Home / Romansa / Hasrat Membara Mr. Devil / Diperlakukan bak Ratu?

Share

Diperlakukan bak Ratu?

Author: Ummah Rafa
last update Last Updated: 2024-03-31 12:12:22

Kini Faleesha masuk ke dalam salah satu deretan kamar yang tersedia di lantai atas.

Dindingnya terukir seperti relief, gadis itu berdecak kagum.

“Silahkan istirahat, Nona,” ujar maid.

“Tolong tunggu sebentar, saya akan membawakan makanan dan pakaian anda setelah ini.”

Faleesha hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Dia bingung harus berbuat apa.

Nasibnya berakhir di tangan Sanders.

Entah bagaimana, pria itu selalu mampu menyetir Faleesha agar menuruti kemauannya.

“Nona. Saya membawakan Anda pakaian baru. Silakan membersihkan diri terlebih dahulu.”

Tak berselang lama, Maid itu kembali dengan membawa pakaian bersih.

Faleesha sontak mendongak.

Diamatinya wanita paruh baya itu yang terlihat seusia dengan Bu Yooshi. “Maaf, Anda akan melayani saya di sini?”

“Benar, Nona. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil saya. Tidak perlu segan,” jelas Beatrice.

Maid itu memberikan setumpuk pakaian baru yang masih terlipat rapi.

“Baiklah, Bu,” jawab Faleesha asal.

“Tolong panggil nama saya saja.”

Wanita paruh baya itu tampak tak senang dengan jawaban yang diberikan Faleesha. “Kenapa? Bukankah Anda lebih tua dari saya?”

Selama ini, Faleesha diajarkan oleh ayahnya untuk menghormati yang lebih tua, sekalipun itu pembantu.

Kepala pelayan itu menggeleng. “Selama di sini, Anda wajib mematuhi semua perintah Tuan Sanders.”

“Jadi, lakukan saja, kalau tidak mau terkena masalah.”

Raut wajah wanita itu berubah tegas.

Faleesha bingung, tapi dia tak mau ambil pusing. “Baiklah, terserah kau saja, Beatrice.”

Maid itu mengangguk. “Sebentar lagi makanan anda akan datang. Makanlah yang banyak agar saya tidak kena marah Tuan,” jelasnya.

“Kenapa harus kamu yang kena marah?” tanya Faleesha.

“Tentu saja, karena saya yang bertanggung jawab atas kenyamanan Anda sekarang.”

Toktoktok!

Tak berselang lama, maid lain datang membawa nampan berisi penuh makanan.

“Silahkan dihabiskan, Nona. Saya permisi.”

“Tunggu, Beatrice!” cegah Faleesha, begitu maid itu akan berlalu dari hadapannya.

“Ya, Nona? Ada yang lain?”

Ragu mengatakannya, Faleesha berbisik pelan, “Apa kau bisa memberitahuku jalan keluar dari Mansion ini?”

Wajah Beatrice seketika menjadi datar. “Anda tidak boleh keluar dari sini, begitu kata Tuan Sanders.”

“Apa kau tidak punya seorang anak? Bagaimana jika anakmu ditahan orang tak dikenal?”

“Tolong, bantulah aku, Beatrice.” Faleesha memohon kembali.

“Anak saya sudah berkeluarga semua,” balas maid itu dingin, “Apa yang menimpa anda, tidak ada hubungannya dengan saya. Permisi.”

Faleesha sontak tertegun.

Apa maid di sini sama seperti Sanders yang tega sekali?

Seolah tahu pikirannya, sang maid tersenyum hambar. “Lebih baik tega dari pada kita berdua dapat masalah.”

“Anda tidak tahu siapa Tuan Sanders,” imbuhnya, “hukuman darinya tak pernah ringan.”

Faleesha pun mengernyit. “Jadi, itu yang kamu khawatirkan? Tenang saja, aku akan keluar diam-diam.”

Beatrice kembali menggeleng.

Dia heran dengan sikap Faleesha. Semua wanita akan berlomba-lomba mendapatkan perhatian Sanders.

Namun, Faleesha berbeda. Dia justru merengek minta dibantu keluar dari Mansion saat Sanders tak mengizinkannya.

Tidak sadarkah dirinya bahwa lawan saat ini adalah seorang Sanders Alexio?

Bahkan, politikus ternama saja ngeri bermain-bermain dengannya. Mereka justru sering meminta bantuan pria itu, terutama di dunia "gelap".

“Lebih baik Anda urungkan niat itu,” tegas wanita paruh baya itu, “karena Anda justru bisa kehilangan nyawa nanti."

Deg!

Separah itu?

Padahal, dia berharap pelayan ini dapat membantunya.

Faleesha hanya tidak ingin terus terkurung di dalam sini. Tapi, mengapa sulit sekali?

Hanya saja, sebelum Beatrice benar-benar pergi, wanita itu mengatakan sesuatu yang membuat bibir Faleesha melengkung sempurna. “Tuan Sanders akan melepaskan anda jika sudah bosan.”

Bosan?

Saat ini, pikiran Faleesha hanya dipenuhi cara-cara untuk melaksanakan rencana pelariannya.

Faleesha bahkan tak sadar bahwa Beatrice mengatakan untuk dirinya jangan gegabah.

Menyadari ada CCTV, Faleesha memberikan jari tengahnya menghadap ke arah CCTV. “Kalian pikir aku robot yang bisa digerakkan semaumu?"

Faleesha yakin Sanders mengawasinya. Jadi, gadis itu bangkit menuju ke kamar mandi.

Tiba-tiba muncul ide gila dalam benak Faleesha.

“Kalau aku mati, tidak ada satu pun orang yang menangisiku, ‘kan?” batinnya.

Tubuhnya merosot pelan menyelami air yang mulai naik ke permukaan.

Hingga akhirnya, Faleesha benar-benar menenggelamkan kepalanya ke dalam bathup.

Tampaknya, perlahan air masuk ke dalam rongga paru-parunya.

“Faleesha!”

Suara yang sejak lama dia ingin dengar, kini terngiang dalam benak.

Benarkah itu sang mama?

“Sayang, bangun.”

Wanita cantik yang sangat mirip dengannya itu membelai lembut wajahnya.

“Mama,” lirihnya, “bawa aku bersamamu.”

Masih setengah sadar, Faleesha bisa melihat dengan jelas, banyangan mamanya semakin menjauh.

“Jangan pergi!”

Brak!

Tiba-tiba saja pintu kamar mandi didorong dengan keras.

“Faleesha! Apa yang kamu lakukan?” Wajah Sanders memerah.

Dia segera berlari dan mengangkat tubuh Faleesha dari sana.

"Bahkan, hingga ke alam kematian pun, kau akan kukejar. Jadi, jangan coba-coba mati sekarang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status