Arlin seorang gadis cantik yang menjadi perawat di rumah mewah seorang wanita yang sakit-sakitan, yang tersiksa karena perlakuan dingin, acuh dari suaminya. Tanpa diduga ternyata justru suami wanita tersebut terpesona dengan kecantikan dan perilaku Arlin yang sangat telaten mengurus istrinya. Apakah Arlin bisa menghindari pria yang telah membuat nyonya yang dirawatnya itu menderita? Bagaimana keseruan selanjutnya, simak kisahnya dalam karya pedana saya ya ..
View MoreATHENA’S POV
My heart races, a mixture of excitement and nerves. The champagne I sipped earlier still tingles on my tongue, and the soft clink of silverware and the distant hum of conversations fade into the background. But none of that matters right now. All my attention is on Callum. He sits across from me, his expression tender but serious, as though he’s about to say something monumental. The soft candlelight flickers, creating shadows that seem to move in his eyes, and I feel a deep sense of peace wash over me. Everything feels so right in this moment. "Are you nervous?" he asks, his voice soft, teasing even, as his fingers brush lightly over mine. A subtle touch, but it sends a wave of warmth through my chest. I smile, a little out of breath from how quickly my heart is beating so fast. "No," I whisper, even though I can feel the excitement building inside me. "I’m just... happy." He grins, his familiar smile spreading across his face. His eyes light up, though there’s an intensity there, like he’s holding something back.Something important. I catch my breath, waiting for whatever is coming next. Without a word, he reaches into the pocket of his suit jacket. I freeze, knowing exactly what this moment is. This is it. The moment I’ve dreamed of for so long. He pulls out a small velvet box, and for a split second, my breath stalls. I feel lightheaded, my pulse racing as I stare at the box in his hands. “Athena,” he says, his voice quiet but full of meaning. “From the moment I met you, I knew I had found someone special. Someone who could be my wife forever. You’re everything I never knew I needed, and more.” I blink back tears, my heart swelling in my chest. His words echo in my ears, filling the space between us with something so pure, so real. I can feel the weight of the moment settling around me, the promise of something beautiful. Callum opens the box, revealing a simple yet stunning diamond ring. The stone catches the light, sparkling as if it holds the reflection of our future together. “Athena,” he says again, the weight of the question hanging between us. “Will you marry me?” The world stops for a moment. There’s no sound. No movement. Just us. Just the two of us, staring at each other, suspended in time. My mouth goes dry, my heart racing faster, and without even having to think, the word comes out of my mouth. “Yes,” I whisper, my voice shaky with emotion. “Yes, Callum. A million times yes.” His face lights up in a smile that could melt the coldest of hearts. He slides the ring onto my finger, and it fits perfectly—just like everything about us. The moment feels surreal. Like something from a dream, only better because it’s real. We kiss, soft and sweet, and in that kiss, I feel our better future. Later, in the quiet of our hotel suite, we continue the magic of the evening. We make love, slow and tender, as though our bodies are reaffirming the promises we made with our words. Each touch, each kiss feels like it’s sealing something sacred, something unbreakable. We fall asleep in each other’s arms, our bodies entwined, the soft rhythm of our breathing the only sound filling the room. I wake up to the light of morning filtering through the curtains, a gentle glow that bathes the room in warmth. My eyes flutter open, and I stretch, feeling the comfortable weight of sleep still lingering in my muscles. For a moment, I feel the familiar peace of being beside Callum. But then, my eyes snap open and I reach out instinctively—only to find that the space beside me is empty. My heart skips a beat, confusion clouding my thoughts as I sit up quickly. The bed feels too cold, too large. I glance around the room, expecting to find him there, but there’s no sign of Callum. “Callum?” I call out softly, my voice hoarse from sleep, but there’s no answer. A strange flutter of panic stirs in my chest. Maybe he just stepped out for something? I try to tell myself that, try to push the rising unease back down. He could be in the bathroom, or maybe he had an early meeting. It’s possible. I pull the covers off and swing my legs to the floor, standing up on shaky feet. I make my way to the bathroom door, which is slightly ajar. I peek inside, but the bathroom is empty. No sign of him. My chest tightens a little, but I remind myself that he’s probably just gone to grab some coffee or check out of the hotel. He wouldn’t leave without telling me, would he? I walk back into the room, glancing over to the desk where his things were last night. His suitcase is still there, but something feels... off. My eyes scan the room—his shoes, his jacket, his phone—they’re all gone. My mind races as I step toward the nightstand, hoping to find a message or a note from him. Anything. But there’s nothing. Just the quiet, empty space around me. I start to panic, my pulse quickening as my gaze darts around the room again. But then I see it. A small, folded piece of paper resting on the nightstand. I reach for it with trembling fingers, trying to steady myself. Maybe he left a note, explaining where he went. I take a deep breath, unfold it slowly, and start to read. “I’m sorry, Athena. Goodbye.” The words hit me like a punch to the gut. My heart stops in my chest. I read the note again, my mind trying to process what it’s saying, but it’s the same. The words don’t change. Goodbye. I drop the paper, my breath caught in my throat. I blink hard, trying to clear the fog in my mind. This can’t be right. This can’t be happening. Callum can’t just leave me like this.Arlin diantar pulang oleh Rey. Di dalam mobil, mereka lebih banyak diam, memendam perasaan masing-masing.“Tuan Rey, besok kau tidak perlu repot untuk mengunjungiku dan menjagaku seperti ini. Aku tahu kesibukanmu” akhirnya satu kalimat terlontar dari bibir Arlin setelah sebelumnya beberapa saat hening.“Benarkah kau tidak membutuhkan aku?” tanya Rey seolah sindiran halus.Arlin hanya diam dan menunduk.Sepekan berlalu, Vardyn telah kembali ke sisi Arlin. Namun Arlin mendapati sikap Vardyn yang sedikit berubah, ia agak pendiam semenjak kepulangannya dari Luar Negeri.“Richo, kalau ada masalah mungkin kau bisa bercerita padaku” ucap Arlin di sela waktu santai mereka dan di temani suguhan teh melati hangat.“Masalah?, sepertinya tidak ada masalah. Oya, bagaimana kabar bu Siska?, kau bilang tempo hari ingin mengunjunginya?” tanya Vardyn sedikit mengalihkan pembicaraan.“Bu Siska sedang pulang kampung. Aku belum tau apa dia s
“Yup, ini kediaman kecilku” jawab Rey santai.“Kecil?” gumam Arlin.Mereka duduk di sofa mewah tadi. Arlin agak canggung dengan keadaanya. Ia seperti anak desa yang berada di istana megah.“Apa kau tinggal sendirian disini tuan Rey?” tanya Arlin masih menyimpan kekaguman luar biasa pada pribadi Rey yang sedikit demi sedikit terkuak.“Aku tinggal bersama anak buahku dan, ohya … tadi aku ingin mengenalkanmu pada Big Black” Rey mengisyaratkan jarinya pada pria yang berdiri tegak di dekat dinding.Pria itu menghampiri Rey dan menunduk karena Rey berbisik sesuatu padanya. Pria itu mengangguk kemudian berlalu dari sana.Tak lama kemudian, si pria tadi membawa seekor anak macan kumbang yang berbulu hitam mengkilat. Ia di rantai di lehernya. Matanya kuning menyeramkan. Tapi anak macan kumbang tersebut sungguh menggemaskan, bagai kucing hitam yang lucu.“Nah, kenalkan, dia Big Black” Rey menggendong Big Black kemudian mengelusnya. Hewan itu sangat penurut di tangan Rey.“I-ini piaraanmu?. Dia s
“Apa anda tidak sibuk tuan Rey?” tanya Arlin dengan keheranan yang belum sepenuhnya hilang.“Tidak, aku tidak sesibuk Vardyn” jawab Rey entang.“Anda selalu berkata seperti itu” kata Arlin sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela.Sesampainya di kediaman bu Siska. Mereka turun dari mobil. Tapi Arlin melihat rumah bu Siska sepi dan seolah sudah ditinggal beberapa hari yang lalu, terbukti dari debu yang menempel di lantai teras.Seorang tetangga sempat menghampiri Arlin, seorang ibu sedang menggendong anak bayinya melangkah mendekat kearah Arlin.“Cari bu Siska ya, Mba?” tanya si ibu sopan.“Ah, iya bu, apa bu Siska pergi ya?” Arlin juga menjawab sopan.“Iya, bu Siska sedang pulang kampung, sudah beberapa hari yang lalu” ujar si ibu tersebut.“Oh, gtu ya bu. Saya gak tau bu. Baik, terimakasih ya bu, permisi” kata Arlin sambil sedikit menundukan kepalanya.“Iya, Mba sama-sama” Arlin mendekat
Kemudian Vardyn mendekati istrinya dan mereka menikmati kebersamaan di malam itu.Hari kepergian Vardyn ke Luar Negeri sedikit berat untuk Arlin, walau suaminya hanya pergi untuk beberapa pekan, tapi tetapi ia akan menjalani hari-harinya dengan sendirian.Arlin menatap punggung Vardyn ketika pria itu sudah akan beranjak ke mobil sedannya setelah sebelumnya mencium dan mengucapkan kata-kata perpisahaan sementara diantara mereka.Dari dalam pintu mobil yang kecanya terbuka, Vardyn menyembulkan kepalanya sambil menoleh ke belakang dan memberi lambaian tangan pada Arlin, sambil memekik agak keras, “Rey akan datang siang ini, sayang. Kau tunggu saja ya. Dah! aku pergi!”“Hah?! tuan Rey akan kesini siang ini?” ekspresi terkejut Arlin tidak sempat di saksikan suaminya, karena sudah berlalu dari sana.Arlin yang masih berdiri di posisinya masih tercengang dengan kata-kata terakhir dari Vardyn. “Dia serius akan mengirim tuan Rey untuk menemaniku”
“Vardyn, aku tahu kau masih memikirkan tentang penabrak mobilmu. Bagaimana jika pelaku penabrak mobilmu ditemukan?, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rey.“Entahlah, mungkin aku ingin pelakunya merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan sebuah harapan, merasakan sakit yang mendalam” ujar Vardyn terdengar geram.Rey hanya diam dengan pernyataan sepupunya itu.“Oya Rey, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu, tapi aku khawatir kau tidak akan bersedia”Rey mengerutkan alisnya. “Memangnya kenapa aku harus tidak bersedia?,” tanya Rey penasaran.“Pekan ini aku harus pergi ke Luar Negeri. Ada bisnis yang harus kujalani. Aku khawatir jika meninggalkan Arlin sendirian. Maukah kau menjaganya sementara aku pergi?”“Hah?, apa kau gila Vardyn?!. Dia istrimu, mana mungkin aku menjaganya disini” tolak Rey dengan wajah heran.“Nah, kan. Aku sudah tahu jawabanmu” kata Vardyn datar.“Bukan begitu maksudku. Apa kau yakin istri
Entah darimana datangnya, aliran deras air mata yang tiba-tiba melucur jatuh membasahi selimut Arlin. Wanita itu sudah bisa menerka apa yang terjadi walau dokter belum menjelaskannya.“A-apa itu tentang bayiku dokter?” tanya Arlin, suaranya bergetar diiringi tangis yang mulai membuncah.“Maaf nyonya, iya benar, bayi anda tidak selamat, akibat guncangan hebat maka kandungan anda mengalami pendarahan, dan terpaksa kami harus mengangkat rahim anda karena beberapa resiko yang akan kami jelaskan nanti” jelas dokter yang membuat Arlin memecahkan tangisnya.Arlin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dengan segera bu Siska yang sudah mengetahui yang sebenarnya memeluk Arlin dengan erat.Tangisan Arlin tumpah dalam pelukan bu Siska, kini keduanya berduka dan menangis.“yang sabar ya sayang …” hanya itu yang mampu di ucapkan bu Siska dengan isak tangisnya dan suaranya yang bergetar hebat.Sedangkan Arlin hanya lemas dengan air mat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments