Damian terjebak cinta satu malam dengan Angela, dan dia tergila-gila pada perempuan itu. Namun, Anggela sulit sekali untuk di booking. Gadis itu seolah jual mahal dan menghilang bagai ditelan malam. Damian yang terobsesi pada Anggela ternyata harus bersinggungan dengan kasus pembunuhan dan tersangkanya adalah perempuan yang rupanya sangat mirip dengan Anggela. Apakah keduanya kembar, atau mereka hanya sekedar serupa? Lalu, dimana Anggela berada dan siapa sebenarnya gadis itu?
Lihat lebih banyakMalam itu bagi Damian adalah malam surga, dimana seluruh panca inderanya ditarik pada kenikmatan luar biasa.
Gadis dengan tatto Dewi keadilan di tulang selangka bagian belakang memang memikatnya dengan birahi. Ketika damian mengerakkan pinggul gadis itu turun naik dari belakang, matanya tertuju pada tatto tersebut. Tatto Dewi keadilan dengan mata ditutup, seolah tengah menutup mata tentang kelakuannya hari itu.
Suara erangan gadis bertato itu semakin membuat Damian bersemangat. Pinggul Damian bergerak cepat, mengikuti irama lenguhan gadis itu.
Siapa namanya tadi?
Ah, Anggela. Gadis itu memperkenalkan diri dengan nama itu. Perempuan itu muncul di dangau yang disewanya di Garut. Dengan bibir merona merah delima dan eyeshadow berwarna cokelat membara dia muncul menggunakan dress hitam minimalis, memperlihatkan jenjang tungkainya yang indah.
Mata gadis itu biru, dan rambutnya berwarna merah menyala, seolah seperti api yang akan membakar Damian.
Pertama kali Damian terpesona, hasratnya langsung terbakar, perempuan itu sangat indah, seolah bunga sedap malam yang sedang merekah.
"Hargaku sangat mahal," ucap Anggela sambil melemparkan senyum manis yang membakar hasrat Damian lebih dalam lagi.
Damian, bertanya, memancing, "sebutkan hargamu?"
"Untuk satu jam, 1000 dolar." Jawab gadis itu sambil menunjukkan telunjuknya yang lentik.
Damian bukannya tidak tahu. Dia memang menyewa gadis itu seminggu sebelumnya. Gadis yang terkenal dari mulut ke mulut karena harganya yang dipatok dengan dolar, dan pemilih.
Damian belum pernah melihat gadis itu, tapi perempuan berharga 1000 dolar pasti cantik, minimal dirawat. Rasa penasarannya saja yang membuat Damian menyewa gadis bernama angela ini.
Damian jarang melakukan perjalanan ke luar kota hanya untuk menuntaskan hasratnya. Kalau dia ingin, di dalam kota pun tempat-tempat romantis tersedia di berbagai sudut kota.
Damian tinggal memilih, mau tempat remang-remang, hotel mewah, sauna panas, kolam mandi bergairah, semua tersedia di ibu kota. Hanya harus pandai mencari, dan punya uang.
Pekerjaan Damian sebagai pengacara membuat akses ketempat seperti itu bukan hal yang sulit. Para kliennya dengan senang hati menunjuk tempat tersebut, mengundangnya bahkan mentraktirnya bila dia ingin.
Namun, hari itu dia ingin bersenang-senang di sebuah dangau di wilayah Garut. Tempat yang dirancang dengan suasana temaram, romantis dan tenang. Dangau yang didirikan di tengah danau. Jauh dari hingar bingar lagu menyentak, atau Lampu berkedap kedip. Tempat dimana dia bisa membungkus ketenangan dengan keringat dan adrenalin yang berpacu deras.
Lalu, perempuan itu muncul di depan pintu dangau, mengenakan gaun hitam minimalis, memamerkan senyum manisnya yang menggoda. Pertama kali dalam hidup Damian dia terbakar hasrat hanya dengan melihat perempuan itu. Perempuan yang rambutnya di cat berwarna merah, perempuan yang mengenakan lensa kontak berwarna biru. Perempuan yang melangkah dengan kaki memakai high heels 5 cm.
Ketika perempuan itu menjejakkan kakinya di depan pintu, seolah ada pijar pijar berpendar di sekeliling perempuan itu, dan gerakannya melambat dengan anggun.
**
Damian menatapi gadis yang duduk di atas dirinya, bergoyang naik dan turun dengan teratur, matanya terlihat mengerjap tidak fokus. Perempuan itu mengangkat dagunya sedikit, membuka mulutnya yang semu merah. Suara erangan terdengar dan deru napasnya memburu.
Mata Damian lahap menatapi pemandangan indah di atasnya. Melihat hidung Anggela, dagunya, buah dadanya, yang bergerak dengan irama teratur. Perempuan ini sungguh sempurna dipandangi dari beragam view.
Damian sendiri mendengus dengan napas resah, sesuatu seolah mengguncangnya dari bawah sampai atas dadanya, mengunci otaknya dalam kenikmatan.
Anggela terlihat seolah sedang meraih puncak dirinya di langit ketujuh, dan Damian bisa merasai sesuatu seolah akan meledak dari arah bawah perutnya. Lalu, Damian tidak sanggup menahannya, dia merentangkan tangannya meraih pinggang Anggela. Mempercepat gerakan gadis itu. Lalu, Damian mengerang dan kakinya mengejang.
Napas Damian memburu, matanya mengerjap. Anggela masih di atasnya, tersenyum. Gadis itu mengangkat kakinya dan berpindah tempat duduk.
Damian berdiri, masih mengatur napas. Dia menoleh ke arah Anggela, "berapa hargamu untuk menemaniku satu malam?"
Anggela terkejut, lalu menolehkan kepala kepada lelaki itu, tersenyum. Dia bangkit dan kemudian mengambil handuk yang tersampir diatas tiang gantungan.
Mengelap tubuh telanjangnya yang begitu sempurna. Perempuan itu lalu memunguti bajunya dan mengenakan dengan cepat.
"Bagaimana kalau 5000 dolar?" Tawar Damian lagi yang sekarang sudah duduk di atas kasur.
Anggela menatapnya, lalu mendekat ke arah Damian, dikecupnya pipi Damian seolah mengecup seorang anak sekolah yang sedang kasmaran.
"Ini bukan masalah uang," sahut Anggela sambil mengambil tas miliknya. "Aku hanya bermain satu kali untuk satu orang, itu aturannya."
Apa? Aturan macam apa itu?
"Memangnya tidak ada orang yang sama yang menyewamu?"
"Tentu saja ada, tapi anda bisa.mengantri," jawab Anggela sambil memamerkan gigi putihnya.
Damian segera berjalan ke arah Anggela, "sepuluh ribu dolar, aku akan mentransfernya sekarang."
"Simpan saja uangnya Tuan muda, aku hanya melayani satu kali. Bukankah Anda sudah merasakan surga?" Jawab Anggela sinis, dia lantas memakai high heels nya.
Damian langsung meraih tangan Anggela, "Kau cuma pecun, ngapain jual mahal!" Sentaknya kesal.
Anggela mengibaskan tangannya dengan cepat, lalu dia menatap lelaki itu dengan nanar, ada amarah terbayang di bola matanya yang dilapisi lensa kontak. "Kalau tidak tahu apa-apa tidak usah menghakimi. Bukankah Anda itu seorang pengacara!!"
Lalu kemudian perempuan itu membuang muka, dan segera bergegas menuju pintu. Dia menutup nya dengan keras, membuat kesadaran Damian yang sempat terpaku seolah kembali.
Apa-apaan perempuan itu! Perempuan murahan yang menjual kenikmatan lendir! Seolah matanya menyalahkan dirinya yang telah menyewanya.
Damian sudah membayarnya, dan perempuan itu yang mematok harganya. Betapa sombong sekali perempuan itu. Lihat saja, Damian akan mendapatkannya, dan dia akan membuat perempuan murahan itu bertekuk lutut padanya, memohon-mohon ketika damian menghancurkannya menjadi serpihan.
Damian menelepon seseorang yang menjadi perantara perempuan itu dengan dirinya. Lihat saja, dia akan mendapatkan kontak perempuan itu dan dia akan menjadikan perempuan itu miliknya.
Suara nada tunggu terdengar, beberapa saat Damian harus menunggu. Terdengar suara telepon diangkat.
"Haloo," sebentuk suara lelaki baru bangun dari tidur terdengar malas.
"Steve, ini aku Damian!"
"Oh, hai Bos, gimana malamnya? Bukannya sekarang elu sedang di Garut?"
