Jericho terus mencari gadis itu, sampai ia menemukannya, ternyata gadis itu sedang memberi makan kucing liar di kebun belakang, karena kebun belakang bisa di lalui dari pintu dapur.Arlin berjongkok memberi makan kucing di kebun belakang tersebut. Kemudian ia berdiri dan ketika membalik badan, jantungnya serasa copot, nafasnya seolah berhenti sejenak, matanya yang indah membulat sempurna.Seorang pria yang ia kenal, dengan sangat tiba-tiba menyergapnya sambil menutup mulut Arlin dengan telapak tangannya yang kokoh.Tangan sebelah pria itu menahan kepala Arlin dari belakang.Arlin tidak mampu berteriak. Mata gadis itu terlihat tegang membulat dan menyiratkan keterkejutan, ketika pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Arlin dengan mulut gadis itu yang masih tersumbat telapak tangan kokoh pria itu.“Ssst!!, jangan berisik! Aku mau kau diam!” ucap pria itu dengan suara sedikit pelan.Dengan perlahan pria itu melepaskan tangannya dari mulut Arlin.“Kita bertemu lagi -pelayan-, sekarang kau
“Mau sampai kapan kau berdiri disitu?!” ucap pria itu lagi, kemudian ia memejamkan matanya dengan santai.“Aku akan memanggil si mbak saja untuk membereskan kamar anda” ucap Arlin yang akan beranjak keluar.“HEY!! DIAM DISITU!!” suara Vardyn tiba-tiba pecah menjadi keras, membuat Arlin terkejut lagi dan berhenti melangkah.“Aku mau kau yang mengerjakannya! Bukan si mbak!” perintah Vardyn yang terlihat sedikit geram.“Kenapa tuan selalu memperlakukan aku sebagai pelayan?!, aku adalah perawat nyonya Rubby!, Pe-ra-wat!, bukan pe-la-yan!” akhirnya Arlin bisa memuntahkan kekesalanya.“Apa bedanya itu disini, sama-sama bekerja untukku dan mamaku”Tiba-tiba nyonya Rubby sudah ada di belakang Arlin.“Ada apa nak?, kenapa sepertinya ada ribut-ribut?, apa putraku membentakmu?” tanya nyonya Rubby yang nafasnya sedikit tersengal karena sehabis menaiki tangga.Arlin spontan menoleh kebelakang.“Ah, nyonya?!”“Mama?!, kenapa ke atas?” Vardyn langsung bangkit dari berbaringnya.“Aku mendengar kalian
“Sebenarnya aku sangat senang dan kerasan disini nyonya, apalagi anda sangat baik padaku, tapi … ,sepertinya aku tidak bisa lama untuk bekerja disini” ucap Arlin yang masih bingung untuk mengungkapkan alasan yang sebenarnya kenapa ia ingin pergi dari sana.“Apa, jangan-jangan, karena kelakuan putraku?!” tiba-tiba mata Arlin memandang wajah wanita di hadapannya.“Apa yang dia lakukan padamu nak?, katakanlah?!” nyonya Rubi menguncang pundak Arlin.“D-dia tidak melakukan apa-apa nyonya, hanya saja, tuan Vardyn, maksudku tuan Jerico agak kasar memperlakukanku” ucap Arlin dengan suara lirih.“Hmm, maafkanlah putraku sayang, nanti aku akan bicara padanya. Tapi ingat!, kau jangan pergi dulu dari sini” nyonya Rubi buru-buru menemui Vardyn yang entah sedang berada dimana pria itu sekarang.Beberapa saat kemudian, Arlin yang tengah membuat teh hangat untuk dirinya sendiri di kagetkan dengan kehadiran Vardyn yang di geret lengannya untuk menghadap Arlin.“Apa-apaan ini ma?!” tanya Vardyn sambil m
“Kenapa anda jahat sekali!” geram Arlin.“Aku tidak jahat, tapi aku bisa jahat jika seseorang menolak keinginanku”“Kenapa anda memaksa sekali” “Sudahlah Arlin!, bisakah kau mengiyakan saja permintaanku!” tegas Vardyn.Arlin hanya menghela nafas panjang. “Baiklah!, tapi tolong jangan perlakukan aku dengan kasar” “Itu bukan otoritasmu untuk memerintahku, tugasmu adalah melayaniku dan mematuhiku, kau paham!” Vardyn menatap mata Arlin.“Tapi bagaimana tugasku sebagai perawat nyonya Rubi?” “Kau masih tetap menjadi perawat mamaku, kau tetap akan menerima gaji darinya, dan kau menjadi pelayanku, dan kau juga menerima gaji dariku, bukankah itu sesuatu yang menguntungkan untukmu?” tukas Vardyn .“Tidak juga, itu berarti pekerjaanku akan semakin berat” “Tidak berat, karena kau akan melayaniku ketika hanya aku pulang kesini, dan aku akan kembali ke apartemen untuk beberapa pekan”“Lalu, apa yang harus kulakukan sebagai pelayan anda?, apa aku harus menyiapkan makanan atau pakaian anda?” tany
Nyonya Rubi menerima telpon dari Vardyn, dan karena wanita itu sedang memakan makanannya, ia mengaktifkan load speaker di handphonenya.“Ma, Melinda akan pergi ke luar negri untuk beberapa pekan, jadi aku akan pulang kerumah mama untuk sementara waktu” ucap Vardyn di sebrang telpon.Berita itu spontan membuat Arlin sedikit kaget bercampur takut. ‘Ck, kenapa dia berbohong pada mamanya dan akan tinggal disini untuk beberapa pekan, akh benar-benar merepotkan!’ gerutu Arlin membayangkan wajah pria yang selalu membuatnya jengkel.“Apa istrimu bekerja atau hanya jalan-jalan?” tanya nyonya Rubi yang masih percaya dengan kebohongan Vardyn.“Dia, um …, bekerja ma” ucap Vardyn sedikit canggung dengan kedustaannya.“Ya, baiklah, hati-hatilah di jalan sayang” ucap mamanya dengan kasih sayang.Besok malamnya, nyonya Rubi lagi-lagi meminta Arlin untuk memijat kakinya. Gadis itu dengan kepandaiannya memijat membuat nyonya Rubi menikmati pijatannya hingga tertidur kembali.Nyonya Rubi sengaja membiark
Hal buruk yang ada di benak Arlin ternyata akan terjadi, Vardyn mendekatkan wajahnya ke wajah Arlin dan jemarinya mulai akan menyentuh pipinya, tetapi Arlin yang sadar akan kelakuan tuannya, cepat-cepat menghindar dan menjauh dari pria itu.“Tuan, tolong jangan ambil kesempatan disaat aku melayani anda. Tugasku sudah cukup, aku mau beristirahat!” ucap Arlin ketus sambil akan melangkah pergi.“Oke, besok pagi kau harus kembali melayaniku, karena aku akan libur dua hari, dan akan tinggal disini sepekan, kita akan sering bertemu, pelayan” ucap Vardyn yang masih duduk di kursi dapur sambil tersenyum dengan sudut bibirnya.Arlin yang mendengar ucapan tuannya tadi seolah ingin kabur dari rumah itu, kalau saja ia tidak mengingat permintaan nyonya Rubi untuk ia tinggal di sana dan janjinya pada pria itu untuk menjadi pelayannya.Pagi, dini hari pukul 04:45Arlin sudah mengolah adonan untuk dibuat roti, ia memanggangnya dan menunggunya di depan oven.“Non Arlin bikin apa pagi-pagi begini?” dari
‘Kenapa gadis ini selalu sempurna membuat segala sesuatunya’ puji Vardyn lagi untuk Arlin di batinnya.Tak lama berselang Arlin dan sang mama Vardyn masuk kedalam rumah setelah selesai mengurus tanaman. “Hey, kau tidak menunggu kami sayang” nyonya Rubi mengecup kepala putranya yang tengah menikmati sarapan paginya.“Terlalu lama ma, aku lihat kalian sedang asik mengurus tanaman, hingga aku tidak terurus begini, enaknya jadi tanaman” ujar Vardyn yang membuat nyonya Rubi tertawa.“Hahahaa, apa kau cemburu pada tanaman?” ucap sang mama.Setelah membersihkan tangan nyonya Rubi menggeser kursi makan dan mulai duduk disana untuk menyantap sarapannya.“Arlin, bergabunglah dengan kami, ayo!, makanlah disini” nyonya Rubi menepuk kursi sebelahnya yang kosong, yaitu kursi yang berada tepat di hadapan Vardyn.“Ah, I-iya nyonya” jawab Arlin agak ragu.Arlin menatap Vardyn sejenak, mata pria itu melirik sedikit keatas kearah Arlin, karena posisi kepalanya yang tertunduk karena sedang menyantap maka
Nyonya Ruby hanya memandanginya dari kejauhan, alangkah berbedanya ketika ia bersama Arlin, yang selalu membuatkannya sarapan, menemaninya mengobrol dan bahkan sampai mengantarnya untuk beristirahat di kamar.Tak lama berselang, seorang kurir pengantar makanan datang dan mengantar pesanan Melinda.Dari sofa ruang tamu Melinda yang tengah memainkan ponselnya memanggil si mbak dengan berteriak untuk mengambil pesanan dari kurir di depan pagar.Akhirnya makanan telah berada di hadapan Melinda. Seketika itu ia makan sendiri sambil asyik bergelut dengan ponselnya.Tanpa sadar Melinda tengah diperhatikan oleh nyonya Rubby dari kursi meja makan, yang tanpa menawarkan makanan pesanannya itu pada sang mertua.Nyonya Rubby hanya menggeleng melihat kelakuan menantunya. Akhirnya wanita tua itu berdiri dan membuat bubur oat gandumnya sendiri.Malam mulai melebar, Di sebuah persimpangan, di jalan yang sedikit redup, sebuah sedan hita