Share

Bab 9

“Aku sih gak senang kita lanjutin ini,” keluh salah satu rekan kelompokku. Aku hanya mendengarkan mereka dengan bosan.

“Coba kalo gak ada logo itu. Sekarang kita sudah diperhatikan sama semua dosen tekno,” keluh rekan kelompok yang lain. Aku juga tidak terlalu tertarik melanjutkan, tapi tidak ada salahnya dicoba. Siapa tahu bagus kan?

“Ini gara-gara kamu, Aristy!” tuduh salah satu anggota. Aku langsung berdiri dari tempat aku duduk. Dia ingin ribut? Akan aku berikan.

“Heh! Kemarin yang ngurus BMS dan kejar-kejaran buat setor itu aku ya!” balasku ketus. Terserah mereka akan memusuhiku setelah ini. Keterlaluan saja sekarang menyalahkanku. Kemarin-kemarin kalian pada nongki gak jelas abai sampai aku gelabakan jam 11 malam buat selesaikan BMS yang belum rampung. Mana ada tugas Studio juga. Sial emang!

“Tapi jangan anak tekkom itu juga kali!” balas anggota itu. Ketua kelompok kami terpaksa menengahi.

“Sudah-sudah. Kita juga nggak tahu kalau aplikasi dia semua terkenal di kalangan dosen-dosen tekno. Mending kita mulai lakukan apa yang kita bisa aja dulu,” sarannya seraya menengahi keributan. Aku dan anggota yang menuduhku itu hanya saling memalingkan badan karena emosi. Menyebalkan!

“Oke. Kita mulai coba bisnisnya di lapangan. Kan aplikasinya sudah siap secara penuh. Lagipula, semua sistem layanannya sudah diberikan kan?” tanya ketua. Aku menghadap ke arahnya.

“Aku sudah kasih di grup akses yang dia berikan. Itu sudah dapat semua pengaturan buat aplikasinya, lengkap. Masalahnya, kita gak ada yang paham cara pretelinnya,” jawabku. Anggota lain mengangguk setuju.

“Kalau gitu mungkin kita bisa ketemu sama dia? Kamu coba jelasin situasinya,” usul salah satu anggota. Ogah. Aku tidak berniat berurusan dengannya dalam hal perkuliahan seperti ini. Tapi, pilihan apa yang aku punya.

Dengan hembusan nafas berat, aku terima usulan itu. “Baiklah.”

“Makasih,” ucap sang ketua. Kami pun mencukupkan pertemuan pada hari itu dan membubarkan diri.

Aristy: Affa. Bisa ketemu nggak?

Akan memakan waktu menunggu dia membalas. Aku kembali bermalas-malasan di tempat aku tinggal ini. Pesan dari grup yang berisi keributan terus berlanjut, tapi aku lagi malas membuka grup. Ada pesan dari Aini juga.

Aini: Aku bingung Kak

Aristy: Soal apa? Affa?

Aini: Ih. Kakak tau banget deh 😊

Aristy: Kek kamu gak bahas itu kalo ngobrol ke aku.

Aini: Iya deh Kak Maafkan Aini

Aristy: Kenapa lagi?

Aini: Bingung aja kak.

Aristy: Bingung apa?

Aini: Kak Affa suka Aini gak sih? Dia balas lamban banget

Sebenarnya, itu pertanda Affa tidak suka. Tapi, aku putuskan untuk tidak mengatakan demikian. Mengingat kita bicara orang dingin di grup, aku tidak tahu persis orangnya.

Aristy: Orang sibuk sepertinya.

Aini: Tapi kan kalo sibuk masih bisa balas chat dong

Ini anak belum ngerti ya? Affa itu berbeda dengan orang lain yang aku kenal. Dia tipikal simpel. Kek kemarin waktu pesan. Dia minta spesifikasi aja trus kasih harga.

Aristy: Serius bisa nih bikin aplikasinya?

Affa: Bisa. Kasih detilnya aja.

[Aristy mengirim file]

Aristy: Ini.

Affa: Oke. Aku periksa dulu.

Affa: 400 ribu. Diskon dari 1.6 juta.

Aristy: Seriusan?

Affa: 400 ribu atau nggak?

Gak bisa nolak diskon sih. Anak mana yang mau nolak diskon harga?

Aini: Kak Aristy, kakak harus tau ih. Coba liat chat Aini.

[Foto]

Oke. Affa memang sangat tidak peka. Tapi, Aini masih saja memaksakan diri meski tahu Affa menyebalkan seperti itu.

Aristy: Dia gak suka diganggu. Emang orangnya dingin gitu.

Aristy: Coba kamu kurangi sedikit intensitasnya. Sekaligus coba buka percakapan kek.

Aini: Udah. Tapi gak mempan

Aristy: Kita lanjut nanti. Mau lanjut gambar dulu.

Aku tidak melihat dia mencoba, tapi terserahlah. Ada pesan lain di daftar chatku, salah satunya dari teman sekolah Aini, Niqma.

Niqma: Kak, bisa bantu ini nggak?

Aristy: Aku jelek kimia. Coba tanya yang lain.

Niqma: Aku coba tanya yang lain, gak ada yang bisa. Kak Affa yang katanya bisa juga gak balas. Aku bingung kak.

Aristy: Aku masih sibuk sama gambaran, sama aku gak bisa fisika sayang

Niqma: Yah, Kak Aristy

Aristy: Maaf ya

Niqma: Gpp kak. Makasih kak.

Aku pun menutup chat itu. Saat aku akan mematikan layar ponselku, balasan dari Affa muncul.

Affa: Kenapa?

Aku segera membuka chat itu dan menuliskan penjelasanku.

Aristy: Bukan aku sih, tapi kelompokku. Kami gak ada yang jago sama sistemnya, jadi kesulitan mau kembangin aplikasinya meski sudah diberi akses.

Affa: Begitu ya. Aku lagi sibuk sih, tapi aku bisa kasih orang buat ketemu plus bantu kelompok kalian. Ada biaya, tapi urusannya sama orangnya.

Affa: Namanya Dekker.

Dekker?

Affa: Nanti aku kasih kontaknya ke kamu.

Aristy: Mungkin ketua kelompokku aja yang ngomong.

Affa: Terserah. [Kontak: Muhammad Dekker]

Aristy: Makasih.

Aku pun meneruskan kontak itu ke grup kelompok. Biarkanlah mereka yang mengatur pertemuannya. Aku malas bertemu dengan orang yang aku tidak kenal. Lebih baik menyelesaikan tugas Studio yang harus segera kelar. Memang waktunya seminggu, tapi ini bukan tugas satu hari jadi. Selain itu, masih ada tugas lain yang perlu diselesaikan. Tidak ada waktu yang bisa disia-siakan lagi.

Affad DaffaMage

[Semua percakapan ponsel mulai bab ini di bold]

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status