"Salah satu dari kalian ga ada yang melihat?""Ga ada, Pak. Semua pada ga ngeh dengan kejadian itu. Bahkan tak ada yang sadar jika Bu Alina sudah pergi. Sampai beliau lupa membawa makanan untuk Bu Lea."Astaghfirullah ... Kemana Alina. Tak mungkin Alina pergi dengan laki-laki lain. Itu sangat mustahil, Alina bukan perempuan murahan seperti itu. Lalu, kemana dia? Kenapa bisa hilang begitu saja.Aku meremas rambutku. Ya Allah, jagalah istriku. Istri yang begitu aku sayangi. Bahkan, aku rela berdusta hanya agar dia tak terluka.Sebenarnya aku tau Jody itu adalah Alex. Bagaimanapun dia mengubah penampilan, memakai tato, dan baju yang seperti preman itu. Aku tetap mengenalinya. Laki-laki naas, setelah dibuang oleh Pak Freddy justru sekarang dia menjadi gig*l*. Pem*as nafs* wanita Gil* seperti Catherine. Namun, demi menjaga perasaan Alina, aku sengaja tak menjawab jujur. Meski aku tau Alina sedang memancingku saat itu."Coba cari sekali lagi diruangan Alina, Mbak! barangkali Alina ketiduran
Aku langsung menelpon nomor itu."Brengs*k! Apa yang kamu lakukan pada Alina!""Hohoho, Pak Baihaqi bisa marah juga! Tenang, saya tidak akan menyakiti istri Bapak. Kalau Pak Baihaqi mau menuruti semua perintah saya!""Pengecut! Siapa kamu! Apa maumu, ha!" Emosiku tersulut. Tak rela melihat Alina diperlakukan seperti itu."Tenang, Pak Baihaqi. Ini sudah malam. Sebaiknya anda pulang, beristirahat. Besok akan saya kabari apa yang harus anda lakukan. Ingat! Jangan sekali-kali anda menghubungi polisi, jika tidak ingin istri anda dengan kulit mulus ini kami cicipi berganti-ganti.""Awas jika satu senti saja kulit istriku kalian sentuh, kalian akan kucari sampai ke liang neraka!"Namun, sambungan telah terputus. Aaargh... Aku mengulang kembali panggilan itu, tapi nomornya sudah di non aktifkan. Aaaaaargh ...! bajing*n! Siapa yang berani berbuat keji seperti ini. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Pikiran ku kacau, Allahu Akbar, jangan sampai ya Allah, jangan sampai Alina disentuh tangan-
"Baik, Ma."Sambungan kuakhiri setelah mengucap salam. Maafkan aku ya, Allah terpaksa ini kulakukan. Kalau Mama tau Alina di culik, seharian Mama bisa menangis.Ponselku kembali berdering."Bro, dari hasil pelacakan GPS ponsel penculik itu ada di daerah Bogor. Kita lagi on the way. Nanti gw share lokasi.""Tolong pastikan semua aman ya, Bro. Jangan sampai mereka melukai istri gw.""Tenang, gw bekerja profesional."Aku pun bergegas menuju tempat yang dituju oleh Daniel. Jam sudah menunjukkan angka 6. Sebentar lagi jalanan akan ramai.Ponselku kembali berdering. Kali ini dengan nomor lain lagi."Ya!""Gerak cepat sekali! Dengar, saya tak punya waktu banyak untuk bernegosiasi. Saya hanya ingin saham HQ Coorporation dialihkan kepada saya. Dan uang tunai 500juta. Hanya itu. Dengan begitu anda akan bisa membawa pulang istri anda dengan selamat.""Hanya itu?"Laki-laki itu tertawa lebar."Iya hanya itu! Gimana? Anda bersedia?""Jika hanya harta seujung kuku itu yang kau minta, aku akan serah
"Bang, lu ke kampung ga ngajak-ngajak! Aku kan mau ikut healing juga!"Suara cempreng Lea terdengar dari speaker ponsel."Maaf, le. Abang ga bisa ngajak. Lagi pula Alifa kan sakit.""Udah sembuh kok, Bang, Alhamdulillah."Aku terdiam. Saat ini aku sedang tak bisa diajak ngobrol. Pikiranku sedang tidak tenang. Sudah jam sepuluh pagi, belum ada kabar dari Daniel. Tadi, katanya dia sedang mencari lokasi terbaru penculik bedebah itu. Sedangkan aku disuruh kembali ke Jakarta. Dan, terdampar di sebuah warung makan. Tenagaku hampir habis karena semalaman tak bisa tidur, ditambah tadi pagi juga tidak sarapan."Bang, kamu kenapa?""Gapapa, le. Kamu jaga diri baik-baik, jaga kesehatan. Abang mau lanjut jalan dulu." Aku bersiap hendak mematikan sambungan telepon."Bang! Awas jangan dimatikan! Kamu ada masalah? Cerita, Bang!""Ga ada apa-apa, Le!""Jangan bohong, Bang. Cepat katakan!" Dadaku sesak, tak seharusnya aku memberitahu Lea. Tapi, dia memaksa.Akhirnya, aku pun menceritakan apa yang terj
Sesampainya di sana, gerbang rumah itu terbuka lebar. Sebuah mobil polisi sudah parkir di halaman dan beberapa mobil lain yang kupastikan itu mobil Daniel dan anak buahnya. Ternyata mereka sudah mengrebek rumah itu. Seorang laki-laki yang sangat kukenal sudah dalam kondisi terborgol. "Daniel, mana Alina?""Alina sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Lu susul ke sana. Gw sedang melacak otak dibalik semua ini. Tadi istri lu pingsan. Gw takut terlambat jika menunggu lu, sebab, istri lu pendarahan.""Innalilahi, pendarahan?""Iya, buruan lu ke sana. Laki-laki kurang aj*r ini berusaha menodai istri lu, untung Alina bisa bertahan sampai gw dan polisi datang."Bugh! Sebuah pukulan kulayangkan pada Alex sesaat setelah mendengar penjelasan Daniel."Biad*b!""Sabar, Pak! Kami dari pihak kepolisian yang akan menangani laki-laki ini dan menghukum sesuai hukum yang berlaku." Pak polisi itu mengiring Alex menjauh."Gimana rasanya perempuan bekasku!" ujar Alex dengan wajah yang sudah babak belur.
