Share

Gadis Gaun Merah

Penulis: Capung
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-23 19:58:20

Steve berjalan masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh Damian. Mereka mengambil posisi paling pinggir, karena posisi depan sepertinya sudah diisi oleh orang lain.

Di depan mereka sebuah panggung yang memanjang. Posisi panggung memiliki posisi lebih tinggi dari tempat mereka duduk. Di atas panggung ada lima buah tiang yang menjulang dan berkilat bisu. 

Di ujung panggung, seseorang sedang memainkan musik menggunakan grand piano, sesuatu yang tidak umum ditempat tersebut. Dihadapan piano ada sebuah tirai yang menutup, sepertinya merupakan tempat untuk keluar, atau mungkin untuk tempat untuk masuk para penari yang sudah beraksi.

Damian tahu tempat apa itu. Itu adalah tempat bagi penari striptis, atau sebutan lainnya penari telanjang di tiang. 

"Kukira apa, ternyata penari tiang," bisik Damian pada Steve.

Steve menoleh ke arah Damian, mengulas senyum, "gue tahu elo khatam yang beginian, tapi gue jamin, yang ini beda," ucap Steve sambil menjilat bibirnya yang terasa kering.

"Apanya yang beda?"

Steve menatap sekilas ke arah kawannya itu. Kadang Steve sering jengkel dengan tindakan dan kata-kata Damian yang tidak sabar.

"Lu liat aja deh, gue juga penasaran," ucap Steve yang kemudian perhatikan nya teralihkan karena bunyi denting piano yang awalnya tenang menjadi lebih intens.

Lalu, dari samping panggung keluarlah dua wanita yang menggunakan pakaian two piece yang demikian minim. Kedua perempuan itu melenggok lenggokkan pinggangnya mengoda.

Dua perempuan itu berjalan menuju depan panggung, mengikuti irama musik dari piano yang mulai memainkan musik klasik dengan tempo cepat. Mengiringi dua orang yang menari di atas panggung yang mulai membuka kancing baju bagian depannya.

Para penonton tampak mulai maju, terlihat mereka menatap para penari dari bawah dengan mata menginginkan. Namun, mereka tidak diperbolehkan menjamah penari. Di sudut sisi yang agak gelap, terlihat empat pasang mata mengawasi tamu yang mulai bertindak berlebihan.

Penari pertama, dengan rambut pendeknya beraksi. Dia sudah berhasil melepas kancing bajunya dan melemparnya ke atas panggung. Tampak pakaian dalam minimalis berwarna hitam menggoda. Penari kedua, yang sedang memeluk tiang sudah melepaskan pakaian atasnya dan kini sedang melepaskan kait pakaian dalamnya.

Suara musik menghentak.

Damian mengamati pertunjukan itu dengan santai. Kalau Melihat bagaimana penari itu meliuk dan melepaskan pakaiannya, itu adalah hal biasa. Namun, melakukan tarian ditemani musik klasik yang diaransemen sesuka hati oleh pianis di atas panggung, rasanya itu yang membuat tempat ini menjadi punya nilai.

Kini penari ke dua sudah berhasil menari sambil membusungkan dadanya yang sudah bebas. Dua benda indah berwarna putih mencuat dan berkilat. Dua buah dada itu ikut bergoyang dengan gerakan sang penari.

Penari pertama, kini sedang melucuti bagian roknya, membuat lelaki yang duduk paling depan bersuit. 

Mata Steve tampak terpaku, menatapi tubuh indah yang meliuk dengan mengoda.

Lalu, dari sisi panggung dekat dengan Damian muncul lagi dua penari tambahan. Penari yang muncul masih memakai pakaian yang sama dengan penari sebelumnya. Kedua penari yang baru muncul itu segera mengambil posisi. Kakinya dilebarkan, pinggulnya di naik turunnya dengan penuh gairah.

