Share

Tanggung Jawab

"Aku yang akan bertanggung jawab atas anak yang berada di dalam kandungannya, tapi bukan berarti ku ingin menikahinya. Setelah anak itu lahir maka dia akan menjadi milikku," seru Aldrick dengan tegas.

Natalie langsung menyahut, "Aku tidak butuh tanggung jawab darimu! Karena aku tidak akan mau mengandung anak darimu!" ucap wanita itu dengan suara lantang.

Suasana di dalam ruang rawat itu terasa sangat panas akibat perdebatan kedua insan yang terus beradu argumen.

Natalie yang tidak ingin mengandung benih dari Aldrick membuatnya tetap kekeh untuk tidak mempertahankan kandungannya.

Sementara Aldrick sendiri bukan tanpa alasan pria itu mengambil keputusan untuk bertanggung jawab penuh atas kehidupan Natalie selama wanita itu sedang mengandung anaknya.

Akan tetapi pria itu memilih itu semua karena memang usianya yang sudah tidak terbilang muda, sudah seharusnya dia memiliki seorang penerus untuk meneruskan membangun dunia bisnis miliknya.

"Oh God! Apa kalian berdua tidak bisa memilih keputusan yang sama!"

"Disini ada janin yang tak bersalah yang sedang kalian perdebatkan, calon bayi yang akan tumbuh dalam kandunganmu, Nona." ucap Liam dan menatap ke arah Natalie.

"Dan untukmu Aldrick bagaimana bisa kau ingin bertanggung jawab tapi tidak untuk menikahinya,"

"Walau di negara kita ini sudah terbiasa wanita dan pria yang tinggal seatap, tapi ingat kau bukan orang biasa yang jika kau tinggal serumah dengan Nona Natalie maka para awak media akan merilis berita negatif tentangmu," ujar Liam kepada sahabatnya.

Memang benar apa yang dikatakan dokter muda itu. Karena Aldrick memang bukanlah orang biasa di negara ini.

Dia adalah seorang pebisnis yang sudah dikenal di seluruh pelosok Italia.

Berita sekecil apapun itu para pencari berita akan berlomba untuk mendapatkan berita tentang pebisnis nomor satu itu.

"Sudah kukatakan aku tidak ingin mengandung anak dari pria bejat ini! Apalagi jika harus menikah dengannya!" teriak Natalie.

Wanita itu sangat geram atas pembahasan masalah pernikahan dan juga anak yang sedang ia kandung.

Setelah beberapa hari berlalu. Kini Natalie sudah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit, karena kondisi wanita itu dan juga kandungannya sudah baik-baik saja.

Gadis itu sudah memikirkan hal tentang menggugurkan kandungannya.

Berhari-hari ia merencanakan hal itu dan hari ini saat ia pulang maka ia akan melakukan rencananya.

Namun, ketika ia ingin meninggalkan rumah sakit, tiba-tiba para anak buah Aldrick dan menghampirinya dan mengatakan untuk ikut pulang ke mansion milik Aldrick.

Akan tetapi Natalie menolak dengan keras ajakan itu.

Bagaimana bisa ia datang kembali ke tempat yang sudah memberikannya kenangan yang buruk dan lagi tinggal satu atap dengan pria yang telah menghancurkan masa depannya.

"Nona, jika anda tidak bisa diajak kerja sama maka maafkan kami jika melakukan pemaksaan pada anda," ucap salah satu anak buah Aldrick yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar.

Perdebatan antara anak buah Aldrick dan Natalie terus berlanjut hingga sosok Aldrick berjalan keluar dari arah pintu masuk rumah sakit.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah datar.

"Nona Natalie tidak ingin ikut bersama kami, Tuan," jawab salah satu anak buah Aldrick sambil menundukkan kepalanya.

"Masuk ke dalam mobil sekarang!" titah Aldrick kepada Natalie.

"Sudah kukatakan aku tidak akan mau tinggal bersama denganmu!" balas Natalie menatap sengit pada pria yang sedang berdiri tegak di depannya.

Melihat sikap keras kepala wanita itu membuat Aldrick menggeram marah, selama ini tak pernah ada orang yang berani menentang dirinya.

"Masuk sekarang atau jangan salahkan aku jika berbuat sesuatu padamu," ujar Aldrick menekankan setiap kata yang dia ucapkan.

Natalie tidak menanggapi perkataan pria itu, ia justru berjalan ke depan berniat meninggalkan Aldrick.

Aldrick menggertakkan giginya dan rahangnya mengeras karena emosi yang memuncak akibat perbuatan wanita yang berjalan di depan sana.

"Akh!!"

Aldrick baru saja mengangkat tubuh Natalie bak mengangkat karung beras.

"Hei! pria gila turunkan aku!" teriak Natalie sambil memukul punggung Aldrick.

Pria itu tidak menggubris teriakan sang wanita dia tetap berjalan menuju dimana mobilnya terparkir.

Memasukkan Natalie ke dalam mobil dan ia juga ikut masuk.

"Jalan!" perintahnya pada sang sopir.

Mobil melaju membelah kepadatan jalan kota New York, di dalam mobil tak hentinya Natalie mendengus dan mengomel.

Tidak hanya itu, Natalie juga mencoba membuka pintu mobil agar bisa melompat tapi untungnya mobil telah kunci sehingga wanita itu tidak bisa melakukan apapun.

Memasuki kawasan yang terdiri dari banyaknya pohon yang berjajar rapi disepanjang jalan, jika di lihat maka jalanan ini terlihat seperti hutan.

Namun, ketika melewati sederat pepohonan, kini di depan sana terlihat sebuah bangunan mewah bergaya khas Eropa.

Untuk pertama kalinya Natalie melihat secara detail kondisi bangunan ini dan juga jalan menuju ke Mansion ini.

Berbeda di saat malam naas itu, dia tidak memperhatikan semuanya karena ia dibawa kesini dengan paksa.

Para pelayan dan penjaga sudah berbaris dengan rapi di halaman Mansion, pintu mobil di buka dan sang majikan keluar dari dalamnya.

Semua secara serental menunduk hormat menyambut kedatangan bos mereka.

"Elma! Urus dia selama berada disini, pastikan dia selalu baik-baik saja karena dia sedang mengandung penerusku!" ucap Aldrick dengan tegas, memberikan tugas penting kepada kepala pelayan yang sudah ia percayai.

Setelah mengatakan hal itu Aldrick langsung berjalan masuk ke dalam Mansion.

Masih berada di ambang pintu tiba-tiba terdengar pecahan kaca dan juga suara jeritan dari Natalie.

"Aaa...!!!" jeritnya.

Next....

Next…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status