Beranda / Urban / Hasrat Sang Pewaris / Kartu ATM Spesial

Share

Kartu ATM Spesial

Penulis: Chana Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-23 10:40:29

"Kartu ini adalah kartu ATM spesial, kartu yang hanya dimiliki oleh keluarga pemilik saham bank ini," jelas Smith dengan lantang.

Sang security langsung terbelalak, begitu pun dengan Vanessa yang langsung menganggkat wajahnya sambil menatap Saka.

Siapa yang percaya jika ojol seperti Saka merupakan keluarga pemilik saham bank sebesar ini.

Smith langsung menghampiri Saka dengan lutut yang bergetar.

"Apa benar kartu ini punya Anda?" tanya Smith dengan gugup.

Vanessa dan sang security masih tak percaya, mereka masih mematung dengan pikirannya sendiri yang menjelajah entah ke mana.

"Benar, itu punyaku," jawab Saka dengan tenang, sebuah ketenangan yang tentu hanya dimiliki oleh keluarga seseorang yang punya kedudukan tinggi.

Smith langsung membungkukkan badannya hingga membuat Vanessa dan sang security keheranan karena baru kali ini ia melihat orang sebesar smith membungkukkan badannya kepada seseorang.

Seketika itu pula, firasat buruk mulai terasa oleh mereka, mereka mulai sadar jika mereka kini sedang ada dalam masalah besar.

Sementara, Smith langsung menatap Security dan Vanessa secara bergantian.

PLAAAAAAAAK! PLAAAAAAAK!

Dua tamparan sangat keras mendarat di pipi sang security hingga pipinya terlihat memerah.

"Bikin malu aku saja kamu!" sentak Smith yang melihat tindakan sang security tadi dari CCTV di ruangannya.

Tuan Smith terlihat murka, ia pun hendak menampar Vanessa namun dengan cepat Saka menangkap tangannya.

"Dia tidak bersalah, dia hanya melakukan tugasnya, dia masih cukup baik dan profesioal dalam menghadapiku," jelas Saka sambil menatap Vanesa yang bergetar sambil tertunduk.

"Tapi untuk security ini ... " lanjut Saka sambil menunjuk sang Scurity, "aku harap Anda bisa memecatnya!"

"Ba -baik, Tuan!" jawab Smith dengan sigap dan masih terlihat gugup.

Tak ada yang menyangka, jika ternyata Saka si driver ojol ini dipanggil 'tuan' oleh Smith, bukan sebaliknya seperti perintah security tadi.

Sang security dipecat saat itu juga, sementara Vanessa masih terselamatkan oleh Saka yang perlakuannya masih bisa dibilang cukup wajar.

"Silahkan masuk, Tuan!" ucap Smith dengan sangat penuh penghormatan.

Saka mengangguk, ia melangkah sambil melirik kepada Vanessa yang masih tertunduk sambil memikirkan, siapa sebenarnya lelaki berpakaian ojol ini?

Sesampainya di ruangan Smith, Saka langsung dipersilahkan duduk dan ditawari secangkir teh dan kopi terbaik.

"Tidak perlu, aku sedang buru-buru," jawab Saka sambil memindai setiap sudut ruangan itu.

"Ba -baik, Tuan. Berapa yang ingin Anda tarik?"

Smith tak bisa membantah, status dirinya terpaut sangat jauh dengan Saka.

Sedikit pun Smith tak berani untuk merayu apalagi membantah, kendati pun ia sangat ingin untuk berlama-lama dengan orang sebesar Saka yang akan menjadi pewaris utama keluarga Sadewa.

Setelah Saka menyebutkan nominal saldo yang akan ia tarik, Smith langsung memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan segalanya untuk proses penarikan tersebut.

Keadaan kantor Bank kini terlihat tegang, keberadaan Saka dan tingkah Smith yang panik menjadi penyebabnya.

Namun tidak butuh waktu lama, Saka pun menyelesaikan segala urusannya dan telah mengantongi uang untuk kebutuhannya sementara.

"Baiklah, saya pamit," ucap Saka sambil bangkit dari kursinya.

"I -iya, Tuan. Sekali lagi kami mohon maaf atas sambutan kami yang tidak mengenakan tadi, tapi aku menjamin jika kerahasiaan identitas Anda akan aman di sini," ucap Smith sambil membungkukkan badannya.

Saka mengangguk dengan wajah tenangnya, aura Saka membuat pakaian ojol yang ia kenakan sangat tidak pantas melekat di tubuhnya.

