Home / Romansa / Hati yang Kau Sakiti / Bab 3 : Kehadiran Orang Ketiga

Share

Bab 3 : Kehadiran Orang Ketiga

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2024-07-23 15:13:47

“Kiran.” Bibir Arka bergetar ketika memanggil nama istrinya.

Kiran tersenyum, menatap suaminya yang sudah berada tepat di hadapannya. “Mas, apa kamu sudah bertemu dengan klien-mu? Tadi kamu pamit padaku, kamu bilang kamu ingin bertemu dengan klien, ‘kan?” Kiran menatap ke arah wanita yang ada di samping suaminya. “Apa dia klien-mu, Mas?”

“Kiran, aku .…”

Kiran segera menyela perkataan Arka, meski hatinya begitu sesak seperti ditusuk ribuan jarum. “Oh iya, Mas, tadi aku juga melihat kamu menggendong seorang anak kecil. Dan kenapa aku mendengar kamu bilang ‘anak papa’? Siapa anak itu, Mas?”

Jujur saja, kiran sudah tak mampu lagi untuk menatap suaminya, bibirnya memang tersenyum, tapi hatinya sudah menjerit ingin berteriak. “Ayo jawab aku, Mas. Kenapa kamu hanya diam?”

Arka meraih tangan Kiran, rasa bersalah dan ketakutan sudah memenuhi hatinya. Satu hal yang sangat ia takutkan akhirnya terjadi juga.

“Kiran ....”

“Aku tidak mau kamu terus berbohong kepadaku, Mas. Aku ingin kamu jujur.” Kiran menatap suaminya, seakan mendesaknya untuk berkata jujur.

Arka menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, “Maaf.” Perkataan maaf itu jelas membuat hati Kiran semakin rapuh. “Aku minta maaf, Kiran.”

Kiran menahan tubuh Arka ketika lelaki itu ingin memeluknya. “Tolong, jangan sekarang, Mas. Aku butuh penjelasan. Siapa mereka? Dan kenapa kamu menyembunyikan semuanya dariku?”

Arka menunduk, rasa bersalah terlihat jelas di wajahnya. “Kiran, wanita ini adalah Lita, dan anak yang kamu lihat tadi adalah Cleo. Cleo adalah anak aku dan Lita. Aku tahu ini sangat mengejutkan dan menyakitkan untukmu. Aku menyembunyikan mereka darimu karena aku takut kamu akan meninggalkanku jika tahu kebenarannya.”

Kiran terdiam. Terkejut? Tentu saja ia begitu terkejut atas pengakuan yang telah suaminya utarakan. Selama ini, Kiran merasa pernikahannya begitu sempurna. Ia selalu mengira bahwa Arka adalah suami yang setia, yang selalu ada di sampingnya. Tapi kini, kenyataan yang baru terungkap ini menghancurkan segala harapan dan impiannya.

Air mata Kiran yang sudah membendung sedari tadi akhirnya jatuh menggelinding meninggalkan jejak di pipinya. “Sejak kapan, Mas? Sejak kapan kalian berhubungan di belakang aku?”

Arka mengangkat pandangannya lagi ke arah Kiran, ia bisa merasakan rasa kecewa pada tatapan istrinya yang begitu penuh luka. Tatapan Kiran begitu menyakitkan, seolah menusuk langsung ke dalam hatinya.

“Dua tahun,” jawab Arka, suaranya terdengar serak. “Kami tidak sengaja bertemu di sebuah acara perusahaan. Malam itu, aku sangat lelah dan emosi, kami tidak sengaja menghabiskan malam bersama. Sejak itu, hubungan kami terus berlanjut. Aku tidak tahu bagaimana menghentikannya, Kiran. Aku merasa terjebak oleh perasaan ini.”

Sejenak, Kiran menyeka bulir hangat yang kembali lolos dari pelupuk matanya. “Kamu merasa terjebak? Bagaimana dengan aku, Mas? Kamu membohongiku selama dua tahun. Setiap kali aku menatapmu, aku percaya bahwa kamu adalah suami yang setia. Tapi ternyata, semua itu hanya kebohongan. Aku merasa seperti orang bodoh.”

