Share

Tak Ingin Mengandung

"Aldrick, sungguh dunia ini sangat sempit, baru tadi aku mengatakan bahwa bagaimana jika wanita yang sudah kamu tiduri sedang mengandung anakmu," ucap lelaki itu merasa tak habis pikir dengan jalannya takdir.

"Lalu sekarang kau benar-benar dipertemukan dengannya dalam keadaan dia yang benar-benar sedang mengandung," sambungnya lagi.

"Jadi benar dia wanita itu?" tanya Aldrick.

"Ya! Dia adalah wanita yang sudah kamu renggut kesuciannya dan membuatnya mengalami sebuah luka fisik,"

"Namun sungguh sang pencipta merencanakan hal ini padamu sampai membuat wanita ini mengandung hasil dari perbuatan bejatmu," ujar Liam.

Saat sedang asik berdebat dan beradu argumen, tiba-tiba mereka mendengar suara seseorang yang sedang melenguh.

Kedua pria itu kompak menoleh ke arah brankar dan mendapati Natalie yang telah sadar.

"Dimana aku?" ucap Natalie karena merasa asing dengan tempat di mana ia sedang berbaring.

Wanita itu memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut nyeri dan pusing.

Natalie mencoba untuk mengubah posisinya agar dapat duduk akan tetapi ia kesusahan.

Liam dengan segera membantu wanita itu untuk duduk.

Deg…!!!

Ketika tubuh wanita itu telah duduk, ia dibuat terkejut saat melihat keberadaan Aldrick yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berada.

"Nona, saat ini kau sedang mengandung dan kata dokter kamu harus banyak istirahat. Untuk itulah dalam beberapa hari kedepan kamu akan menjalani perawatan intensif," ucap Liam kepada Natalie.

Sementara Natali sangat syok ketika mendengar penuturan dari pria yang sedang berada di depannya.

"Tidak mungkin aku mengandung, hal ini pasti keliru!" ujar Natalie tak ingin percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Liam.

"Itu sebuah benar Nona karena dokter kandungan sendiri yang telah memeriksamu dan mengatakan bahwa kamu sedang mengandung dan usia kehamilan masih sangat muda,"

"Aku tidak ingin mengandung anak ini!" ujar Natalie mulai tak terima atas apa yang terjadi padanya.

"Aku tidak ingin ini semua terjadi padaku!"

"Kenapa semuanya harus terjadi padaku? Apa salahku hingga harus menanggung beban seperti ini?" lirih Natalie sangat tak menginginkan semuanya terjadi.

Wanita itu kemudian memandang ke arah dimana Aldrick sedang berdiri dengan wajah datarnya dan tanpa rasa bersalah sama sekali.

Akan tetapi jangan salah mengerti kan atas raut wajah yang berikan ditampilkan oleh pria itu, Karena sekarang tak seorangpun yang tahu tentang apa yang sedang ia pikirkan.

"Ini semua gara-gara pria brengsek sepertimu!" Natalie mengumpat dengan jari telunjuknya yang menunjuk ke arah Aldrick.

"Aaa!!! Aku tidak mau anak ini tumbuh di dalam rahimku! Aku tidak mau mengandung benih dari seorang pria seperti dia!" teriak Natalie sambil memukul perutnya yang masih rata.

Liam dengan cepat memegang pergelangan tangan gadis itu agar ia tak lagi memukul perutnya.

"Hei! Nona tenangkan dirimu!" ucap Liam berusaha untuk menenangkan Natalie yang terus berteriak dan bahkan meronta.

"Aku tidak ingin mengandung! Tidak ingin!" Natalie kembali berteriak dan kali ini melempar semua benda yang berada di dekatnya.

Pintu ruangan terbuka dan seorang dokter yang tadi menangani Natalie langsung masuk ke dalam saat mendengar suara teriakan dari gadis itu.

"Kenapa bisa seperti ini dokter Liam?" tanya dokter itu merasa heran dengan kondisi pasien yang terus berteriak histeris.

"Bukan waktunya bertanya dokter, sekarang berikan dulu ia obat penenang agar tidak terus meronta atau bahkan menyakiti dirinya," balas Liam.

Sang dokter langsung memberikan suntikan penenang untuk Natalie dan tak beberapa menit. Akhirnya wanita dapat tenang dan langsung tertidur.

Liam memandang kearah Aldrick, kemudian pria itu menghampiri sahabatnya lalu bertanya sesuatu yang membuat Aldrick kembali tak dapat menjawab pertanyaan dari Liam.