"Iya, gue masih di Garut. Lu tahu, perempuan yang elu rekomendasikan. Perempuan 1000 dolar itu..."
"Ah, dia ya. Kenapa? Ada masalah bos?"
"Gue bisa dapat nomor privatnya?"
"Lho, kenapa?"
"Udah, enggak usah banyak tanya, kasih tahu gue nomor privatnya."
"Ah, soal itu sorry bos. Perempuan itu sangat rahasia, secret banget. Gue aja dapat antrian untuk lo susah banget. Kenapa? Elu ada komplain?"
"Bukan....."
Lalu terdengar tawa dari sebrang sana, "hahahaha, gue tahu. Lo ketagihan ya?"
Mendengar ucapan kawannya, wajah Damian merah padam. "sialan Lo!" Maki Damian dengan kesal. "Udah, buruan klo elo tahu kontak mucikarinya, kasih ke gue!"
"Iya-iya, nanti gue kirim nomornya sama elu. Eh, eh gimana dia mainnya, enak, nikmat?" Tanya steve diseberang sana dengan rasa penasaran.
"Klo elu penasaran, sewa aja dia!" Bentak Damian kesal.
Steve tergelak, "Bukannya enggak mau bos, enggak sanggup bayarannya," seru Steve.
Damian mendecakkan lidah, lalu kemudian berujar lagi, "ya pokoknya lu cari dulu kontaknya. Kirim ke gue secepatnya."
"Iya, iya, kenapa sih Lo buru-buru banget, barusan bukannya Lo menghabiskan malam dengan tuh pecun!"
"Gue mau menghancurkan tuh cewek!" Ucap Damian dengan menekan rahangnya yang saling beradu.
Ketika SMA, Damian dan Rama punya tempat tongkrongan unik disebuah warung kecil untuk makan mie instan dan makan bubur kacang ijo. Tempatnya sedikit mojok, terpencil dan privasi, tapi kalau jam makan pagi sama malam ramainya minta ampun. Tempat tesebut sudah menjadi favorit kedua sahabat tersebut.Rama memilih jam makan siang karena tempat itu kerap sepi di jam tersebut. Jadi ketika dia datang, tidak banyak yang memperhatikan.Damian sendiri memilih bersalin baju untuk bertemu dengan Rama. Tempat pertemuan mereka bukan untuk orang orang yang terbiasa mengenakan jas, jadi pemuda itu menyalin bajunya dengan kaos lengan pendek dan juga mengganti celananya menjadi celana jins biasa.Ketika Damian muncul, ternyata Rama sudah duduk di pojok. Damian kemudian memesan makanan dan duduk dihadapan Rama."Udah pesan?" Tanya Rama."Baru aja gue pesan." Sahut Damian."Sori, ini masih jam kantormu ya?" Rama menatap ke arah Damian."Kalau elu k
Steve langsung mengetuk pintu ruang kerja Damian, ketika mendengar suara Damian mempersilahkannya masuk, Steve segera membuka pintu."Bro, gue denger dari satpam, kemarin keadaan gawat ya?"Damian yang berada di belakang meja kerjanya menaikkan kepalanya melihat Steve berdiri di ujung pintu, tidak masuk tapi juga tidak berada di luar.Damian mendesah, dia sudah menduga bakal heboh kalau ada yang tahu, tampaknya satpam di depan pintu masuk ember juga. Sempat-sempatnya dia menceritakan pada Steve perihal kejadian kemarin. "Masuk Steve," ucap Damian karena dia paling tidak suka bicara sambil teriak begitu."Gue denger terjadi sesuatu kemarin," Steve langsung to the point ketika dia sudah duduk di sofa.Damian tersenyum, "lu dapat infonya dari mana?""Ada lah,"Damian tertawa, "palingan dari satpam.""Betul. Katanya kemarin lu di cegat orang, trus di culik!""Klo gue di culik, enggak akan ada di kantor lagi.""Iya, bener, tapi memang ada yang terjadi kan?"Damian lagi-lagi tersenyum, mem
Rama mengulurkan tangan untuk membantu Laila berdiri. Laila meraih tangan Rama dan kemudian berdiri. Lalu setelahnya Rama berjongkok di sisi kaki Laila untuk membantu gadis itu mengeluarkan hak sepatunya yang masuk ke dalam celah batako jalan."Aku kaget tadi, aku lihat kau lari, makanya aku khawatir," ucap Rama ketika dia sudah berhasil melepaskan hak sepatu Laila dari dalam celah.Laila yang kontan seketika merasa lemas, langsung menjatuhkan diri di dada Rama yang bidang."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Rama ketika mendapati Laila roboh di dadanya."Aku lemas, takut sekali.""Mereka sudah kuhajar, biar aku bekuk mereka," Rama langsung berbalik hendak menyusul di tempat dua lelaki itu roboh, tapi ternyata kedua orang itu sudah raib dari tempat itu."Lho, kemana mereka?"Ketika Rama hendak bergerak, tangan Laila langsung menggenggam lengannya dengan kuat. Rama segera mengalihkan pandangannya ke arah Laila. Dia melihat Laila menggeleng."Enggak usah dikejar...." Desis Laila, "aku takut..."
