, menahannya agar tidak mundur.Tapi Kayden—Pria itu merasakan ada sesuatu yang salah. Ciuman ini tidak terasa seperti miliknya.Tidak seperti kepasrahan yang biasa ia renggut dari Lea. Tidak seperti bentuk klaim yang selalu ia tekankan padanya. Ini berbeda.Lea tidak menciumnya karena menginginkannya. Wanita itu hanya ingin melupakan sesuatu.Perasaan itu lantas menghantam Kayden lebih keras dari yang ia kira. Sebuah

    Last Updated : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   69. Seperti Gelandangan

    Lea menggeliat pelan di bawah selimut hangat yang membungkus tubuhnya. Dahinya sedikit berkerut saat cahaya matahari senja menyusup dari celah gorden, lalu menyentuh kelopak matanya.Lea membuka matanya dengan perlahan. Kesadarannya mulai pulih, tetapi butuh beberapa detik baginya untuk benar-benar menyadari keadaan sekitarnya. Saat pikirannya akhirnya jernih, matanya langsung membelalak sempurna.Lea langsung terduduk sementara jantungnya berpacu lebih cepat seiring dengan kepanikan yang menyergapnya.“Demi Tuhan! Kenapa aku ketiduran di sini?” desisnya tak percaya.Tanpa membuang waktu, ia menyibak selimut dan bergegas turun dari tempat tidur. Ingatannya berusaha merangkai kejadian terakhir sebelum ia tertidur di sini. Terakhir yang ia ingat, Kayden menyuruhnya tidur, dan ….Lea buru-buru melangkah menuju pintu, ingin segera keluar sebelum seseorang memergokinya—meski itu nyaris mustahil, mengingat kamar Kayden adalah satu-satunya tempat yang tak bisa diakses sembarangan. Namun, lan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   70. Hilang Kendali

    Meski nafsu makannya sempat hilang setelah kejadian di halaman belakang, kini perutnya mulai terasa kosong, memaksanya menyerah pada rasa lapar yang tak lagi bisa diabaikan.“Aku tidak mungkin pergi ke dapur lagi setelah apa yang terjadi,” gumam Lea sambil meringis, kedua tangannya tanpa sadar mengusap perutnya yang terus berbunyi.Setelah mempertimbangkan sejenak, ia memutuskan untuk makan di luar. Tanpa banyak pikir, Lea segera meraih mantel sederhananya dan melangkah keluar.Perjalanan dengan taksi membawanya ke pusat kota, tempat hiruk-pikuk kehidupan malam yang masih terasa hangat. Begitu turun, ia berjalan perlahan di trotoar dan membiarkan udara malam yang sejuk sedikit meredakan pikirannya yang masih kacau setelah insiden di pesta keluarga.Tujuannya hanya satu, restoran cepat saji yang selalu menjadi tempat pelariannya saat ia ingin menyendiri.Namun, baru saja ia hendak memasuki rumah makan tersebut, suara seseorang dari kejauhan membuat langkahnya terhenti.“Lea?”Suara itu

    Last Updated : 2025-02-12
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   71. Tersesat Dalam Emosi

    Caleb mengusap sudut bibirnya yang berdarah, tatapannya dipenuhi amarah. Sementara itu, Kayden masih berdiri dengan rahang mengeras, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan berikutnya.Dengan napas sedikit tersengal, Lea menoleh ke Caleb dan berkata, “Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti. Aku minta maaf atas keributan ini, dan terima kasih untuk makan malamnya.”Tanpa membuang waktu, Lea berbalik dan mengikuti Kayden menuju mobilnya. Emosi berkecamuk dalam dirinya. Marah, kesal, tapi juga sedikit waspada melihat Kayden yang masih dipenuhi amarah.Begitu masuk ke dalam mobil, Jonas segera melajukan kendaraan tanpa sepatah kata pun.Keheningan yang mencekam memenuhi kabin.Tak tahan lagi, Lea akhirnya membuka suara. “Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba memukulnya tanpa alasan?” Nada suaranya terdengar kesal.Kayden masih diam. Matanya menatap lurus ke depan, tetapi jemarinya mengepal di atas pahanya.Lalu, tanpa menoleh, ia berkata dengan nada rendah yang menusuk

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status