Arka tertunduk menatap lantai, ia tak berani menatap mata Kiran yang membuatnya semakin bersalah. “Aku minta maaf, Kiran. Aku tahu aku telah menyakitimu dengan cara yang tak termaafkan. Aku hanya berharap kamu bisa memberi aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

“Haaa, maaf? Kesempatan?” Kiran tertawa getir mendengar perkataan Arka. “Apa kamu pikir dengan meminta maaf bisa membuat semuanya kembali baik-baik saja?!” Kali ini suara Kiran sudah naik satu oktaf.

Sosok Arka yang selama ini ia banggakan dan percayai kini berubah menjadi sumber kekecewaannya yang mendalam. Kiran merasa telah dibodohi selama ini, dan rasa sakit itu begitu nyata di hatinya.

“Apa kamu pikir kamu bisa membohongiku terus-menerus, Mas? Kalau saja aku tidak mengikutimu malam ini, mungkin aku akan menjadi wanita bodoh yang terus kamu bohongi!” berang Kiran, kilatan di matanya sudah memancarkan amarah yang begitu mendalam.

“Kiran, aku ...” Arka mencoba mendekati Kiran lagi, tangannya terulur seolah ingin memeluk istrinya, tetapi Kiran mundur, ia menolak sentuhan itu.

Kiran mengangkat tangannya, menghentikan Arka di tempatnya. “Aku tidak ingin mendengar apa pun darimu sekarang. Kamu telah menghancurkan semua kepercayaan yang aku miliki. Kamu pikir aku akan memaafkanmu begitu saja hanya karena kamu meminta maaf?”

Arka terdiam, merasakan beratnya kata-kata Kiran yang menghantam hatinya. Selang beberapa detik kemudian, ia berkata, “Aku tahu aku salah, Kiran. Dan aku sangat menyesal. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu seperti ini. Aku hanya takut kehilanganmu.”

Kiran tertawa pahit mendengar pernyataan suaminya. “Takut kehilangan aku? Lucu sekali, Mas. Kamu sudah kehilangan aku sejak kamu memutuskan untuk berbohong dan berselingkuh. Jangan pernah berpikir bahwa aku akan melupakan semua ini dengan mudah!”

Kiran melihat ke arah wanita yang bernama Lita itu, yang sedari tadi hanya terdiam. “Dan kamu, apa sekarang kamu sudah puas karena telah berhasil menghancurkan rumah tangga kami?!” tuduh Kiran ke arah wanita yang ada di samping suaminya.

Lita tampak terkejut dan canggung, tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa menunduk, menghindari tatapan penuh amarah dari Kiran.

Arka mencoba untuk membela Lita. “Kiran, Lita bukan wanita jahat. Dia wanita baik, dan dia juga tidak ingin situasi ini terjadi. Ini semua salahku.”

“Kalau dia wanita baik, dia tidak akan pernah mengambil kebahagiaan wanita lain!” hardik Kiran, sambil mengepalkan telapak tangan, menatap suaminya dengan bola mata yang sudah berkaca-kaca, air mata terjatuh kembali di sudut matanya. “Wanita baik tidak akan menghancurkan rumah tangga orang lain! Apa kamu pikir aku akan percaya dengan omong kosongmu itu?!”

Lita akhirnya memberanikan diri mengangkat pandangannya ke arah Kiran. “Kiran, aku tidak pernah berniat untuk menghancurkan rumah tanggamu. Aku juga terjebak dalam situasi ini. Aku tahu aku salah, dan aku sangat menyesal. Tapi Cleo tidak bersalah. Dia hanya seorang anak yang tidak tahu apa-apa.”

“Jangan bawa-bawa anak itu!” cibir Kiran. “Masalah ini antara kita orang dewasa. Kamu, yang tahu bahwa Arka sudah menikah, seharusnya kamu menjauh. Tapi kamu malah memilih untuk terus mendekatinya!”

Kiran segera menghapus air matanya dengan kasar. Ia menatap ke arah suaminya sambil berkata, “Selama ini kamu selalu bilang bahwa kamu begitu pusing dengan tagihan yang selalu membengkak, bukan? Baiklah, kalau begitu aku akan menghilangkan tagihanmu ini.”

