Sabda baru saja tiba di kediaman adik bungsu nya, saat telinganya mendengar tangisan memilukan adiknya yang berasal dari arah dapur. Dia sengaja singgah ke rumah adiknya saat membaca komen i*******m adiknya yang mengatakan bahwa dia sedang sendirian dirumah, sementara suami sialannya itu sibuk menjadi herder di acara galang dana adik jadi-jadiannya.
Didapur Sabda melihat adik kesayangannya itu sedang menangis sedih sambil membersihkan meja makan. Bermacam-macam hidangan yang tampak menggugah selera, telah dimasukkan oleh adiknya kedalam lemari es. Perut buncitnya tampak membuat gerakan adiknya yang biasanya begitu gesit itupun menjadi lamban.
"Kamu kenapa Tari? Koq nangis hmmm? Apa yang kamu sedihkan? Sini ceritakan sama Abang."
Tari yang melihat sosok sang kakak sedang bersandar di pintu dapur, langsung menghambur dan memeluk sosok gagah itu dengan berurai air mata.
"Mas..Mas Abi tidak mau makan dirumah Bang. Padahal Tari udah capek-capek masak makanan kesukaannya.Tapi dia malah pergi begitu saja ketempat charity nya Senja, dan bilang bahwa dia tidak mau makan masakan Tari, Bang.
Katanya lagi kalau Tari kekenyangan makan sendiri, buang saja semuanya!!hiks...hiks..hiks.."
Tari semakin sedih karena teringat kembali kata-kata kasar tanpa perasaan suami yang sangat dicintainya itu.
Memang suami brengsek siAbimanyu itu!!
batin Sabda."Kamu mau Abang kesana dan membawa Abi pulang, Tari?"
"Jangan Bang! Nanti Mas Abi jadi makin benci sama Tari!!" Adiknya pun terisak lagi. Air mata nya makin deras mengaliri pipi mulusnya.
"Mas Abi itu tidak mencintai Tari, Bang. Dia juga berulang-ulang bilang, setelah anak ini lahir, dia akan segera melakukan test DNA. Dan apabila anak ini terbukti bukan anaknya, dia akan sedera menceraikan Tari saat itu juga, Bang."
Hikss..hiks..hiks...
"Tari tidak mau jadi janda pada usia dua puluh lima Bang. Tari malu Bang !! Tari mauuuu!!! Kalau hal itu sampai teejadi, lebih baik Tari mati aja Bang!!"
Tari pun mulai berteriak histeris. Sabda tau, Abi memang tidak mencintai adiknya. Tetapi dia juga sama sekali tidak mengira kalau ternyata Abi pun sangat membenci adiknya. Kalau memang nanti Abi sampai menceraikan adiknya,bSabda takut adiknya akan bebar- benar bunuh diri.
Perlahan Sabda pun mulai mengeluarkan ponselnya.bDikepalanya telah penuh dengan rencana sadis demi menyelamatkan rumah tangga adiknya sekaligus nyawa adiknya juga. Sebenarnya hati kecilnya sedikit tidak tega, karena harus menggunakan cara licik seperti ini. Tetapi apa boleh buat, kebahagian adiknya adalah diatas segala-galanya bagi nya.
"Hallo Senja, kalian saat ini sedang mengadakan penggalangan dana buat gempa bumi di Lombok ya?"
Iya Pak Sabda,
ada yang bisa saya bantu?"Begini Bu, Saya ingin menyumbang kan dana sebesar Seratus juta rupiah. Tetapi Saya tidak mau ada yang tahu kalau itu sumbangan dari Saya. Ibu katakan saja pada pihak panitia itu dari Hamba Allah. Ah satu lagi, Saya mau dana ini Saya transfer ke nomor rekening ibu pribadi dan besok pasti sudah bisa kliringkan dibank. Saya juga mau sumbangan Saya ini, Ibu berikan dalam bentuk tunai. Bagaimana Bu? bisa?!!"
Maaf sebelumnya ya Pak. Tetapi kenapa harus di transfer ke rekening Saya pribadi sih Pak?
kan ada rekening khusus yang dibuka oleh pihak panitia.Jadi kan transparan dananya.Saya takut nanti dikira ada apa-apa kalau ditransfer kerekening pribadi saya,Pak."Kan dari awal sudah Saya bilang, Saya tidak mau ada satu orang pun yang tahu, kecuali Bu Senja. Bagaimana Bu? Bisa? Kalau ibu bersedia, segera kirimkan nomor rekening Ibu saat ini juga ya. Saya tunggu ya Bu, terima kasih."
Senyum culas langsung tersungging si bibir tipis Sabda.
Kamu dan kakak brengsekmu itu sudah salah memilih lawan bermain.
Kakakmu ingin menghancurkan adikku?Hah mimpi saja!!Saya yang akan terlebih dahulu menghancurkan hidupmu sampai tidak bersisa sekeping pun!!!Sementara itu di acara charity,
Senja senang bukan kepalang karena sumbangan yang sama sekali tidak diduganya yang berasal dari Sabda, pasti akan sangat berarti buat para korban disana.Semoga Allah memberimu rezeki berkali-kali lipat atas kebaikan hatimu,Pak Sabda,
batinnya.===================
Sejak mengikuti acara charity tempo hari, hubungan pertemanannya dengan Arya pun semakin berkembang. Senja sering bertukar cerita dan berkeluh kesah dengan beliau tentang masalah apa saja. Dimata Senja, Arya itu sudah dianggapnya sebagai pamannya sendiri. Hubungannya dengan Cakra pun mulai akrab seperti hubungan seorang kakak dan adik. Satu hal lagi yang membuat Senja sangat bahagia, Raven dan Cakra kini malah sudah akrab berteman. Rupanya dahulu mereka itu sebenarnya teman baik. Hanya karena ada kesalah fahaman tentang gadis yang sedang mereka taksir, akhirnya mereka malah berselisih faham seperti ini. Sementara gadis yang menjadi sumber pertikaian malah memilih laki-laki lain. Dan kini mereka berdua pun sudah menyadari kebodohan dan kekeliruan mereka bersama. Ah hidup Senja rasanya tambah bahagia-bahagia saja kalau melihat orang lain juga bahagia!
Senja baru saja keluar dari ruang guru saat ponselnya bergetar, nama Aryasatya tampak muncul di layar.
Senja, Kamu pernah bilang suka akan lukisan Ekspresionisme Pak Guntur Permadi kan? Nanti malam beliau akan menginap di hotel Saya dan beliau juga bersedia Saya perkenalkan dengan Kamu.
Kamu mau datang tidak?Kalau mau,bnanti temui saja kami langsung di Hotel Dirya Surya,president suite nomor 156 pukul o7.00 WIB ya?Kami akan menunggumu disana beserta dengan beberapa wartawan yang ingin mewawancarai beliau.bKamu pasti mau kesana kan?biar Saya daftarkan nama Kamu pada resepsionis hotel."Iya Pak. Saya PASTI akan datang kesana. Hotel Dirga Surya President suite nomor 156 kan Pak? Saya yakinkan sekali lagi, Saya pasti kesana Pak, ini adalah kesempatan emas! Sampai jumpa disana ya Pak. Terima kasih."
YESSS!!! YESS!!!
Senja melompat-lompat gembira diruang guru yang sedang sepi karena mereka semua sedang aktif mengajar. Dia sama sekali tidak mengetahui tatapan jijik yang dilayangkan oleh Sabda pada sekujur tubuh indahnya.
Jalang kecil ini sudah dapat mangsa baru rupanya.
Bersenang-senanglah dulu Jalang kecil,karena sebentar lagi Aku akan memporak-porandakan hidupmu seperti topan Katrina dan menanduskan kehidupanmu seperti badai El nino dan La Nina.Just wait and see!!Sementara Senja yang sebentar lagi akan mendapat giliran mengajar, ingin mengosongkan dahulu kantong kemihnya agar tidak mengganggu aktifikas belajar mengajarnya nanti. Saat akan masuk ke toilet, dia meletakkan ponselnya begitu saja di meja guru.
Begitu Senja masuk ke toilet, Sabda pun segera meraih ponsel Senja dan mengotak atiknya sebentar. Dia mentransfer lagi uang seratus juta rupiah pada rekening Senja. Setelah muncul notif di ponselnya bahwa uang telah masuk. Sabda kemudian menghapus semua notifikasi dari i-banking Senja. Jadi uang transferan Sabda masuk dengan sukses, tanpa di pemilik rekening tahu.
Permainan semakin seru saja sepertinya.
Dan Sabda pun tanpa bersuara meninggalkan ruang guru yang menjadi saksi bisu tindakan kriminalitasnya.Bintang sedang menekuri tugas kuliahnya yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya itu. Matanya sampai sepet karena terus menerus dipaksa memelototi laptop yang juga balas memelototi nya galak.Saolohhh... tugas oh tugas, kapanlah engkau menjauhi diriku!TOK!!! TOK!!! TOK!!!"Masuk aja, Bu. Tidak di kunci."Bintang menyahut lemas dari dalam kamar. Perlahan seraut wajah teduh ibunya muncul dibalik pintu. Ibu nya Senjahari, masih tampak cantik di usia pertengahan empat puluhan."Bi, itu ada Kak Tian di depan. Sana temani dulu ya, Nak. Langit masih dalam perjalanan pulang. Katanya macet banget dijalan. Ayo Bi, sana temani dulu Nak Tian. Perasaan dulu waktu kecil Kamu malah bilang mau jadi istrinya Tian kan ya?"Hahahahaha...Senja tertawa menggoda putri bungsunya ini. Walau pun Langit lahir hanya lima menit lebih dulu dari Binta
Sabda melenguh penuh kepuasaan saat meraih puncak asmara tertingginya. Begini ini nikmatnya rasa bercinta setelah berpuasa cukup lama akibat puerperium atau masa nifas setelah Senja melahirkan. Hari-harinya yang gelap penuh penyiksaan akibat junior yang kebingungan mencari pelampiasan usai sudah terhitung sejak hari ini.Senja yang terlihat kelelahan setelah di mesrainya habis-habisan tampak mulai mengantuk. Bukan hal mudah mengurus dua orang bayi kembar yang kalau sudah menangis, bisa membuat kelabakan seluruh penghuni rumah."Selamat malam jummat Sayang. Mau tidur atau mau lagi?" Bisik Sabda sambil menggigit mesra telinga Senja."Astaghfirullahaladzim..Emangnya Abang nggak capek udah berkali-kali begituan masih aja nggak puas-puas?" Senja sampai ngeri melihat nafsu Sabda yang tidak puas-puas juga. Balas dendamnya niat banget sepertinya."Abang kan nunggunya ud
Senja sedang dilanda kebosanan yang luar biasa saat menanti kelahiran putra putrinya. Hasil USG bulan lalu memperlihatkan kalau ternyata dirinya mengandung anak kembar. Sejak kabar itu diketahui Sabda, suaminya yang memang posesif akut itu pun naik level menjadi suami paranoid pangkat tiga.Bagaimana tidak, suami galaknya itu bahkan sama sekali tidak memperbolehkannya melakukan kegiatan apapun, catat apapun. Ke bengkel hanya sekedar untuk bercengkrama dengan Pak Wijayakesuma atau Bang Abyaz, tidak boleh. Ngemall bareng si Lily somplak tidak diizinkan. Pengen sekedar nyamperin Tita ke kost-an, tidak ridho katanya. Bahkan saat dia ingin ke rumah Ayahnya saja, harus bersama dengan dirinya. Padahal kalau Sabda ke sana, ayahnya selalu melihatnya sebagai mahkluk tak kasat mata, alias tidak terlihat dan tidak dianggap.Hari ini Senja ingin sekali memberi kejutan pada suami kulkasnya itu dengan cara membawakan makan siang untuknya. Sedari