Ya?" Tanya Surtini."Nyonya, apa anda membenci menantu anda?"Surtini terdiam, hanya beberapa detik, lalu setelahnya berujar dengan nada tegas, "Saya sudah bilang di awal pembicaraan kita, bagi saya yang penting adalah keluarga. Saya harus menjaga nama baik keluarga Bahar."Damian diam, sebenarnya dia masih ingin menanyakan banyak hal, tapi mulutnya menjadi terkunci. Damian memilih menahan diri. Lelaki itu merasa sedikit jeri dengan nyonya Surtini.Surtini segera berdiri lantas berbalik menghadap ke arah ajudannya yang kemudian mengeluarkan tas miliknya dan menyerahkan tas tersebut pada Surtini, lalu perempuan tua itu berbalik kembali ke arah Damian."Tuan pengacara, apa kau memiliki kendaraan untuk pulang?"Damian mengangkat bahu, "saya dibawa kesini dengan paksaan bukan?" Ucap Damian untuk mengingatkan nyonya tua itu bahwa dia dibawa diluar kehendak dirinya."Baiklah, Ryan akan mengantarkan anda kembali ke kantor." Surtini lantas me
"Ah," Damian berdecak, namun menahan informasi yang hampir saja keluar dari mulutnya. Damian masih ingin tahu lebih banyak lagi informasi tentang Aniela. Berita tentang keluarga Bahar tidak terlalu banyak dan sulit untuk diakses. Mereka bukan keluarga yang menyukai ekspos besar di media, walau begitu kekayaannya sangatlah besar dan berpengaruh.Perempuan tua dihadapannya tahu bahwa Damian sudah mulai paham siapa yang dia maksud, lalu kemudian perempuan itu menggerakkan tangannya. Salah satu lelaki kekar disampingnya mendekat."Bawakan tuan pengacara itu kursi," seru Surtini sambil menjentikkan jari. Salah seorang bodyguard Surtini pun pergi ke luar dan tidak beberapa lama kemudian datang kembali sambil membawakan sebuah kursi lipat dan kemudian membuka kursi lipat itu di belakang Damian.Damian, dengan tidak mengurangi sikap tenangnya mengikuti saran perempuan tua dihadapannya. Dia duduk sambil melonggarkan jasnya. Sikapnya tentu saja tetap diperhatikan oleh Sur
Dengan meneguk ludah, pengacara itu menjawab santai dan lugas, "ya. Dia menceritakannya pada saya."Dokter Wiryo mengangguk, lalu kemudian mengecek hape miliknya, setelah menatap dan meneliti jadwal miliknya, dia kemudian mengalihkan kembali tatapannya ke arah Damian."Jadwal saya kosong dua hari lagi. Kalau itu tidak apa-apa?" ucap sang Dokter."Tidak Masalah dok, jam berapa?" tanya Damian lagi."Kita ambil jam 10 pagi. Nanti tolong dikondisikan saja agar saya bisa melakukan wawancara awal." Dokter Wiryo menambahkan.Damian mengangguk, lalu kemudian dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan sang dokter."Baik, dua hari lagi dok, saya akan menghubungi anda."Setelah berhasil mendapatkan keinginannya, Damian lantas meninggalkan rumah sakit dan berjalan menuju mobil miliknya.Dia menyetir mobilnya langsung menuju kantor. Di dalam perjalanan pikirannya tenggelam terhadap banyak hal. Tentang Aniela, tentang Anggela yang tidak juga muncul. Tentang kesepakatannya dengan Rama da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen