Hari sudah semakin larut. Separuh acara resepsi sudah dimulai. Gemerlap lampu hias begitu cantik sebagai salah satu dekorasi disana. Aliika sangat menyukainya. Apalagi lokasi pernikahan ini adalah outdoor membuat Aliika bisa melihat bintang bertaburan memancarkan sinar indah malam ini.“Lihatin apa hem?” tanya Sagara yang sudah mengambil duduk disebelah Aliika. Sagara baru saja kembali dari mengambil minuman.“Bintangnya banyak banget Kak.” Aliika mendongak menatap lekat berbagai bintang di langit. “Cantik..” ucap Aliika lagi.“Masih cantik kamu.”Aliika menoleh dan tersenyum, “Kak Sagara makasih ya udah mau nerima aku.”Sagara menatap Aliika dengan intens. Tangannya meraih tangan Aliika dan menggenggamnya.“Aku yang makasih. Karena kamu udah mau berjuang buat aku. Sampai aku menyadari perasaan cinta aku ke kamu.” Tutur Sagara kepada Aliika. Laki-laki itu membelai pipi Aliika.Sagara lalu melepaskan tuxedonya dan memakaikannya di bahu Aliika. Angin malam berhembus cukup kencang. Sagar
Sagara dan Radit memasuki halaman rumah itu dan langsung mendapatkan tatapan heran dari kedua orang disana.“Permisi Tuan, Nona.” Sapa Sagara. Gadis itu bangkit dari duduknya.“Iya. Kalian siapa ya? Mencari siapa?” tanya gadis itu.“Saya Sagara dan ini bawahan saya Radit. Saya ingin menemui Tuan. Apa kita bisa berbicara sebentar?”Sang pria yang merasa dirinya dipanggil itu mengangguk. Kemudian mempersilahkan Sagara dan Radit masuk ke dalam rumah.Sagara dan Radit sudah masuk kerumah sederhana itu. Sang pria menyuruh gadis itu untuk masuk ke kamar agar tidak mendengar pembicaraan mereka. Pria itu takut jika yang dibicarakan hal serius dengan adanya gadis itu malah nanti mengganggu privasi.Gadis itu mengiyakan perkataan pria tadi namun tidak menuju kamar. Ia berdiri di ambang pintu ruang tamu yang terhubung dengan ruang tengah.“Jadi ada apa Tuan ini kemari?”“Sebelumnya saya mohon maaf. Saya kesini ingin membicarakan mengenai kejadian beberapa tahun silam. Kecelakaan yang menewaskan
“Aku sungguh merasa bersalah, Al. Dan rasa itu semakin besar setelah apa yang aku lakukan untuk menebus kesalahan ku ternyata gagal tidak membuahkan hasil.” Ucap Sagara. Air mata mengalir ke pelipisnya karena sedang berbaring.“Sssstt kak Sagara jangan salahin diri sendiri kayak gini. Semua itu bukan atas kemauan kak Sagara. Semuanya terjadi begitu saja. Sudah jangan disesali, semua sudah terlanjur. Toh juga kasus itu sudah beberapa tahun yang lalu dan tidak ada yang mengungkitnya.” Ucap Aliika dengan lembut sambil mengelus rambut Sagara.Sagara memiringkan tubuh dan menyembunyikan wajah di perut Aliika. Memeluk erat perut istrinya itu. Aliika pun kembali diam namun terus mengusap kepala Sagara. Ia merasa kasihan dengan Sagara. Trauma lamanya belum sembuh sempurna.Aliika mencoba untuk menenangkan Sagara dengan lelucon si calon bayi akan mengikuti perasaan Daddynya. Membuat Sagara praktis menghentikan tangisan.Sagara kemudian mengecup perut Aliika beberapa kali. Dan selanjutnya ia ma
Saat ini Aliika tengah menikmati me time di pinggiran kolam renang di rumahnya. Duduk santai di kursi pantai yang telah Aliika lapisi kain empuk untuk memberikan kenyamanan karena faktor kehamilan nya yang mulai membesar.Kacamata sudah bertengger di hidung mancung bak pinocchio itu. Payung untuk menghindari panas juga sudah Aliika bentangkan dengan bantuan dari asisten rumah tangga di rumah nya.Tak lama dari itu Aliika mendengar suara jeritan melengking khas. Aliika tahu persis siapa itu. Suara sopran yang terdengar crack. Tak lain adalah Rara sahabat Aliika.“Al!” teriak Rara.“Apa! Kolam renang Ra.” Balas Aliika ikut berteriak juga.Tak berapa lama suara hentakan dan larian terdengar lebih jelas menandakan jika Rara sudah berada di dekat tempat yang Aliika beritahukan.Rara langsung mendekat dan memeluk Aliika yang masih berbaring di kursi pantai. Aliika kemudian duduk menyamping menghadap Rara yang juga sudah duduk menyamping di kursi pantai yang lain.“Al.. aku kangen banget sam
Aliika berjalan di bandara setelah ia keluar dari mobil yang ia tumpangi dari rumah bersama Sagara. Aliika harus menempuh perjalanan menggunakan mobil menuju bandara karena pesawat pribadi Sagara lepas landas di bandara terdekat rumahnya.Mereka kini sedang berada di bandara tepat lima belas menit sebelum penerbangan, rencananya mereka akan melakukan penerbangan selama kurang lebih satu jam untuk sampai ke Sydney, Australia.Aliika sama sekali tak diperbolehkan untuk membawa barang-barang, jadi semua barang koper, handbag, dan yang lainnya sudah dibawakan oleh ajudan Sagara. Ia hanya membawa sebuah bantal leher dan sebuah bantal untuk ibu hamil.Ini memang sangat mendadak. Bahkan Aliika berpamitan dengan orangtua dan mertuanya lewat telepon saja. Meskipun mendadak Aliika tak dipusingkan dengan tiket, paspor, atau keperluan dokumen penerbangan lainnya.Karena pesawat pribadi jadi tidak perlu itu semua. Mungkin hanya paspor saja itupun jika dibutuhkan. Setelah Sagara mengatakan ingin ho
Aliika memasuki Audi R8 milik Sagara, laki-laki itu berkata ingin mengajak Aliika ke suatu tempat untuk berwisata. Tentu saja Aliika tertarik bahkan terlihat sangat senang dengan wacana tersebut.Kapanlagi mendapatkan tour di luar negeri dengan pemandu wisata tampan?Tepat pukul 8 pagi Sagara bahkan sudah melajukan mobil menyusuri jalanan kota Sydney. Semerbak angin musim dingin menyapu kulit wajah Aliika melalui jendela mobil Sagara. Membuat Aliika memejamkan mata sambil merentangkan salah satu tangannya keluar.“Aliika!” pekik Sagara membuat sang empu nama terpenjat. “Jangan mengeluarkan tanganmu dari mobil!”“Ha?” Aliika menatap cengo sembari menetralkan detak jantung yang memacu sedikit lebih cepat dari normal.“Itu berbahaya.” Hardik Sagara.“Tapi jalanan sangat sepi, Mas.”“Tetap saja, aku tidak ingin mengambil resiko apapun jika sesuatu terjadi padamu.”Semburat merah memenuhi pipi Aliika saat ini.“Mas Sagara mengkhawatirkanku, manisnya!” batin Aliika.Meskipun laki-laki itu m
Aliika mengusap gantungan burung dara di kalung nya itu kemudian mengecup ringan gantungan itu. Saat ini Aliika dan Sagara sudah berada di dalam mobil. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, dingin salju benar-benar membuat gigi Aliika menggeletuk. Itulah mengapa Aliika meminta Sagara untuk segera membawanya pulang, padahal Sagara bertekad untuk menginap saja disana.Sagara melajukan mobil menyisiri salju yang terus berjatuhan di luar mobil, tangan kanan kekar itu menggenggam tangan Aliika sembari menyetir. Aliika sudah memperingatkan suaminya itu untuk lebih fokus dalam menyetir namun tetap saja Sagara tak menggubris.“Haicuu.”Sagara menghentikan mobil secara mendadak, membuat tubuh Aliika sedikit terdorong ke depan.“Kau sakit?” tanya Sagara.“Tidak, aku baik-baik saja.”“Bagaimana jika kita kembali dan menginap disana saja? Terdapat kamar hangat disana.” Ucap Sagara khawatir.“Tidak! Aku merasa tidak nyaman disana. Lagipula kita juga sudah menjadwalkan untuk pulang besok.”Sagara mengh
Tok tok tok“Tuan.”Tok tok tokSuara ketukan kaca membuat Sagara tersadar dari tidur. Laki-laki itu membuka mata perlahan. Ternyata ia masih hidup. Satu-satunya hal yang Sagara pikirkan saat ini adalah Aliika, dengan cepat Sagara mengalihkan pandangan pada wanita yang terlelap sambil memeluknya dengan keadaan setengah telanjang.“Pantas saja sesuatu terasa sesak di bawah, argh apa yang kamu lakukan Aliika! Seharusnya kamu langsung memakai baju setelah melakukan itu.” Batin Sagara menggerutu.Tatapan mata Sagara berubah menjadi tajam menatap kedua bodyguard yang saat ini sudah diluar mobil.“Tutup matamu, sialan!” perintah Sagara pada bodyguard itu yang tentu saja tidak ada yang berani membantah.Meskipun kaca mobil berwarna hitam, tapi tetap saja Sagara tidak rela jika mereka melihat sedikit saja lekuk tubuh istrinya.“Sayang bangun.” Sagara mengusap pelan pundak Aliika, membuat sang empu membuka mata perlahan.Sagara menahan nafas, berusaha mengontrol diri sendiri dari hasrat. Terle