Perhelatan akbar pun akhirnya usai sudah. Senja yang tengah duduk di kursi rias, merasa kakinya seperti hendak patah karena terus berdiri dalam waktu yang lama. Ia harus menyalami beberapa ribu tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Ketika akhirnya semua usai, barulah ia bisa bernafas lega.Sebenarnya sewaktu di gedung tadi pun diam-diam ia telah mengganti highheelsnya dengan sendal hotel yang dibawakan Sabda. Karena menurut Sabda, dirinya sedang hamil, jadi tidak boleh berlama-lama memakai sepatu hak tinggi. Namun kendati pun telah memakai sendal yang nyaman, tetap saja kakinya kram karena berdiri diselingi duduk selama berjam-jam.Pintu kamar mandi terbuka. Menghadirkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi. Titik-titik air masih tampak menghiasi ujung-ujung rambutnya yang sedikit basah. Tubuh pelukable suaminya hanya ditutup oleh lilitan handuk putih yang menggantung seksi di pinggang ra
"Saya terima nikah dan kawinnya Senjahari Semesta Alam binti Aryasatya Wisesa dengan mas kawin 100 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Sabda dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhhh!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Senja untuk keluar dan duduk di samping suaminya. Saat mata keduanya bertemu pada satu titik, Senja melihat sorot mata Sabda begitu mesra sekaligus lega. Akhirnya seperti inilah akhir kisah cintanya. Senja yang seumur hidup hanya mengenal seorang pria yang sedekat nadi di sepanjang usian
Begitu mobil Abi memasuki pekarangan rumah dan terus lurus memasuki garasi, Sabda mengejar dan membuka paksa pintu pengemudi. Abi bahkan belum sempat mematikan mesin mobil, saat Sabda sudah menyeretnya keluar. Sabda menghempaskan tubuh Abi ke tanah dan memukulinya habis-habisan."Udah! Udahh! Bang Sabda. Jangan saling berkelahi lagi. Senja sudah capek seharian ini. Senja jadi berasa sedang shooting film The Raid2nya Iko Uwais, sejak dari bengkel tadi. Udah dong semuanya!"Sabda yang sedang menarik kerah baju Abi, seketika melepaskan Abi begitu saja. Ia segera memeluk erat Senja."Kamu nggak apa-apa Sayang? Ada yang sakit?" Dan saat pandang mata Sabda menemukan pipi Senja yang membengkak dan mulai membiru, ia kembali menerjang Abimanyu yang baru saja duduk."Banci Lo, bangsat! Lo mukul Senja hah? Kalo lo emang laki-la-""Bukan, Bang. Bukan Mas Abi yang mukul Senja. Tapi pr
Senja duduk diam dalam mobil Abi yang melaju gila-gilaan. Sesekali ia memegang sisi mobil sembari memejamkan matan. Ia merasa begitu ngeri dengan cara mengemudi Abi yang begitu emosional.Perutnya mulai mual karena terus terguncang-guncang setiap kali Abi membelokkan mobilnya. Karena Abi berbelok tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Keringat dingin kini bermanik di kening Senja. Ditambah dengan pipi bengkak dan membiru di sekitar rahangnya, membuat penampilannya mirip seperti korban KDRT."Mmm... Mas. Bisa berhenti sebentar? Senja mu-mual Mas..."Senja pun mencoba mengambil nafas pendek-pendek dan berusaha sekuat tenaga, menahan rasa mual yang sepertinya sudah mencapai tenggorokannya.Mobil pun seketika terhenti. Senja dengan segera berlari ke sudut jalan yang agak sepi. Di sana ia mengeluarkan semua isi makan siangnya di sisi jalan.Suara muntahnya yang berusaha di tahan sebenarnya s
@HallilintarSabdaAI can't wait to marry the love of my life@Senjahari#ILoveYou#couplegoals#holdinghands#theloveofmylife#TheoneandonlyDisukai oleh @DayuWijayaKesuma@BadaiPutraAlam@AbyazWijayaKesuma@CakraWisesa@ZahraZulfa@PrastithaLasmana@MarthaSitumorang@GadingPermana@ElangPramudya dan 697.632 lainnya.@ZahraZulfa Akhirnyaaaaa...kesampaian juga ya Pak, tekadnya untuk menikahi Bu @Senjahari, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah ya?Aamin.@AbyazWijayaKesuma Wohooooo...ada yang nggak sabar pengen belah duren jilid II ini?hahaha#tertawamesum@PrastithaLaksmanaSelamat ya Pak Sabda, semoga langgeng sampai kakek ne
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia