Peter mengeluarkan sapu tangan dari saku, lalu membukanya.“Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Saya sudah mendapatkan rambut Nona Ava,” katanya sambil mengangkat tatapan pada Lucas.Sang Tuan berpaling. Tujuannya menemui Ava hari ini memang ingin membuktikan bahwa gadis kecil itu sungguhlah putrinya.“Lakukan tesnya secara diam-diam. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahuinya!” Lucas memerintah tegas.Dengan tanggap, asistennya pun menimpali, “saya mengerti, Tuan!”Ya, masalah ini sangat rawan. Terlebih situasi sekarang tidak kondusif karena namanya terseret skandal dengan Ariella dan Giselle.Pria tersebut lantas mangkir menuju mobilnya. Peter sigap membuka pintu bagian belakang.Baru saja menutupnya, tiba-tiba ponsel Peter bergetar. Keningnya mengernyit saat mengangkat panggilan yang masuk.“Kau bersama Lucas?” Terdengar suara Richard dari seberang.Peter melirik Lucas sekilas, lalu menimpali, “ya, Pimpinan.”“Dasar berandal itu! Dia selalu mengabaikan teleponku!” sambar Richard
“Kenapa Ava ingin kenalkan Daddy pada Mommy?” Lucas bertanya disertai senyum tipisnyaDia penasaran kenapa tiba-tiba sang putri meminta hadiah semacam ini.Sudut mulut Ava tertarik ke atas dengan manisnya, lantas menjawab, “karena Ava suka sama Daddy. Daddy sangat baik, tinggi dan tampan. Jadi Ava mau Mommy bertemu Daddy. Ava yakin, Mommy pasti menyukai Daddy juga!”“Menurut Ava begitu? Mommy akan menyukai Daddy?” sahut Lucas sambil mengangkat sebelah alis.“Tentu saja. Daddy mau tidak? Mommy Ava baik dan cantik. Mommy juga sangat pandai membuat lukisan yang indah!” Ava menimpali antusias, memicu seringai miring Lucas semakin terkuar.“Daddy tau,” balas pria itu tanpa ragu.Ava pun mengerjap, coba memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.“Daddy bilang … tau? Apa Daddy sudah pernah bertemu Mommy?” tanya anak perempuan itu.Namun, belum sampai Lucas menyambar dengan ucapan, tiba-tiba Nicholas datang sambil memanggil-manggil Ava.“Ava! Ava, lihatlah! Aku punya sesuatu untukmu!” tukas
“Apa yang Secil lakukan? Dia mendorong Ava, ini curang!” teriak Nicholas protes. Dia sangat geram, begitu juga dengan ayahnya dan Lucas. Semua orang melihat perbuatan Secil. Lucas yang diliputi cemas, berniat menghampiri putrinya yang tersungkur di lintasan lomba. Namun, belum sampai kakinya melangkah, Ava perlahan bangkit sendiri. Ya, mengamati Secil mendahuluinya dengan cara kotor, membuat sisi semangat Ava mencuat. Terlebih saat melihat Lucas yang menantikan dirinya di depan, Ava benar-benar ingin pergi padanya. ‘Daddy menunggu Ava. Ava harus bangun dan datang pada Daddy!’ batin anak itu antusias. Kaki mungilnya berhasil menopang tubuh lagi. Begitu Ava mulai berlari, sorakan orang-orang bertambah ramai untuk menyemangatinya.“Bagus, Ava! Kau sangat keren! Kau pasti bisa, semangat Ava!” pekik Nicholas sambil bertepuk tangan.Dia menghampiri Charlie, lalu digendong oleh ayahnya tersebut. Dengan wajah binar, keduanya terus memberi dorongan untuk Ava.“Ayah, Ava benar-benar hebat ‘
"Tuan Lucas?" Charlie menyeru.Sorot manikmya tampak kaget saat mendapati pria itu menggendong Ava. Putranya juga ada di sebelah.Charlie pun mendekat, lalu memberi salam hormat bersamaan dengan wali kelas Ava. "Saya tidak menyangka Tuan datang ke Dalin Court. Tapi mengapa Anda bisa bersama putri Nona Ariella?" Charlie bertanya penasaran."Anda tau anak ini putri Ariella?" sahut Lucas disertai alisnya yang mendapuk.Ekspresi Charlie jadi kikuk. Dulu Lucas sempat bertanya tentang Ava, tapi sayangnya dia belum tahu apapun tentang bocah tersebut."Ya, saya juga baru mengetahuinya beberapa minggu lalu, Tuan,. Saya tidam sengaja berpapasan beliau saat mengantar putrinya ke sekolah," balas Charlie merasa bersalah.Saat itulah Nicholas langsung menginterupsi. "Apa Ayah tau? Ternyata Paman ini Daddynya Ava!""Da-daddy?!" sahut Charlie ragu.Rasanya sangat mustahil sebab dia tau hubungan Lucas dengan Ariella hanya sebatas bos dan bawahannya."Hari ini saya akan berpartisipasi di acara Papa Day
