“Bukankah wanita di video ini Anda, Nona Ariella?” tanya Detektif itu menyidik.Ya, di layar tengah berputar video saat Ariella tak sengaja mencakar wajah Giselle, ketika hendak meraih ponselnya. Sial sekali kamera yang disembunyikan Giselle tidak menyorot aksi wanita itu saat melempar ponsel Ariella ke luar jendela. Dari video, memang Ariella tampak bersalah karena coba menyerang, bahkan merebut kemudi hingga mobil itu menabrak pembatas jalan.‘Aish, sial! Jadi Giselle sudah merencanakan ini sejak awal?!’ batin Ariella penuh dongkol.Apalagi saat sang detektif mengubah slide dan memutar video kontroversi percakapan Ariella, yang terang-terangan ingin merebut Lucas.‘Brengsek! Apa-apaan ini? Kenapa dia hanya memotong sepenggal videonya?!’ Ariella bergeming disertai amukan tertahan.Ya, dirinya paling tahu, kalau full videonya sangat berbeda dengan potongan pendek video yang menjadi skandal itu.“Apa Anda sengaja melakukan ini karena dendam pribadi? Anda bahkan mengancam Nona Giselle!”
Tatapan Jane berubah waspada sembari bertanya, “ada keperluan apa, Opsir?”Ya, dua orang petugas polisi-lah yang datang.Jane yang ingat bahwa Ariella terlibat kecelakaan, jadi curiga. Terlebih saat salah satu opsir itu mengeluarkan sesuatu dari balik mantelnya.“Kami membawa surat perintah penangkapan Nona Ariella Edelred, atas kasus penyerangan terhadap Nona Giselle Diorson!” tukas Opsir tersebut amat tegas.Sepasang iris Jane seketika membola. Memang benar itu surat perintah penangkapan, tapi kenapa Ariella yang jadi tersangka?“Tunggu, apa Opsir tidak salah?!” ujar Jane bertanya-tanya.Alih-alih menjelaskan, seorang Opsir lainnya langsung menyambar, “tolong biarkan kami bertemu Nona Ariella!”Ucapan itu pun terdengar oleh Damien yang hendak meniti tangga.‘Ada keributan apa di luar?’ batinnya sambil mengerutkan kening.Dirinya berbalik untuk melihatnya.Belum sampai mangkir, tiba-tiba Ariella memanggil dari atas. “Damien!”Sang pemilik nama sontak mengurungkan niatnya. Dia menoleh
“A-apa yang Ava katakan?” Ariella mengerjap tak mengerti.Dirinya melirik sang putri yang merebahkan kepala di bahunya dengan nyaman.“Benar, ternyata wangi Mommy sangat sama dengan Paman tampan,” tutur bocah itu tanpa ragu.Ya, Ariella sedang memakai baju dari Lucas, bahkan juga tidur bersamanya. Tak heran parfum pria itu juga menempel. Karena Lucas selalu memakai parfum khusus, jelas saja orang lain pasti mengenali kalau itu aroma dirinya. Termasuk bocah seperti Ava!Akan tetapi kalimat Ava malah membuat Ariella was-was, termasuk Damien yang berdiri di belakang wanita tersebut.“Pasti karena Ava terlalu kangen sama Mommy,” ujar Ariella menarik sang putri agar berdiri tegak.“Tidak. Ava ingat aroma Paman tampan. Ava kan sudah dua kali bertemu Paman tampan. Apa Mommy juga bertemu saat kerja?” balas Ava teguh.Sial sekali bocah itu sulit dikelabuhi.“Mommy ingat ‘kan Paman tampan yang Ava ceritakan?” tambah Ava kian memicu Ariella tegang.Namun, belum sampai Ariella menimpali, Damien y
“Anda mengenalnya, Tuan?” Peter bertanya selaras dengan kedua alis yang naik ke atas. “Dia gadis kecil yang hampir saya tabrak di jalan dekat Dalin Court.”Kening Lucas semakin mengernyit, dia memang ingat. Sayang sekali, dulu dirinya tidak sempat melihat Ariella saat menghampiri putrinya.“Anak ini pernah mengunjungi Baratheon Gallery!” ujar Lucas masih memandangi foto Ava lekat-lekat.“Ternyata Anda sudah bertemu dengan Ava?” sahut Peter mengerjap binar. “Sejujurnya, saat pertama kali saya melihat gadis ini, wajahnya memang mirip dengan Anda, Tuan. Nona Ariella belum menikah dengan Tuan Damien Rudwick. Ada kemungkinan kalau Ava darah daging Anda!”Lucas terdiam dengan rahangnya yang ketat. Semakin diingat, hal itu memang tidak mustahil!Baik warna rambut atau matanya, sama-sama gelap seperti Lucas. Bahkan mereka berdua punya alergi terhadap kacang.‘Ava?’ batin Lucas yang kini beralih memeriksa dokumen yang masih ada di amplop.Tatapannya menajam saat melihat data gadis kecil itu se
