Share

Milikmu Besar

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-26 23:12:40

Aku semakin panik dan cemas ketika tatapan Bu Livia turun ke arah dadanya sendiri, ke bagian kemeja yang terbuka itu. Napasnya masih agak berat, keringat menetes di sekitar lehernya. Aku yakin dia menyadari kalau barusan mataku sempat melirik ke sana.

“Eh, nggak Bu. Maaf!” suaraku pecah. Aku buru-buru mengangkat map berisi berkas dari atas lemari. “Ini… saya sudah ambilkan.”

Livia tersenyum tipis. Bibirnya melengkung, tenang tapi terasa penuh arti. “Makasih ya, Rey. Kamu memang paling sigap kalau dimintai tolong.”

Aku menunduk, berusaha tidak menatapnya lebih lama. Namun saat hendak melangkah keluar, ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan cepat dia mengangkatnya.

“Iya, Sayang, ada apa? Memangnya suamimu nggak ada?”

Deg!

Kakiku refleks berhenti. Ucapan itu menyambar telingaku, memicu gejolak aneh di dalam dada. Sayang? Suamimu? Apakah yang dia telepon adiknya? Atau… kekasih rahasianya?

Aku pura-pura menggaruk kaki, lalu berjongkok sebentar seakan memperbaiki sepatu. Padahal, aku hanya i
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Kompensasi

    Dari ekspresi wajahnya, aku bisa tahu—dia benar-benar serius. Tatapan matanya seperti bara, membakar udara di antara kami. Setiap urat di lehernya menegang, menandakan amarah yang tidak main-main.Namun sebelum aku sempat membuka suara, Bu Livia sudah maju. “Pak, tolong tenang dulu,” katanya lembut, tapi tegas. “Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik. Saya yakin ini hanya kesalahpahaman.”Pria itu mendengus keras. “Kesalahpahaman? Saya sudah dipukul begini, masih dibilang salah paham? Kau pikir saya tidak punya harga diri?”Nada bicaranya meninggi. Orang-orang di sekeliling mulai berkerumun lebih dekat. Beberapa mengangkat ponsel, merekam dari jauh.Aku menggenggam kedua tanganku, menahan diri agar tidak terpancing. Namun pria itu semakin menjadi-jadi. Dia menunjuk wajahku dengan kasar.“Kamu! Harusnya kamu mendekam di penjara! Aku ingin kamu rasakan dinginnya lantai penjara selama lebih dari lima tahun!” Suara itu bergema di telingaku. Lima tahun? Untuk satu pukulan yang bahkan buka

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Pelukan Livia

    Pria itu turun dari motornya. Langkahnya berat, sorot matanya tajam, dan tanpa basa-basi dia langsung menarik kemejaku dengan kasar. Tarikannya membuat dadaku terhentak ke depan.“Berani sekali kamu membentak aku tadi!” teriaknya, wajahnya hanya sejengkal dari wajahku.Aku berusaha tetap tenang meski dadaku naik turun. Aku tidak boleh memperkeruh keadaan.“Semua ini tidak perlu pakai amarah. Mobil itu mogok, dan kalau mobil listri, tidak bisa didorong seperti mobil biasa. Mengerti, kan?” kataku.Namun pria itu menggeleng keras, napasnya memburu. “Aku tidak peduli! Masalahnya kamu tadi sudah bentak aku. Itu saja cukup untuk menjebloskamu. Sekarang ayo kita selesaikan dengan cara laki-laki!”Orang-orang di sekitar mulai bersuara lirih, seolah menunggu pertarungan pecah. Wajah Livia dari balik kaca mobil terlihat panik, matanya tak lepas dari tubuhku.Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi. “Kalau kita berantem di sini, jalanan akan tambah macet. Kita malah membuat masalah

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Milikmu Besar

    Aku semakin panik dan cemas ketika tatapan Bu Livia turun ke arah dadanya sendiri, ke bagian kemeja yang terbuka itu. Napasnya masih agak berat, keringat menetes di sekitar lehernya. Aku yakin dia menyadari kalau barusan mataku sempat melirik ke sana.“Eh, nggak Bu. Maaf!” suaraku pecah. Aku buru-buru mengangkat map berisi berkas dari atas lemari. “Ini… saya sudah ambilkan.”Livia tersenyum tipis. Bibirnya melengkung, tenang tapi terasa penuh arti. “Makasih ya, Rey. Kamu memang paling sigap kalau dimintai tolong.”Aku menunduk, berusaha tidak menatapnya lebih lama. Namun saat hendak melangkah keluar, ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan cepat dia mengangkatnya.“Iya, Sayang, ada apa? Memangnya suamimu nggak ada?”Deg!Kakiku refleks berhenti. Ucapan itu menyambar telingaku, memicu gejolak aneh di dalam dada. Sayang? Suamimu? Apakah yang dia telepon adiknya? Atau… kekasih rahasianya?Aku pura-pura menggaruk kaki, lalu berjongkok sebentar seakan memperbaiki sepatu. Padahal, aku hanya i