Mama menangis melihat Alina yang masih belum sadarkan diri. Terpaksa aku menyampaikan kejadian yang sebenarnya kepada Mama. Walau sebenarnya tak tega. Tapi, jika nanti ada terjadi hal yang tak di inginkan aku tak mau Mama ngedown."Maafkan Ubay, Ma," lirihku.Mama terisak memelukku."Kamu kalau ada apa-apa kasih tau, Mama. Bagaimana pun Alina anak Mama, menantu Mama. Mama pasti akan mengusahakan yang terbaik untuknya. Kalau sudah begini, terjadi apa-apa dengannya gimana?""Sudah, Ma. Ubay memikirkan kesehatan Mama. Jangan salahin dia terus." Papa berusaha menenangkan Mama. Aku tertunduk, "sabar Bang, Mama hanya syok!" lirih Lea menenangkan."Gimana Mas, apa dalangnya sudah tertangkap?" tanya Arsyad."Belum, Ar. Menurut teman gw yang bekerjasama dengan polisi, orang itu melarikan diri keluar negeri.""Memang siapa dalangnya, Bay?" sahut Papa."Wiliam, Pa."Daniel sudah memastikan jika pelaku adalah William, dan seorang perempuan yang juga pengusaha seperti dirinya. Chaterine, perempua
"Cucu saya gimana, Dok?" lirih Mama yang tampak ripuh."Alhamdulillah, sejauh ini dia masih bertahan. Bantu do'a saja ya, Bu. Ini karena Bu Alina banyak kehilangan darah, juga mengalami dehidrasi. InsyaAllah semua akan baik-baik saja."Semua bernafas lega. Alhamdulillah, Alinaku memang wanita kuat, dia wanita hebat yang pernah kutemui. Aku yakin dia akan sembuh dan jauh lebih kuat."Ma, Mama, Papa juga Lea, pulang saja. Biar Ubay yang menjaga Alina di sini.""Mama juga mau di sini.""Ma, Mama harus menjaga kesehatan. Mama sebentar lagi akan punya dua cucu dari Ubay, dan dua cucu dari Lea. Jangan sampai Alina melihat mama dalam keadaan pucat karena kelelahan.""Benar, Ma. Kita pulang, biar Ubay menjaga Alina. Besok pagi-pagi kita kesini. Mudah-mudahan Alina sudah sadar."Akhirnya malam itu aku sendiri menjaga Alina. Jam delapan malam, ada telepon dari Pak Freddy. Aku bergegas keluar agar tidak menganggu tidur Alina."Saya ikut prihatin dengan apa yang terjadi dengan Pak Baihaqi. Saya h
Aku terbangun dalam ruangan serba putih. Kepala masih sedikit pusing. Perlahan aku menoleh mengitari setiap sisi ruangan ini. Sepi, hanya aku sendiri di sini. Tak lama, terdengar samar-samar suara obrolan dari luar. Meski sangat pelan tapi masih dapat kudengar dengan jelas.Aku tersenyum tipis mendengar jawaban Mas Ubay atas permintaan perempuan yang dapat kupastikan itu adalah Aisyah. Silahkan saja coba rebut dia dariku. Aku telah menyerahkan hatiku dan cinta kami pada Allah. Dengan seyakin-yakinnya aku berkata, jika Mas Ubay akan menjadikan aku istri satu-satunya yang akan mendapatkan penghargaan berupa cinta darinya.Terlepas, jika kelak Allah takdirkan dia bersanding dengan perempuan lain, nyatanya cinta kami sudah terlebih dahulu terpupuk bersama.Aku mencoba menulikan pendengaran, seharusnya Aisyah lebih mengerti tempat untuk mengutarakan isi hati. Aku yang kini lemah tak berdaya butuh dukungan untuk bangkit dan melupakan kenangan pahit saat Alex berusaha menjadikan aku wanita