“Apa putri kesayangan Daddy menunggu lama?” tutur Lucas yang kini berhenti di depan Ava.Anak perempuan itu mendongak bingung. Lucas yang tidak ada hubungan dengannya mendadak datang, di belakangnya juga ada Peter.Ya, Lucas yang telah menyelidiki Ava langsung mendatangi bocah itu ke sekolahnya. Melihat selama ini Ariella menyembunyikan anak mereka, sudah pasti wanita tersebut tidak akan jujur jika Lucas bertanya langsung.“Ke-kenapa Paman tampan ….” Bisikan Ava kembali tertelan saat Lucas mengedipkan sebelah matanya.Bahkan yang lebih mengejutkan, Lucas langsung merengkuh Ava dan menggendongnya.“Daddy terlambat karena ada pekerjaan. Apa acaranya sudah mulai?” ujar Lucas mengamati wajah Ava yang masih tertegun.Ekspresinya beku anak itu, samar-samar mirip Ariella saat kehabisan kata-kata kala berdebat dengannya. Sungguh menggemaskan.“Wah! Ternyata Paman ayahnya Ava? Tapi kenapa saat di galeri, Paman—”“Oho! Kau putra Tuan Charlie ‘kan? Namamu … Nicholas?” sahut Lucas sambil menoleh
“Bukankah kau memyukaiku?” Nicholas berujar penuh harap.Ava yang ada di sebelahnya hanya berkedip bingung.“Aku memang menyukaimu karena kau teman baikku, Nick,” tuturnya tanpa ragu. “Kau menyukaiku dan aku menyukaimu. Orang yang sama-sama suka harus menikah agar hidup bahagia selamanya, Ava!” Bocah lelaki itu menjelaskan dengan bangganya.Akan tetapi, Ava tidak setuju. Melihat Ariella dan Damien yang tidak terikat dalam pernikahan, membuatnya berpikir bahwa pertemanannya dengan Nicholas, tidak harus berakhir menikah.“Kau salah, Nick. Teman baik itu tidak semuanya menikah. Sepertinya orang yang menikah hanya orang yang saling mencintai,” kata Ava membenarkan.Lawan bincangnya menaikkan kedua alis, lalu menimpali, “itu bukan masalah, karena aku mencintaimu, Ava!”“Mommy bilang, cinta hanya untuk orang dewasa. Anak-anak seperti kita hanya boleh berteman!” sanggah Ava memberi pengertian.“Baiklah, aku tau. Aku akan terus mencintaimu sampai dewasa. Sampai kau mau menikah denganku, Ava!
“Astaga! Ini berita yang sangat menggembirakan untuk Nona Giselle dan Tuan Lucas!” seru Reporter wanita di hadapan Giselle.“Benar! Nona Giselle sangat cantik dan Tuan Lucas begitu tampan. Pasti visual anak mereka tidak dapat diragukan!” timpal Reporter lainnya. “Selamat, Nona Giselle. Kami semua ikut bahagia untuk Anda!”Giselle yang dibanjiri sanjungan pun tersipu malu.Dengan tangan mengelus perutnya yang masih rata, dia berkata, “ah … saya keceplosan. Sebenarnya tunangan saya belum mengetahui ini. Saya ingin memberikan kejutan untuknya, karena dia sangat menantikan seorang bayi.”“Kami yakin, Tuan Lucas sangat senang mendengar kabar kehamilan Anda, Nona Giselle!” sahut Wartawan lelaki bermantel hitam.Rekannya juga segera menimpali, “itu benar. Memang siapa yang berani menolak bayi dari seorang Dewi San Carlo?”Ya, sebutan Dewi San Carlo sudah melekat pada Giselle sebagai seniman paling cantik. Tak heran semua orang di dataran ini menyukainya.“Terima kasih, kalian semua sangat bai
“Bukankah wanita di video ini Anda, Nona Ariella?” tanya Detektif itu menyidik.Ya, di layar tengah berputar video saat Ariella tak sengaja mencakar wajah Giselle, ketika hendak meraih ponselnya. Sial sekali kamera yang disembunyikan Giselle tidak menyorot aksi wanita itu saat melempar ponsel Ariella ke luar jendela. Dari video, memang Ariella tampak bersalah karena coba menyerang, bahkan merebut kemudi hingga mobil itu menabrak pembatas jalan.‘Aish, sial! Jadi Giselle sudah merencanakan ini sejak awal?!’ batin Ariella penuh dongkol.Apalagi saat sang detektif mengubah slide dan memutar video kontroversi percakapan Ariella, yang terang-terangan ingin merebut Lucas.‘Brengsek! Apa-apaan ini? Kenapa dia hanya memotong sepenggal videonya?!’ Ariella bergeming disertai amukan tertahan.Ya, dirinya paling tahu, kalau full videonya sangat berbeda dengan potongan pendek video yang menjadi skandal itu.“Apa Anda sengaja melakukan ini karena dendam pribadi? Anda bahkan mengancam Nona Giselle!”
Tatapan Jane berubah waspada sembari bertanya, “ada keperluan apa, Opsir?”Ya, dua orang petugas polisi-lah yang datang.Jane yang ingat bahwa Ariella terlibat kecelakaan, jadi curiga. Terlebih saat salah satu opsir itu mengeluarkan sesuatu dari balik mantelnya.“Kami membawa surat perintah penangkapan Nona Ariella Edelred, atas kasus penyerangan terhadap Nona Giselle Diorson!” tukas Opsir tersebut amat tegas.Sepasang iris Jane seketika membola. Memang benar itu surat perintah penangkapan, tapi kenapa Ariella yang jadi tersangka?“Tunggu, apa Opsir tidak salah?!” ujar Jane bertanya-tanya.Alih-alih menjelaskan, seorang Opsir lainnya langsung menyambar, “tolong biarkan kami bertemu Nona Ariella!”Ucapan itu pun terdengar oleh Damien yang hendak meniti tangga.‘Ada keributan apa di luar?’ batinnya sambil mengerutkan kening.Dirinya berbalik untuk melihatnya.Belum sampai mangkir, tiba-tiba Ariella memanggil dari atas. “Damien!”Sang pemilik nama sontak mengurungkan niatnya. Dia menoleh