"Apa yang akan kau lakukan, Aldrick?"

"Apa kau akan membiarkannya begitu? Atau kau akan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan itu?" ucap Liam mencerca Aldrick dengan semua pertanyaannya.

Aldrick tak dapat menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Liam.

Pria itu bingung harus menjawab apa.

Setelah beberapa menit menunggu dan tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Liam tak lagi berkata apa-apa.

Lalu kemudian tubuh Natalie dipindahkan ke ruang rawat intensif hari juga semakin larut.

Malam ini Aldrick memutuskan untuk menginap di rumah sakit dan tidur di sofa yang berada di ruang rawat Natalie.

Saat tengah malam Aldrick tak dapat memejamkan matanya, lalu pria itu memutuskan untuk berjalan ke arah balkon yang berada di ruangan itu.

Lelaki itu menghirup udara malam guna menghilangkan kebimbangan yang berada dalam pikirannya.

"Bu, apa yang harus kulakukan?" tanyanya memandang keatas langit yang bertabur bintang.

"Aku sudah melanggar prinsipku,Bu," sambungnya lagi.

Lelaki itu larut dalam pikirannya sendiri. Hingga ia mulai merasakan kantuk dan memutuskan untuk masuk kembali ke dalam ruangan.

Lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa dan akhirnya ia terlelap.

Mentari mulai menyingsingkan cahayanya dan mulai menyinari semua penduduk bumi dengan sinarnya yang menghangatkan tubuh.

Aldrick bangun lebih awal ketika tadi ia mendapat sebuah telepon dari Brian sang asisten yang mengatakan mereka ada pertemuan penting.

Setelah selesai menelpon pria itu menoleh ke arah ranjang yang saat ini berisikan tubuh Natalia yang masih tertidur pulas di alam mimpi.

Tak berapa lama di situ pun terbangun dari tidurnya dan mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang menyinari netra matanya.

Natalie melihat ke sekeliling dan kembali mendapati keberadaan pria yang tidak pernah ingin lagi ia temui.

"Untuk apa kau berada di sini?" tanya Natalie dengan suara tinggi.

"Jangan pernah berbicara dengan suara tinggi ketika berhadapan denganku!" ucap Aldrick memberi peringatan.

"Lalu? Apakah aku harus berbicara lembut pada pria seperti dirimu?" ucap Natalie menodongkan dua pertanyaan sekaligus kepada pria yang masih duduk di atas sofa.

"Sekali lagi aku peringatkan untuk tidak meninggikan suaramu saat berbicara denganku! Aku memberi peringatan hanya sekali dan juga kau masih melakukannya maka jangan salahkan aku jika kau mendapatkan hukuman atas apa yang kau lakukan!" tandas Aldrick dengan suara tegas tak ingin dibantah.

Perdebatan di antara kedua insan itu terus berlanjut hingga perdebatan itu berakhir saat pintu ruangan tersebut terbuka.

Liam masuk ke dalam ruangan dengan seorang perawat yang ikut kepadanya.

"Kami akan memeriksa kondisimu, Nona," ucap Liam dan menyuruh perawat mulai memeriksa Natalie dimulai dari tekanan darahnya dan juga suhu tubuhnya.

"Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Liam dengan ramah.

Natalie menggelengkan kepalanya pertanda ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi.

"Apa kepalamu masih pusing?"

"Aku pusing karena melihat pria itu selalu berada di dekatku!" Jawab Natalie dengan ucapan menohok.

Liam mengulum senyum agar tawanya tidak pecah ketika mendengar ucapan dari Natalie.

Sedangkan Aldrick sendiri menggertakan gigi di dalam mulut setelah mendengar ucapan Natalie.

Pria itu bukan manusia yang memiliki sifat humor yang tinggi dan juga pria yang penyabar yang bisa menerima saat ia direndahkan.

"Tapi Nona dia itu adalah Ayah dari anak yang sedang kau kandung ini," ucap Liam dan membuat kedua bola mata Natalie terbelalak saat mengingat bahwa saat ini dia sedang mengandung anak dari lelaki yang telah merenggut paksa kesuciannya.

"Sudah kukatakan bahwa aku tidak ingin mengandung anak dari pria itu!" balas Natalie.

"Aku akan menggugurkannya dan tidak ingin memiliki seorang bayi dari pria bejat sepertinya!"

"Tapi Nona…"

Belum sempat Liam melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Aldrick angkat suara dan membuat semua orang terkejut ucapan dari pria itu.

"Aku sudah membuat keputusan,"

Next…..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status