Kedua penari berikutnya pun melucuti pakaiannya seperti dua penari sebelumnya. Mula-mula bagian bajunya yang sudah super minim. Dari balik baju itu pakaian dalam mereka terbuka. Dengan kondisi hanya mengenakan pakaian dalam dan rok super mini, dua penari itu melenggok lenggok di ujung panggung.

Salah satu penari sempat bertemu pandang dengan Damian. Sang penari tersenyum, lalu dia membuka pakaian dalamnya dan memperlihatkan lekuk dadanya yang indah yang mulai terbuka dan merekah.

Dua perempuan yang sudah lebih dulu muncul itu sudah melucuti celana dalamnya. Mereka meliuk tanpa mengenakan apapun. Bergerak memeluk tiang, memutar pinggul.

Suara lantunan musik semakin intens, begitu merdu dan menggoda hati. Liukkan sang penari pun semakin bersemangat, seperti kembang api yang meledak di mana-mana.

Satu penari yang sempat beradu tatap dengan Damian mendadak turun dari panggung. Lalu, menggoyangkan pinggulnya dan berjalan dengan anggun. Perempuan itu bernama Laila, sepertinya dia tertarik pada Damian.

Aturan penari tiang di tempat itu sama dengan aturan yang lainnya. Boleh dilihat, tidak boleh disentuh. Para penari boleh menyentuh pelanggan, namun pelanggan tidak boleh menyentuh mereka.

Laila mendekat ke arah Damian, berputar satu kali di meja pemuda itu, menyentuh dagu Steve yang matanya sudah kelayapan menatapi bagian bagian tubuh Laila.

Lalu, Laila duduk dipangkuan Damian, menggesek pada pahanya hingga menyentuh pusaka Damian.

Laila mengedipkan mata pada Damian sebelum dia pengangkat tangannya dan mulai meliukkan tubuhnya, membuka tangannya dan memperlihatkan dadanya yang putih berkilat.

Steve memandang ke arah Damian, merasa sedikit iri. Damian hanya memandangi tubuh perempuan itu, menikmati pemandangan dihadapannya, toh dia datang ke tempat ini untuk melihat mereka semua melakukan performance. Apapun bentuknya. Kalau mereka menghampiri dan menyentuhnya sesuka hati, itu bonus.

Lalu Laila mengedip ke arah Damian, kemudian dia berdiri dari pangkuan Damian, memutari Damian sekali lalu berjalan pergi.

Steve yang melihat itu langsung mendekat ke arah Damian dengan semangat, "Hai, dia ngasih kode tuh!" Bisik Steve.

"Kode apa?"

"Dia pengen elu booking" jelas Steve dengan suara sedikit jengkel pada Damian, sok pura pura tidak tahu.

Damian tersenyum. Gadis penari tiang, mereka memang tidak dapat disentuh di ruangan ini, tapi bisa memberikan pelayanan khusus ditempat lain. Tinggal bagaimana negosiasinya.

Lalu, empat penari yang melenggak lenggok di atas panggung itu mengambil tiangnya masing masing. Kemudian, sinar lampu menyoroti sisi panggung tempat keluarnya para penari.

Suara lantunan piano perlahan tenang, lalu kemudian sibuk kembali dengan dentingan yang lebih intens.

Dari Sorotan sinar yang mengarah di sisi panggung, dimana para penari keluar. Muncul seorang gadis, mengenakan gaun merah panjang semata kaki, dengan belahan sampai ke paha. Gadis itu berputar memegang gaunnya yang melebar dan menggerakkannya kiri dan kanan.

Perempuan yang mengunakan hak tinggi itu mengetuk ngetuk lantai panggung, mengikuti irama piano.

Damian terperangah ketika melihat gadis yang baru muncul. Perempuan yang membuat hatinya mendendam, juga merindu. Perempuan yang dengan tegas menolak untuk menemaninya sepanjang malam.

Gadis itu, berdiri di atas panggung, menari dengan gaun merah menyala yang senada dengan warna rambutnya. Dia terlihat bersemangat, menari di atas panggung penari tiang. 