Arka dan Lita hanya bisa terdiam, menerima semua kata-kata Kiran yang begitu menyakitkan bagi mereka. Di tengah kebisuan itu, Kiran berbalik dan mulai berjalan menjauh, membawa luka yang mendalam di hatinya.

Arka melihat ke arah Kiran yang sudah melangkah jauh. “Kiran!” serunya, berharap istrinya akan berhenti dan mendengarkannya.

Namun beberapa saat kemudian, Arka melihat Kiran kembali ke arahnya dengan membawa balok di tangan kanannya.

Arka dan Lita begitu panik, terutama karena tatapan Kiran yang kosong, tanpa ada sorot sama sekali.

“Kiran, apa yang ingin kamu lakukan?” Arka bertanya dengan suara bergetar ketika Kiran sudah semakin dekat dengannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Apa yang mau dilakukan oleh kiran
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
ayo kiran jgn mau dikibulin sama suami pembohong dan penghianat
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
good kiran keren buabg pezina dgn pezina
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 125 : Happy Wedding (Tamat)

    Clarissa berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang begitu mempesona. Ia mengenakan gaun putih yang elegan, berpotongan simple dengan renda-renda halus yang menghiasi bagian bawah gaun. Rambutnya digelung ke belakang dengan rapi, dihiasi dengan jepit mutiara kecil. Penampilannya pun begitu sangat menawan. Hari ini adalah hari istimewa bagi Clarissa, karena orang tuanya akan menikah. Rasa bahagia tak bisa disembunyikan dari matanya yang berbinar. Ia berputar sedikit di depan cermin, mencoba melihat penampilannya dari segala sisi. "Aku cantik tidak?" tanyanya, sambil tersenyum lebar. Noah dan Cleo yang berada di belakangnya segera mengangguk. "Cantik sekali! Kamu kelihatan seperti bidadari yang sering aku lihat di TV," puji Cleo begitu kagum. "Terima kasih, Cleo," balas Clarissa sambil tertawa kecil. Noah dan Cleo juga tampil tak kalah menarik. Mereka mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang terikat rapi di leher mereka. Cleo me

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 124 : Rencana Clarissa

    Setibanya di kamar, ketiga anak itu duduk di sofa dengan ekspresi bingung. Clarissa menghela napas pelan dan berkata, "Sepertinya Mommy dan Daddy terus saja bertengkar." Cleo mengangguk setuju, lalu bertanya, "Terus, kita harus ngapain?" Clarissa mengangkat bahu dengan polos. "Aku juga nggak tahu." Tiba-tiba, Noah tersenyum. "Gimana kalau kita buat Papa dan Mama baikan lagi?" usulnya. "Gimana caranya?" tanya Cleo bingung. Clarissa menggaruk kepalanya, seolah berpikir keras. "Ayo kita berpikir dulu." Mereka bertiga pun langsung terdiam, memutar otak mencari cara terbaik untuk menyatukan Kiran dan Arga. Setelah beberapa saat, wajah Clarissa tiba-tiba tersenyum lebar. "Aha! Aku punya ide!" "Apa?" tanya Noah dan Cleo serempak. Kedua lelaki itu pun langsung melihat ke arah Clarissa yang ada di tengah-tengah mereka. Clarissa langsung merangkul Noah dan Cleo. "Sini, aku bisikin," katanya sambil berbisik di telinga mereka. Setelah mendengar rencana Clarissa, Noah dan Cleo

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 123 : Pertengkaran Kiran & Arga

    Kiran menghentikan langkahnya dan berjongkok di depan Cleo yang masih menangis. Dengan lembut, ia menghapus air mata anak kecil itu. "Sayang, Mama sedang sakit. Kita doakan saja biar Mama cepat sembuh, ya. Supaya nanti Mama bisa berkumpul lagi dengan kita." Cleo mengangguk kecil sambil sesegukan. "Iya, Tante. Cleo selalu doain Mama pas salat, biar Mama bisa cepat sembuh." Kiran tersenyum dan mengelus kepala Cleo dengan gemas. "Anak pintar. Sudah, jangan nangis lagi, ya. Tante tahu kamu anak yang kuat." Cleo menatap Kiran dengan wajah yang masih terlihat sedih. "Tante, aku mau pulang ke rumah. Papa sudah jarang sekali tinggal di rumah. Aku rindu." Kiran tertegun mendengar permintaan Cleo. Ia tahu bahwa selama ini Arka memang lebih sering tinggal di rumah almarhum orang tuanya, jarang pulang ke rumahnya sendiri. Bahkan, Cleo sering merasa kesepian karena rumah itu hanya menyisakan kenangan masa lalu. "Baiklah, kalau begitu, kita akan pulang ke rumah," jawab Kiran sambil tersen

