Share

Familiar Dengan Aromanya

"Jangan membual denganku Liam," tuding Aldrick mengira sahabatnya hanya membual akan apa yang sudah dikatakan oleh Liam.

Liam memandang kesal pada Aldrick, "Untuk apa aku berbohong dan harus menghajarmu jika semua yang kukatakan adalah bohong,"

"Aku bukan pria bodoh yang dengan berani menghajar seorang Aldrick Calvin Gregorius, itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri," ucap Liam.

Aldrick memijat pelipis memikirkan kesalahan yang telah ia lakukan, sebejat-bejatnya dia tetap saja sebelum dirinya menjadi seperti sekarang. Aldrick adalah seorang pria yang bertanggung jawab dan selalu memegang prinsipnya.

Namun, kali ini karena sebuah kesalahan membuatnya harus melanggar prinsip yang telah ia buat.

Setelah sebulan berlalu dari kejadian di malam naas yang dialami oleh Natalie, wanita itu memutuskan untuk pindah rumah dan juga pindah dari cafe tempat ia bekerja.

Saat ini wanita itu bekerja di sebuah bar yang tak jauh dari rumah kontrakan yang ia sewa.

Dan setelah kejadian itu Natalie memutus kontak dengan sahabatnya Lusi, karena ia merasa sudah sangat kotor dan tak pantas berteman dengan Lusi.

Natalie memilih menutup semua lembaran sebulan yang lalu, dia memutuskan untuk memulai hidup barunya dan melupakan segalanya. Walau terkadang di saat tengah malam gadis itu harus bermimpi buruk tentang kejadian yang sudah di alaminya.

"Hera, aku pulang duluan," ucap Natalie kepada rekannya yang bekerja di bar.

Wanita yang bernama Hera hanya menganggukkan kepalanya lalu melambaikan tangannya melepas kepulangan Natalie.

Natalie berjalan menuju pintu keluar bar.

Namun, saat berada tepat di depan pintu ia tak sengaja menyenggol tubuh seseorang yang saat ini sedang berjalan masuk ke dalam bar.

Deg…!!!

Detak jantung Natalie memompa dengan sangat kencang seakan ingin melompat dari tempatnya saat ia melihat siapa pria yang baru saja ia senggol.

"Maaf," ucap Natalie sambil menundukkan kepalanya.

Sementara Aldrick yang saat ini berdiri di hadapan Natalie merasa sangat familiar dengan aroma yang menguar dari tubuh sang wanita.

Pria itu seperti pernah menghirup atau bahkan pernah menikmati aroma tersebut, akan tetapi ia tak ingat dimana dia pernah melakukan hal itu.

"Sekali lagi maaf," ucap Natalie lagi lalu berjalan meninggalkan Aldrick dengan segala pemikirannya.

"Tuan," tegur Brian asisten dari Aldrick.

Pria itu tersadar dari pemikirannya dan melangkah masuk ke dalam bar.

Setelah berada di dalam pria itu memesan segelas cocktail lalu mulai menyesapnya, di tengah aksinya menikmati minuman miliknya.

Pria itu kembali memikirkan tentang aroma yang ia cium pada tubuh wanita yang tadi menyenggol dirinya.

Sedang Natalie yang saat ini sudah berada di kontrakannya wanita itu memegang dadanya yang terasa berdetak dengan sangat kencang.

"Mengapa aku harus bertemu dengan pria brengsek seperti dirinya lagi!" ucap Natalie tak habis pikir dengan takdir yang kembali mempertemukannya dengan pria yang telah merusak masa depannya.

Di saat sibuk memikirkan mengapa ia harus bertemu dengan seorang Aldrick lagi, tiba-tiba kepala gadis itu terasa pusing dan ia merasakan mual dan perutnya yang terasa di aduk-aduk di dalam sana.

Memikirkan hal yang tidak penting membuat gadis itu memutuskan untuk segera beristirahat karena besok ia akan bekerja lagi.

Sementara Aldrick yang masih berada di bar dan memikirkan tentang aroma tubuh dari wanita yang tidak diketahui identitasnya itu membuat pria itu memutuskan untuk menemui Liam yang menurutnya pria itu yang telah melihat wajah gadis yang pernah ia renggut kesuciannya.

"Anda ingin kemana Tuan?" tanya Brian yang saat ini sedang menemani Aldrick di bar.

"Aku ingin menemui Liam sekarang!" jawab Aldrick kepada Brian.

Tanpa membantah Brian langsung berjalan menuju mobil lalu membukakan pintu mobil kepada majikannya dan segera melajukan mobil tersebut ke arah tujuan yang diinginkan oleh sang atasan.

Tak perlu waktu lama kini mereka telah tiba di rumah sakit Liam dan Aldrick segera menuju ruangan dimana Liam berada.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu pria itu langsung membuka pintu ruangan secara kasar dan membuat sang dokter yang berada di dalam terkejut akan tindakan pria yang berada di hadapannya.

"Kau sungguh tak punya sopan santun!" gerutu Liam merasa kesal karena terkejut akan tindakan Aldrick.

"Katakan siapa nama wanita yang telah aku hancurkan masa depannya!" ucap Aldrick tanpa basa basi.

"Mana aku tahu nama Gadis itu siapa, harusnya aku yang bertanya padamu karena kau yang telah menidurinya," jawab Liam.

"Sekarang bukan saatnya membahas hal itu, Liam. Aku menanyakan kepadamu tentang siapa nama gadis itu, Seperti apa rupanya dan juga bagaimana aroma tubuhnya," tandas Aldrick tanpa memikirkan arti dari perkataannya.

Mendengar perkataan dari sahabatnya membuat Liam menepuk keningnya, "Oh God! Kenapa kamu menanyakan hal itu semua kepada diriku bukankah kamu yang telah menikmati dan juga meniduri wanita itu. Harusnya kau yang tahu bagaimana rupa dan juga aroma tubuh dari wanita itu," sindir Liam merasa kesal pada pola pikir sahabatnya.

"Aku bertanya tanpa sebab akan tetapi aku bertanya seperti itu karena kamu yang telah menanganinya dan pasti kamu tahu bagaimana wajah dari wanita itu," ucap Aldrick lagi tetep kekeuh akan pikirannya yang menganggap Liam tahu wajah dari wanita pada kejadian lalu.

"Aku tidak tahu dengan baik Bagaimana wajahnya karena pertemuan kami hanya sebentar, dan juga wanita itu melarikan diri dari rumah sakit saat dia belum mendapatkan perawatan yang lebih intensif,"

"Dan sekarang aku justru memikirkan hal lain tentang bagaimana nasib Gadis itu dan juga…" kata Liam menggantung kalimatnya yang membuat Aldrick bertanya akan apa lanjutan dari ucapan pria itu.

"Jangan berbicara tidak jelas!" kencam Aldrick tak suka jika seseorang berbicara dengannya dengan menggantung kalimatnya.

"Juga aku memikirkan bagaimana jika wanita itu sedang mengandung darah dagingmu," balas Liam dan berhasil membuat pria yang berada di hadapannya menjadi bungkam atas ucapannya.

"Jika benar ia sedang mengandung hasil dari perbuatanmu, maka apa yang akan kau perbuat padanya Aldrick?" tanya Liam.

Mendengar pertanyaan itu membuat Aldrick diam seribu bahasa tanpa mengucapkan apapun.

Tanpa menjawab pertanyaan dari sang sahabat, Aldrick langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan sang dokter dengan pikirannya yang berkecamuk tentang hal yang dikatakan tadi oleh Liam.

Lelaki itu terus memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan jika perkataan Liam benar terjadi bahwa gadis yang telah ia tiduri mengandung benih darinya.

Pria melepaskan dasi yang mencekik lehernya dan juga membuka kancing kemeja agar ia bisa merasa bernafas secara leluasa.

Berkali-kali pria itu membuang nafas secara berat dengan pikiran yang terus berkelana dan melayang tentang apa yang akan benar-benar ia lakukan selanjutnya jika bertemu kembali dengan wanita pada malam kejadian itu.

Mobil terus melaju membawa Aldrick untuk pulang ke mansion miliknya, tetapi saat berada di perjalanan tiba-tiba asistennya tak sengaja menabrak sesuatu.

BRAK!!

"Maaf Tuan," ucap Brian saat menabrak sesuatu di depan sana.

Next…..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status