Lalu, gadis itu berdiri di tengah panggung, menari mengangkat tangannya, menepuk tiang, mengangkat kakinya sedikit. Lalu setelahnya, dia membuka gaunnya yang hanya disampirkan di pundak. Pakaian itu melorot ke bawah, memperlihatkan lekuk sempurna berwarna indah.

Damian meneguk ludah, tubuh itu seperti dalam ingatannya. 

Perempuan yang di atas panggung itu adalah Anggela.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Tuan Pengacara   Dua Lelaki

    Ketika SMA, Damian dan Rama punya tempat tongkrongan unik disebuah warung kecil untuk makan mie instan dan makan bubur kacang ijo. Tempatnya sedikit mojok, terpencil dan privasi, tapi kalau jam makan pagi sama malam ramainya minta ampun. Tempat tesebut sudah menjadi favorit kedua sahabat tersebut.Rama memilih jam makan siang karena tempat itu kerap sepi di jam tersebut. Jadi ketika dia datang, tidak banyak yang memperhatikan.Damian sendiri memilih bersalin baju untuk bertemu dengan Rama. Tempat pertemuan mereka bukan untuk orang orang yang terbiasa mengenakan jas, jadi pemuda itu menyalin bajunya dengan kaos lengan pendek dan juga mengganti celananya menjadi celana jins biasa.Ketika Damian muncul, ternyata Rama sudah duduk di pojok. Damian kemudian memesan makanan dan duduk dihadapan Rama."Udah pesan?" Tanya Rama."Baru aja gue pesan." Sahut Damian."Sori, ini masih jam kantormu ya?" Rama menatap ke arah Damian."Kalau elu k

  • Hasrat Tuan Pengacara   Lima Ratus Juta

    Steve langsung mengetuk pintu ruang kerja Damian, ketika mendengar suara Damian mempersilahkannya masuk, Steve segera membuka pintu."Bro, gue denger dari satpam, kemarin keadaan gawat ya?"Damian yang berada di belakang meja kerjanya menaikkan kepalanya melihat Steve berdiri di ujung pintu, tidak masuk tapi juga tidak berada di luar.Damian mendesah, dia sudah menduga bakal heboh kalau ada yang tahu, tampaknya satpam di depan pintu masuk ember juga. Sempat-sempatnya dia menceritakan pada Steve perihal kejadian kemarin. "Masuk Steve," ucap Damian karena dia paling tidak suka bicara sambil teriak begitu."Gue denger terjadi sesuatu kemarin," Steve langsung to the point ketika dia sudah duduk di sofa.Damian tersenyum, "lu dapat infonya dari mana?""Ada lah,"Damian tertawa, "palingan dari satpam.""Betul. Katanya kemarin lu di cegat orang, trus di culik!""Klo gue di culik, enggak akan ada di kantor lagi.""Iya, bener, tapi memang ada yang terjadi kan?"Damian lagi-lagi tersenyum, mem

  • Hasrat Tuan Pengacara   Ikan Dalam Jaring

    Rama mengulurkan tangan untuk membantu Laila berdiri. Laila meraih tangan Rama dan kemudian berdiri. Lalu setelahnya Rama berjongkok di sisi kaki Laila untuk membantu gadis itu mengeluarkan hak sepatunya yang masuk ke dalam celah batako jalan."Aku kaget tadi, aku lihat kau lari, makanya aku khawatir," ucap Rama ketika dia sudah berhasil melepaskan hak sepatu Laila dari dalam celah.Laila yang kontan seketika merasa lemas, langsung menjatuhkan diri di dada Rama yang bidang."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Rama ketika mendapati Laila roboh di dadanya."Aku lemas, takut sekali.""Mereka sudah kuhajar, biar aku bekuk mereka," Rama langsung berbalik hendak menyusul di tempat dua lelaki itu roboh, tapi ternyata kedua orang itu sudah raib dari tempat itu."Lho, kemana mereka?"Ketika Rama hendak bergerak, tangan Laila langsung menggenggam lengannya dengan kuat. Rama segera mengalihkan pandangannya ke arah Laila. Dia melihat Laila menggeleng."Enggak usah dikejar...." Desis Laila, "aku takut..."