Saka pun meninggalkan ruangan Smith, ia harus segera menemui Anggia yang sudah menunggu di cafe sebrang sana.

Namun, baru saja ia turun dari tangga, sosok Vanessa tiba-tiba menghampirinya.

Wajahnya yang cantik terlihat semakin misterius dengan wajah merahnya serta bibirnya tipisnya yang bergetar.

Wangi farpum khas pun menguar ke rongga hidung Saka yang lancip sempurna.

"Ma -maaf, a -aku tidak tahu siapa Anda sebenarnya, tapi aku benar-benar minta maaf dan terima kasih karena telah menolongku," ucap Vanessa dengan gugup sambil menunduk di hadapan Saka.

"Menolongmu?" tanya Saka mengerutkan keningnya.

"Aku pasti sudah dipecat jika bukan karena Anda," jelas Vanessa.

"Oh itu ... bukan masalah, aku memang harus melakukannya," timpal Saka dengan tenang sambil berjalan melalui Vanessa dan meninggalkannya begitu saja.

Vanessa mengangkat wajahnya, melihat punggung Saka yang kokoh.

Baru kali ini ada lelaki yang mengacuhkannya seperti ini tapi, Vanessa merasakan jika ada tatapan lain yang memancar dari sorot mata Saka.

Sorot mata yang nyaris menyerupai cinta.

Saka pun menaiki motor bututnya kemudian memarkirkan motor tersebut di area parkiran cafe yang cukup megah di kota ini.

Dengan tergesa Saka pun memasuki cafe dan mencari keberadaan Anggia.

Namun, keberadaan Anggia tidak ia temukan hingga sebuah pesan masuk ke ponselnya.

[Maaf, Saka! Aku pulang duluan, terima kasih atas tawarannya. Oya hati-hati, Saka! Aku dengar Damian sedang mencarimu.]

****

Keesokan harinya, Saka bergegas ke kampus, ke ruang administrasi untuk membayar tunggakan biaya kuliahnya.

Bu Dewi, petugas administrasi menyambut Saka dengan sinis seperti biasanya.

"Aku mau melunasi uang tunggakan kuliah," ucap Saka sambil membuka resleting kantong slempangnya.

Namun, Bu Dewi malah mengerutkan keningnya sambil menatap Saka.

"Tunggakanmu sudah lunas, kamu sudah bisa mengajukan sidang skripsimu," ucap Bu Dewi membuat Saka mematung.

"Lunas?"

"Ya, sudah lunas," jawab Bu Dewi.

"Siapa yang melunasinya?" tanya Saka keheranan karena Saka meraka tak pernah membayar uang kuliahnya.

"Bu Laura yang melunasinya, dia juga berpesan agar kamu segera mendaftarkan sidang skripsimu," jelas Bu Dewi.

DEEEEGH!

Saka terperanjat, ia tak menyangka jika Bu Laura yang telah melunasi uang kuliahnya.

Padahal sebelumnya, Bu Laura mengatakan jika dirinya tak akan membantu lagi urusan kuliahnya.

Segala tanya kembali merajam hatinya.

'Aku harus menemuinya,' gumam Saka di dalam hatinya.

"Baik, Bu. Kalau begitu aku mau melunasi biaya tunggakan kuliah Anggia saja, Anggia Haruningsih," lanjut Saka.

Bu Dewi terkejut, ia kembali mengerutkan keningnya sambil menatap Saka. Ia tak percaya sosok yang dikenal gembel kampus mau membayarkan uang kuliah mahasiswa lain.

"Apa aku gak salah dengar? Tunggakannya besar lho," celetuk Bu Dewi yang meragukan Saka.

"Berapa?" tanya Saka singkat.

"Dua belas juta lima ratus," jawab Bu Dewi.

Saka pun mengangguk, kemudian mengeluarkan uang sebanyak itu dan menyerahkannya kepada Bu Dewi.

"Ini uangnya, Bu. Tolong bayarkan untuk tunggakan biaya kuliah Anggia. Struk pembayarannya nanti serahkan langsung ke Anggia, sekarang aku ada urusan sebentar," ucap Saka sambil menyodorkan uangnya.

Saka pun langsung berbalik kemudian melangkah cepat menuju ruangan Bu Laura.

Sesampainya di pintu ruangan Bu Laura, Saka mematung sejenak, ia sedikit ragu namun akhirnya ia pun mengetuk pintunya perlahan.

Akan tetapi, belum sempat Saka mendapat jawaban dari dalam, tiba-tiba saja Damian datang bersama empat orang polisi berseragan lengkap.

Saka mematung menatap kedatangan mereka.

"Dia orangnya, Pak! Tangkap dia, jebloskan ke penjara selama mungkin!" ucap Damian kepada keempat polisi itu sambil menunjuk Saka.

Keempat polisi itu langsung merangsek menangkap Saka.

Saka sebenarnya bisa saja melawan baik dengan tenaganya atau dengan argumennya.

Polisi mana pun tak akan ada yang berani untuk menyentuh keluarga Sadewa.

Tapi Saka membiarkannya, ia ingin tahu seperti apa permainan Damian kali ini.

"Apa salahku hingga menangkapku, Pak?" celetuk Saka dengan kedua tangan yang sudah terborgol.

"Kamu sudah menganiaya, sekaligus telah memperkosa seorang wanita," jawab salah seorang polisi.

Mendengar itu, Saka langsung terperanjat. Rupanya Damian semakin mengada-ada saja, melakukan berbagai cara untuk membalaskan dendamnya.

"Siapa yang aku perkosa?" tanya Saka sambil menatap tajam wajah Damian yang terlihat jumawa melihat Saka diborgol.

"Anggia, Anggia Haruningsih! Dia korban yang sudah kamu renggut kesuciannya."

"Anggia?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Sang Pewaris   Membayar Utang Anggia

    "Kamu sahabatku, masalahmu jadi masalahku juga," ucap Saka sambil menoleh kepada Anggia yang terlihat berderai air mata.Wajah cantik Anggia kini nampam begitu rapuh paska kabar pemerkosaannya beberapa waktu yang lalu."Kita hanya kenal di kampus saja, selebihnya kita bukan apa-apa," timpal Anggia sambil mengusap air matanya dan balas menatap Saka.Selain kesedihan yang dalam, Saka juga melihat ada rasa takut yang kini dirasakan oleh Anggia.Anggia seperti takut untuk dekat atau pun berhubungan dengan Saka.Saka menilai bahwa hal itu ada kaitannya dengan Damian. Mungkinkan Anggia telah diancam oleh Damian?"Lebih baik kamu pergi, dekat denganmu hanya akan memperburuk keadaanku saja," lanjut Anggia dengan suara bergetar.Saka menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap Anggia dengan lekat.Wanita di hadapannya adalah wanita lugu dan baik, kehidupannya kini berubah total dan menjadi berantakan karena ulah Damian."Dengar Anggia! Kehadiranku mungkin telah membuat hidupmu berantakan, tap

  • Hasrat Sang Pewaris   Nasib Tragis Seorang Wanita

    Semua mata terbelalak saat melihat Saka muncul dari mobil super mewah yang mereka tabu harganya selangit.Bu Ratna menggosok-gosok matanya untuk meyakinkan penglihatannya.Namun, apa yang ia lihat sangat jelas bahwa orang yang turun dari mobil itu adalah Saka.Sementara, Saka berjalan tegap seakan tidak menghiraukan semua mata yang mengarah padanya dengan penuh rasa tak percaya."Sa -Saka, a -apa itu mobilmu?" tanya Bu Ratna sambil menelan salivanya.Saka hanya tersenyum tipis kemudian membungkuk dan memungut tas serta dus-dus yang berisi barang-barangnya.Vinna masih terpaku sambil menatap Saka yang nampak lebih ganteng saja dengan mobil mewahnya."Aku pamit, ya, Bu. Sekali lagi terima kasih atas semuanya," ucap Saka sambil menenteng barang-barangnya untuk dimasukan ke dalam mobilnya."Tunggu, Saka! Apa benar ini mobilmu?" hadang Bu Ratna sambil menatap Saka.Saka menghela napasnya, ia menatap Bu Ratna dengan tatapan tenang namun cukup menusuk.Hinaan serta sikap Bu Ratna masih terng

  • Hasrat Sang Pewaris   Cinta Anak Pemilik Kontrakan

    "Kamu mau membangkang hanya karena mahasiswa miskin seperti dia!" sentak Bu Ratna kepada anaknya sambil menunjuk Saka."Kamu udah dewasa, Mama gak larang kamu jatuh cinta, tapi ya harus pilih-pilih, masa pria miskin seperti dia bisa buat kamu jatuh cinta!" lanjut Bu Ratna dengan tatapan nyinyir dan kesal kepada Saka."Tampan aja gak akan cukup, Vinna!" lanjutnya sambil menepuk pundak Vina untuk membuat anaknya mengerti.Vina langsung menyingkirkan tangan mamanya, ia mundur satu langkah seakan tak ingin dekat dengan ibunya yang sudah mengusir Saka."Pokoknya, jika Mama tetap mengusirnya maka aku pun akan pergi dari sini," tegas Vina sambil menatap Bu Ratna dengan tajam.Bu Ratna langsung terdiam, bagai mana pun juga dia sangat menyayangi Vina sebagai anak semata wayangnya.Sementara, Saka yang selesai memungut barang-barangnya langsung menghampiri Bu Ratna dan Vina yang tengah berditegang.Rupanya sedari tadi Saka merasa tak nyaman atas pertengkaran ibu dan anak di hadapannya."Ini ...