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 122 : Menemui Lita

    Kiran melihat Cleo berdiri sendirian di balkon apartemen, bocah kecil itu tampak termenung, tatapannya juga terlihat kosong. Ia mulai berjalan ke arah Cleo. "Cleo." Cleo terkesiap mendengar suara Kiran. Ia segera menghapus air mata yang sempat jatuh di pipinya, lalu menoleh ke arah Kiran yang kini berdiri di sampingnya. "Tante …," sahut Cleo pelan. "Kamu sedang apa sendirian di sini? Kenapa tidak main sama Noah dan Clarissa?" Kiran bertanya sambil tersenyum tipis. Cleo menggeleng pelan. "Tidak, Tante. Aku hanya sedang sedih." "Sedih?" Kiran berjongkok agar bisa sejajar dengan Cleo. "Kenapa, Sayang?" Cleo menarik napas panjang sebelum menjawab, "Iya, Tante. Aku sedih … sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi. Papa udah gak ada. Nenek udah pulang ke kampung, dan Mama masih di rumah sakit." Kiran merasakan hatinya pilu mendengar kata-kata itu. Bi Sri, neneknya Cleo sekaligus orang yang bekerja di rumah Maria, juga sudah kembali ke kampung halaman karena usianya yang suda

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 121 : Kehilangan

    Air mata Kiran jatuh menggelinding meninggalkan jejak di wajahnya, mengalir begitu saja tanpa permisi. Lututnya terjun bebas mendarat di tanah, dadanya terasa sesak, terasa perih seperti ditusuk ribuan jarum. "Kenapa … kenapa harus kamu?" Hiks! James menghampiri Kiran, lalu meletakkan tangannya di bahu putrinya, memberikan sedikit kekuatan di tengah kesedihannya. Ia tahu, putrinya pasti akan terpuruk melihat seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya kini telah berpulang. "Arka ingin memberikan kesempatan kedua untukmu, Kiran. Dia ingin kamu tetap bisa melihat dunia," ujar James dengan suara yang terdengar berat. "Tapi kenapa Arka … kenapa dia melakukan ini, Pa?" Suara Kiran begitu serak, matanya masih tertuju pada nisan Arka. James menarik napas panjang sebelum menjawab, "Selama ini, Arka memiliki penyakit jantung. Dokter sudah lama memberitahunya bahwa kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari. Ia mencoba bertahan sekuat tenaga. Tapi pada akhirnya, ia tahu waktunya tidak

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 120 : Batu Nisan

    Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Kiran dan keluarganya. Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya dokter akan melepas perban di mata Kiran. Mereka semua menanti hasil dari operasi transplantasi yang menentukan penglihatan Kiran kembali. Dokter masuk sambil tersenyum ramah. "Baiklah, Kiran. Kita akan mulai melepas perbanmu sekarang. Cobalah untuk rileks, ya." Kiran mengangguk. Akan tetapi tubuhnya sudah bergetar, ia takut bila semuanya akan sia-sia, tapi ia juga berharap bila penglihatannya kembali normal lagi. Clarissa yang berdiri di samping tempat tidur, menggenggam tangan ibunya dengan erat. Sementara James dan Kinanti berdiri di belakang mereka, wajah mereka begitu gelisah, hanya berharap bila semuanya akan baik-baik saja, dan putrinya kembali bisa melihat. Perban perlahan dilepas, lapis demi lapis, hingga akhirnya dokter berhenti dan menatap Kiran serius. "Coba perlahan buka matamu, Kiran. Jangan khawatir, cahaya mungkin akan terasa sedikit menyilaukan di awal.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status