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Peluh

    “Nggak, ini… istri temanku. Aku cuma mau tahu aja gimana perasaan suaminya itu,” kataku, terbata.Haris menyipitkan mata, menatapku lekat-lekat seperti sedang membaca isi kepalaku. “Tapi kenapa kamu sangat ingin tahu, Rey? Kamu ngomongnya itu, kayak kamu pemeran utamanya.”Aku tercekat. Tangan gemetaran, keringat dingin mulai membasahi pelipis. Aku paksa bibirku tersenyum, walau jelas terlihat kaku. “Nggak, aku cuma penasaran aja. Menarik gitu lho… gimana rasanya seorang suami menghadapi situasi begitu. Lagian… aku juga membayangkan, kalau… kalau itu terjadi ke istriku…” Suaraku makin mengecil, nyaris hilang.Aku buru-buru menunduk, pura-pura merapikan baju kerja. Jantungku berdetak keras, seolah bisa terdengar orang di sekitarku. Ada rasa takut ketahuan, tapi juga rasa bersalah karena barusan aku tanpa sadar mengakui kalau aku pernah membayangkannya.Haris tersenyum miring, lalu menepuk bahuku pelan. “Rey, jangan dibayangin. Nanti kamu bisa gila sendiri. Istrimu itu nggak akan pernah

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Amanda Semakin Mendesak

    Tentu saja aku panik, namun aku harus bersikap normal untuk menutupi yang baru saja terjadi.“Jangan berpikir yang macam-macam. Aku cuma membantu dan wajah mama yang merah itu karena dia kesakitan, bukan karena aku menyentuhnya,” kataku dengan nada tajam dan tegas, seolah-olah kalimat itu adalah benteng terakhirku.Amanda menatapku lama. Ada sorot yang sulit kutebak—antara ragu dan ingin percaya. Aku pun kembali merebahkan badan, kali ini benar-benar berpura-pura hendak tidur.Hening menyelimuti kamar untuk beberapa saat. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama.“Aku nggak janji bisa menahan diri,” suara Amanda pecah di keheningan, lirih tapi jelas menusuk. “Kalau aku sampai melakukannya diam-diam… aku tahu itu jauh lebih salah. Tapi aku nggak bisa bohong soal apa yang aku mau, Rey.”Aku membuka mata. Bayangan punggung Amanda yang menatap ke arah pintu membuatku ingin bangkit.“Apa maksudmu?” tanyaku dengan suara lebih rendah.“Tentang keinginanku itu.” Amanda menjawab dengan suar

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Semakin Larut

    Aku semakin dekat. Napas ibu mertuaku terdengar berat—teratur tapi ada getaran aneh, seperti menahan sesuatu. Dari jarak ini, aroma parfum lembutnya bercampur dengan hangat tubuhnya. Bau itu seperti masuk lewat hidung lalu mengusir semua logika yang tersisa di kepalaku.Tatapan Lydia tak berpaling, menempel pada mataku seakan ingin menembus isi pikiranku.“Mama…” suaraku serak, separuh ingin bertanya, separuh takut mendengar jawabannya.“Diam saja…” bisiknya, pelan tapi tegas.Tangannya meraih dadaku, jemarinya bergerak lambat menelusuri garis otot di balik kaus tipis yang kupakai. Sentuhan itu ringan, lembut… tapi cukup untuk membuatku kehilangan fokus, dan… kehilangan akal sehat.Aku menelan ludah. Rasanya seperti berdiri di tepi jurang: satu langkah maju bisa menghancurkan segalanya, tapi entah kenapa kakiku justru ingin melangkah.Dia mencondongkan tubuh. Napasnya terasa di pipiku, lalu di leherku. Semakin dekat… hanya satu gerakan kecil lagi dan bibirnya akan menyentuh kulitku.“

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status