  • Hasrat Sang Pewaris   Mendobrak Gembok Kesucian

    "Diamlah, aku akan membuatmu merasakan nikmat!" ucap Smith sedikit membentak sambil berusaha untuk menarik celana dalam Laura.Laura menangis, ia tak rela kesuciannya direnggut oleh lelaki tua ini.Meski Smith adalah suaminya, tapi Laura tidak mencintainya, pernikahannya ini pun merupakan sebuah keterpaksaan.Sementara, Smith nampak sudah tak tahan, perkakasnya sudah mengeras dan siap untuk dilesakkan.Perlahan jarinya menarik celana dalam Laura ke arah bawah.Jantung Smith terlihat naik turun seiring napasnya yang sudah tak beraturan.Tenaga Smith cukup kuat hingga Laura tak bisa lagi untuk melepaskan dirinya.Tenaga Laura hampir habis, Laura hampir pasrah dan menyerahkan tubuhnya, hingga tiba-tiba saja wajah Saka melintas dalam pikirannya.Ketidakrelaan semakin kuat dalam benak Laura hingga tanpa sengaja juru matanya menangkap sebuah vas bunga di sebuah nakas di sampingnya.Tanpa pikir panjang, tangan kanan Laura merogoh kanvas bunga itu kemudian menghantamkannya ke kepala Smith.BR

  • Hasrat Sang Pewaris   Laura dan Kesuciannya

    Saka duduk di dalam mobil mewahnya ia menatap Damian, Wilma, beserta mahasiswa lainnya yang nampak terbelalak.Mereka tak percaya jika mobil yang sedari tadi mereka kagumi kini dinaiki oleh Saka yang mereka kenal sebagai gembel kampus.Siapa yang bisa percaya jika orang yang mereka kenal sebagai mahasiswa miskin memiliki mobil super mewah yang diproduksi terbatas bahkan hanya ada satu di negeri ini.Sementara, Saka tersenyum tipis, ia mengenakan kacamata hitamnya kemudian menekan sebuah tombol hingga kaca jendela mobilnya terbuka dengan mulus.Wajah tampannya menyembul dan terlihat mempesona saat ia duduk di kursi kemudi mobil idaman itu.BRUUUUUUM! BRUUUUUM! BRUUUUM!Dengan sengaja Saka menginjak-nginjak pedal gas mobilnya untuk memanas-manasi Damian dan mahasiswa lainnya yang masih mematung dan tercekat.Tanpa banyak berkata lagi, Saka pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.Wilma menelan salivanya.'A -apa itu mobilnya? Sial, kenapa aku lihat gembel itu menjadi begitu tampa

  • Hasrat Sang Pewaris   Numpang Viral

    Jetrek! Jetrek!Para Mahasiswa sengaja mengabadikan momennya bersama sebuah mobil mewah yang kabarnya hanya ada satu di negeri ini.Mereka meng-uploudnya ke media sosial mereka hingga mendapatkan komentar serta like yang cukup banyak."Aku kira ini mobilmu, Damian?" ucap Jerry sambil menatap mobil Bugatti Divo berwarna hitam legam dengan penuh kekaguman.Damian yang disinyalir merupakan orang terkaya di kampus ini mengerutkan keningnya sambil menatap mobil yang sejatinya ia inginkan namun tidak mampu untuk ia beli dengan harga yang sepantastis itu."Pemiliknya pasti bukan dosen atau mahasiswa di sini, kamu tahu kan, di kampus ini tidak ada orang yang lebih kaya dariku," ucap Damian sedikit kesal karena pamornya merasa tersaingi.Bahkan Wilma pun terlihat begitu terkesan hingga matanya tak berkedip menatap mobil mewah itu."Mobilnya bangus banget, Mas. Kamu beli deh mobil kayak begini," ucap Wilma sambil bergelayutan di tangan Damian."Apa kamu gila, mobil ini harganya hampir 100 Milya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status