‘Damien?!’ batin Ariella menerka saat mengenali mobil tersebut.Benar saja, sosok tinggi dengan setelan jas hitam yang keluar kendaraan itu memang Damien Rudwick. Dia berhasil tiba di lokasi Lucas usai melacaknya dari panggilan tadi malam. Agaknya dia terus begadang untuk menemukan Ariella karena wajahnya tampak kusut.“Ariella!” Damien berujar antusias.Lelaki itu bergegas menghampiri Ariella, tapi sialnya Lucas malah menarik sang wanita di belakangnya.“Sekali kau mendekat, aku akan mematahkan kakimu, Damien!” dengus Lucas penuh ancaman.Alih-alih berhenti, Damien justru mempercepat langkahnya dan langsung menghajar wajah Lucas dengan berangnya.Gerakan tiba-tiba itu seketika membuat Lucas terhuyung, bahkan melepaskan cekalan dari Ariella sebab tak mau wanitanya ikut terserang.“Brengsek!” umpat Lucas pelan.Namun, Damien yang dikuasai emosi langsung merengkuh bahu Lucas dan hendak melayangkan tinjunya lagi. Beruntung manik Lucas terus waspada. Dirinya berhasil menghindar dan balik
‘Benarkah kita melakukannya?’ batin Ariella menatap Lucas bingung.Namun, begitu melirik dirinya dan menyadari pakaian masih lengkap, Ariella yakin Lucas tidak melakukan apapun padanya.Dia coba memutar memori. Dirinya ingat samarr-samar ketika Lucas membopongnya naik tangga, tanpa sadar bahwa dia juga muntah di bahu pria tersebut.‘Sepertinya itu tidak terjadi, tapi kenapa dia tidur telanjang? Ini bukan kebiasaannya ‘kan?’ sambung wanita itu menerka.“Apa yang kau pikirkan? Kau mengharap hal itu terjadi?” ujar Lucas yang sekejap membuyarkan lamunan Ariella.Sang wanita mengernyit sembari menyahut cepat. “Hah! Apa yang kau maksud?!”Dia menyibak selimut lebih lebar, berniat turun. Akan tetapi, Lucas dengan sigap mencekal tangan Ariella dan langsung menariknya hingga wanita itu kembali ambruk.Tangan Ariella tepat bertumpu pada bidang dada Lucas yang telanjang. Posisi itu sungguh membuatnya canggung, bahkan memicu pipinya bersemu merah.Sialnya Lucas malah memeluk pinggang Ariella deng
“Apa yang kau tanyakan tiba-tiba?!” Ariella mendecak sengit. Dia berniat menarik diri, tapi Lucas malah bersikukuh menguatkan cekalan. “Jawab aku, Ariella!” tukas pria itu mendesak. ‘Brengsek! Kau sendiri dalang kejadian itu, tapi berlagak tidak tahu apapun? Apa kau seperti ini karena gagal membunuhku?!’ batin Ariella memicing tajam. Dengan gigi terkatup, wanita itu pun mendengus, “apa hubungannya denganmu? Jika aku mengatakannya, tidak akan memengaruhi apapun, termasuk—”“Karena aku tidak bisa menemukanmu!” sahut Lucas yang seketika membuat Ariella mengernyit. ‘Menemukanku?’ batin wanita itu bertanya-tanya. Rasanya dia salah dengar. Namun, detik selanjutnya Lucas kembali berkata, “hari saat kau menghilang, aku dengar memang ada kecelakaan. Aku pikir itu dirimu, tapi Peter tidak bisa menemukan tubuhmu jika itu benar-benar kau.”“Tunggu! Kau … mencariku?!” Ariella berujar ragu. Alih-alih menjawab, Lucas malah bungkam sekarang. Entah mengapa mulutnya jadi berat bicara. “Katakan!
“Lepaskan Ariella! Aku tau kau menyembunyikannya!” Suara Damien terdengar berang dari seberang telepon. Ya, dia mati-matian melacak Lucas. Sialnya tidak punya petunjuk apapun mengenai keberadaannya. Hingga dia berhasil menemukan nomor pribadi Lucas dan lekas menghubunginya. Sekali Lucas mengangkat panggilan, Damien pasti bisa menemukan lokasi pria itu dari IP perangkatnya. Lucas juga tahu itu, tapi dirinya malah sengaja memprovokasi. “Datanglah jika kau siap untuk mati, bajingan!” dengus Lucas pelan, tapi setiap katanya penuh tekanan. Mendengar umpatan itu, Ariella langsung menoleh padanya. Dengan iris lebar, dia menerka dalam batin, ‘mungkinkah itu Damien?’ Tapi Lucas yang menyadari tatapan Ariella, kini meliriknya tajam. Tanpa segan dia mengakhiri panggilan, bahkan mematikan ponselnya. ‘Hah … harusnya aku merebut ponsel itu dan bilang pada Damien. Entah kenapa aku sangat khawatir pada Ava. Aku merasa harus segera pulang,’ batin Ariella was-was. “A-apa yang kau lihat?!” Wanita
“Apa ada masalah?” tanya Dokter di hadapan Peter.Dirinya penasaran mengamati perubahan iras muka asisten Lucas tersebut.“Dokter, kenapa bagian riwayat kesehatan dan diagnosa tidak tertulis di sini?” Peter balik bertanya saat mengangkat pandangan.Dokter Esteban sudah tidak terkejut.Dengan tatapan tenang, dia lantas menimpali, “beberapa pasien memang melakukan itu. Mereka tidak ingin ada pihak luar yang tahu tentang kondisi kesehatan mereka.”Benar, Ariella sudah mengantisipasi hal itu. Dengan bantuan Damien, dirinya ingin pihak rumah sakit La Fosa menutupi pasal penyakit Ava. Terlebih kala itu Ariella berpapasan dengan Richard. Pihak Baratheon bisa langsung merebut Ava dengan dalih Ariella tak mampu merawatnya dengan baik.Peter tak bisa mendesak lagi.Dirinya menutup rekam medis tersebut, seraya berujar, “baiklah. Kalau begitu saya harus pergi, Dokter. Terima kasih bantuan Anda hari ini.”Dia pun mangkir usai sang dokter mengangguk. Langkah panjangnya menderap menuju luar rumah sak