"Oek ... oek ...." Satu bulan lebih sejak pernikahan Onad dan Yola akhirnya Sophia pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat gemuk dan tampan. Sungguh, prosesnya sama sekali tidak mudah karena Sophia mengalami sakit seharian sejak kemarin, sebelum hari ini akhirnya bayinya berhasil lahir dengan selamat juga. Sophia sendiri sudah lama memutuskan untuk melahirkan secara normal. Rafael yang tidak tega melihat istrinya kesakitan pun sudah berulang kali hampir menyerah dan meminta operasi saja, tapi Sophia bertahan dan ia masih yakin mampu menahan semua rasa sakit itu. Dan perjuangannya tidak sia-sia. Semua rasa sakitnya pun mendadak lenyap saat mendengar tangisan merdu dari bayi mereka. "Oh, Sophia, Sayang, bayi kita, Sayang. Bayi kita!" seru Rafael yang terus menciumi wajah Sophia yang masih berkeringat itu. Rafael terus menggenggam tangan Sophia saat Sophia mengejan dan setiap detik kesakitan Sophia membuat hati Rafael begitu pilu. Kalau bisa, Rafael saja yang sakit, janga
"Kembali ke sini, Alba! Kau tidak bisa lari dari Ayah!" Teriakan lantang sang ayah membuat Alba memacu kakinya makin cepat menyusuri koridor hotel mewah itu. Napas Alba sudah terengah-engah dan ketegangan makin melingkupinya saat ia mendengar suara langkah berat yang mengejarnya itu mendekat. Alba pun terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang dan Alba tahu ia tidak boleh tertangkap atau ia akan dikurung di kamar untuk melayani pria tua hidung belang yang sudah membelinya. "Tolong aku! Mengapa tidak ada pintu yang bisa dibuka? Tolong aku!" lirih Alba yang mencoba membuka satu persatu pintu kamar di sepanjang koridor itu. "Alba, mau lari ke mana kau?"Tiba-tiba ayah Alba sudah muncul di ujung koridor sampai membuat Alba berteriak kaget dan makin ketakutan. "Akhh!" teriak Alba yang kembali melarikan diri. Di sisi lain, seorang pria muda sedang melangkah dengan penuh emosi sambil memegang ponsel di telinganya dan pria itu adalah Rafael Williams, pengusaha sukses yang sialnya
Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi Alba saat ini. Jantung Alba yang sudah berdebar tidak karuan pun berdebar makin tidak terkendali mendengar ancaman dari pria di hadapannya sampai Alba pun masih tetap mematung untuk beberapa saat. Rafael yang melihat Alba terus diam pun malah makin kesal. "Tentukan pilihanmu sekarang, Nona! Menikah denganku atau keluar sekarang juga! Aku sama sekali bukan pria yang sabar!" Alba menahan napasnya sejenak. "Pak, aku sungguh tidak bisa, aku tidak bisa menikah denganmu." "Baiklah, kuanggap kau sudah memilih!" Dengan cepat, Rafael pun langsung mencekal lengan Alba dan menariknya keluar dari kamar mandi. "Akhh, lepaskan aku, Pak! Kau mau apa?" "Membawamu keluar dari kamarku, kau sudah memilih untuk kembali pada ayahmu saja kan?" "Tidak, Pak! Sungguh, aku ...." Belum sempat Alba menyelesaikan ucapannya, mendadak bel pintu kamar Rafael sudah kembali berbunyi. "Pak, tolon
Saat Rafael bilang membutuhkan pelampiasan, ia tidak bohong, Rafael benar-benar butuh pelampiasan. Dan karena Rafael tidak bisa melampiaskannya pada wanita, maka Rafael melampiaskan rasa kesalnya pada alkohol di bar hotel malam itu. "Wanita itu gila, Onad! Dia tidak ingat apa pun dan aku merasa salah sudah menawarkan pernikahan padanya!" geram Rafael pada Onad, asistennya yang akhirnya menyusul ke hotel. "Hmm, mungkin saja dia sedang trauma sampai dia melupakan segalanya, Bos." "Dia bilang dia mengalami kecelakaan dan tidak ingat apa pun. Entah dia amnesia atau gila, yang jelas, aku sial sekali bertemu dengan wanita aneh seperti itu," keluh Rafael lagi yang mulai berpikir untuk mengurungkan niatnya menikahi Alba. "Aku akan coba bicara dengannya dan mencari tahu tentangnya dulu, Bos. Tapi memang menikah itu juga tidak main-main, Bos. Jangan gegabah." "Kau tahu aku tidak peduli dengan itu kan? Aku tidak pernah berniat menikah, Onad! Dan kalau pun aku harus menikah, itu hanya demi ja