  • Hasrat Tuan Pengacara   Mertua Jahat

    Ya?" Tanya Surtini."Nyonya, apa anda membenci menantu anda?"Surtini terdiam, hanya beberapa detik, lalu setelahnya berujar dengan nada tegas, "Saya sudah bilang di awal pembicaraan kita, bagi saya yang penting adalah keluarga. Saya harus menjaga nama baik keluarga Bahar."Damian diam, sebenarnya dia masih ingin menanyakan banyak hal, tapi mulutnya menjadi terkunci. Damian memilih menahan diri. Lelaki itu merasa sedikit jeri dengan nyonya Surtini.Surtini segera berdiri lantas berbalik menghadap ke arah ajudannya yang kemudian mengeluarkan tas miliknya dan menyerahkan tas tersebut pada Surtini, lalu perempuan tua itu berbalik kembali ke arah Damian."Tuan pengacara, apa kau memiliki kendaraan untuk pulang?"Damian mengangkat bahu, "saya dibawa kesini dengan paksaan bukan?" Ucap Damian untuk mengingatkan nyonya tua itu bahwa dia dibawa diluar kehendak dirinya."Baiklah, Ryan akan mengantarkan anda kembali ke kantor." Surtini lantas me

  • Hasrat Tuan Pengacara   Kesepakatan Tak Masuk Akal

    "Ah," Damian berdecak, namun menahan informasi yang hampir saja keluar dari mulutnya. Damian masih ingin tahu lebih banyak lagi informasi tentang Aniela. Berita tentang keluarga Bahar tidak terlalu banyak dan sulit untuk diakses. Mereka bukan keluarga yang menyukai ekspos besar di media, walau begitu kekayaannya sangatlah besar dan berpengaruh.Perempuan tua dihadapannya tahu bahwa Damian sudah mulai paham siapa yang dia maksud, lalu kemudian perempuan itu menggerakkan tangannya. Salah satu lelaki kekar disampingnya mendekat."Bawakan tuan pengacara itu kursi," seru Surtini sambil menjentikkan jari. Salah seorang bodyguard Surtini pun pergi ke luar dan tidak beberapa lama kemudian datang kembali sambil membawakan sebuah kursi lipat dan kemudian membuka kursi lipat itu di belakang Damian.Damian, dengan tidak mengurangi sikap tenangnya mengikuti saran perempuan tua dihadapannya. Dia duduk sambil melonggarkan jasnya. Sikapnya tentu saja tetap diperhatikan oleh Sur

  • Hasrat Tuan Pengacara   Tawanan

    Dengan meneguk ludah, pengacara itu menjawab santai dan lugas, "ya. Dia menceritakannya pada saya."Dokter Wiryo mengangguk, lalu kemudian mengecek hape miliknya, setelah menatap dan meneliti jadwal miliknya, dia kemudian mengalihkan kembali tatapannya ke arah Damian."Jadwal saya kosong dua hari lagi. Kalau itu tidak apa-apa?" ucap sang Dokter."Tidak Masalah dok, jam berapa?" tanya Damian lagi."Kita ambil jam 10 pagi. Nanti tolong dikondisikan saja agar saya bisa melakukan wawancara awal." Dokter Wiryo menambahkan.Damian mengangguk, lalu kemudian dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan sang dokter."Baik, dua hari lagi dok, saya akan menghubungi anda."Setelah berhasil mendapatkan keinginannya, Damian lantas meninggalkan rumah sakit dan berjalan menuju mobil miliknya.Dia menyetir mobilnya langsung menuju kantor. Di dalam perjalanan pikirannya tenggelam terhadap banyak hal. Tentang Aniela, tentang Anggela yang tidak juga muncul. Tentang kesepakatannya dengan Rama da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status