"Sialll!" Rafael terus mengumpat tertahan mendengar ucapan Alba. Bukan hanya Rafael, bahkan Onad yang ada di sana pun sampai menganga tidak percaya. Namun, untungnya Onad sudah biasa mengurus hal seperti itu. "Ah, haha, tidak masalah, Bos! Aku bisa mengatasinya. Itu tidak masalah, Alba. Haha, serahkan saja semua padaku, tapi sementara pakai cap jari saja ya!" Onad langsung mengeluarkan perlengkapannya dan dengan cepat masalah kontrak pun selesai."Baiklah, perjanjian selesai! Kau urus sisanya, Onad! Dan kau, Alba! Aku akan memindahkanmu ke apartemenku selagi aku mempersiapkan pernikahan dan tugasmu adalah makan yang banyak, kau mengerti? Aku tidak mau keluargaku mendapati istriku yang kurus dan menyedihkan!" Lagi-lagi Alba hanya bisa mengangguk dan Rafael pun segera pergi dari sana. Onad pun menjemput Alba keesokan harinya bersama seorang wanita bernama Yola yang ternyata adalah kekasih Onad. "Aku kekasih Onad dan aku bekerja sebagai sekretaris Bos Rafael. Biasanya aku dan Onad
Rafael tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi sejak melihat betapa cantiknya Alba dalam balutan gaun pengantinnya, hasrat Rafael pun sedikit terlecut, tapi mati-matian ia berusaha menahan dirinya. Sampai saat akhirnya mereka sah menjadi suami istri dan kesempatan mencium Alba tiba, Rafael pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mencoba bibir wanita itu yang ternyata sangat lembut. Bahkan tanpa bisa dicegah, Rafael pun memagutnya singkat. Alba sendiri langsung menahan napasnya kaget saat mendadak bibir Rafael bertemu dengan bibirnya. Alba mematung dan tidak bergerak sedikit pun sampai akhirnya Rafael melepaskan bibirnya. "Jangan lupa bernapas, Alba," bisik Rafael di depan wajah Alba. Alba pun langsung mengerjapkan mata dan menelan salivanya dengan salah tingkah. Sungguh pernikahan kontrak ini terasa seperti pernikahan sungguhan. Gaun indah, dekorasi indah, janji pernikahan, dan wedding kiss. Namun, sayangnya, tidak terjadi apa-apa setelahnya. Bahkan ekspresi Rafael
Suasana di ruang VIP seketika hening saat semua mendengar ucapan Rafael."Istri? Apa ini, Rafael? Istri?" tanya pria tua yang merupakan kakek Rafael. Rafael pun segera membawa Alba melangkah mendekat. "Iya, Kakek, ini istriku, Alba. Kami menikah dua minggu yang lalu dan maaf baru memperkenalkannya sekarang," jawab Rafael begitu santai. "Jangan gila, Rafael! Apa yang kau katakan? Istri?" pekik Ivana, ibu tiri Rafael yang mendadak bangkit berdiri dari kursinya. "Jangan main-main dengan pernikahan, Rafael! Bagaimana kau bisa menikah tanpa memberitahu keluargamu dulu?" Thomas yang merupakan ayah Darren pun akhirnya bersuara dengan tegas juga. Hubungan Thomas dan Rafael memang tidak terlalu harmonis sejak Thomas memutuskan untuk menikah lagi dengan Ivana, dan mereka jadi jarang berkomunikasi sejak itu. "Aku tidak sedang bercanda, Ayah. Aku sudah menikahi Alba secara sah dan Alba adalah istriku. Bahkan kalau Ayah perlu bukti foto dan lainnya, aku bisa memberikannya," tegas Rafael lagi
Semua orang masih terdiam setelah mendengar Alba yang begitu fasih berbahasa Prancis, termasuk Dario dan Mirella, istri Dario yang mendadak kehilangan senyumnya sama sekali. Rafael sendiri juga ikut menganga tak percaya dengan apa yang ia dengar sampai ia terus menatap Alba, sedangkan Alba sendiri pun masih bertatapan dengan Mirella sebelum tidak lama kemudian mulai terdengar suara tawa dari Robert. "Haha! Bagus sekali!" seru Robert senang sampai langsung membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Robert."Hei, Dario, Mirella! Apa yang kalian lakukan itu tidak sopan, kalian tahu itu? Tidak boleh menguji seseorang seperti itu, apalagi Alba adalah istri Rafael. Sikap kalian ini seperti sedang interview karyawan di kantor dan itu tidak benar. Ayo kalian minta maaflah pada Alba, bagaimanapun kita adalah keluarga sekarang kan? Ayo cepat!" Robert terus tertawa sambil mengedikkan kepalanya ke arah Alba sampai Alba terlihat salah tingkah. Dario dan Mirella sendiri juga ikut salah