"Ya, gapapa kali, Al. Kasian tuh anak, bete banget sejak suaminya uring-uringan minta balik ke luar negeri,""Kenapa mereka ga balik aja, sih!" Sangat berharap malah aku, dia segera menjauh sejauh-jauhnya."Flo mau buka usaha di sini, apalagi sejak aku cerita kamu punya sebuah restoran. Wajah dia sangat bersemangat, biar dia nyontoh kamu, Al,"Aku tersenyum miring, aku yakin Flo bukan semangat ingin mengikuti jejakku. Tapi, semangat ingin menghancurkanku. Untuk bicara pada Lea, aku segan. Flo saudara Lea, takutnya mereka malah selisih paham karena aku.Paginya."Alina lagi hamil lho, jangan aneh-aneh Mama ga suka. Nanti kalian disana ga bisa jaga Alina, cucu Mama nanti kenapa-kenapa," tolak Mama tegas saat Lea mengutarakan rencana kami."Ada Ubay kok, Ma. Flo dan Andre juga ikut," seru Mas Ubay meyakinkan Mama.Aku memilih diam. Hati kecil melarangku untuk ikut, tapi alasan apa yang akan gunakan?Dan akhirnya rencana itu pun terealisasi. Keesokan harinya menjelang subuh kami sudah ber
Aina keluar dari mobil bersama Flo. Senyumku seketika padam. Kenapa ada dia? Lalu kenapa Mas Ubay tampak sangat marah."Kita balik sekarang!" Titah Mas Ubay mendekat lalu mengandeng tanganku masuk."Ada apa ini, Bang?" Tanya Lea panik."Tanya sama sepupu lu, itu! Udah gw bilang ga usah bawa dia, lu ngotot!" sahutnya sambil terus berlalu."Bang, jelasin dulu!"Mas Ubay berhenti yang membuatku seketika juga berhenti."Dia membohongi gw! Dia sengaja pura-pura sakit perut dan meminta gw menemaninya ke klinik. Dan lu tau apa? Ternyata dia menunggu perempuan itu disana, bukan untuk berobat!""Astaghfirullah ..." Lea menatap ke arah Flo dengan tatapan tajam."Sorry, ya teman-teman, kami duluan pulang," seru Mas Ubay."Sabar ya, Bro," bisik suami Dea sambil menepuk pundak Mas Ubay."Saya yang minta maaf kepada kalian semua. Acara kumpul-kumpul kita jadi berantakan gara-gara, saya." "Tak apa, Mas. Kami maklum," sahut Anggi cepat, sebagai ketua geng, Anggi tentu merasa punya tanggung jawab."A
Rahang Mas Ubay mengeras."Kalau kenapa-kenapa dengan bayiku, aku bunuh mereka," Geramnya."Bang, lu apaan sih! Kayak mafia. Alina gapapa kok. Bestie gw kuat!" Seloroh Lea."Lu sih, biang keroknya!""Gw juga ga nyangka bakal begini jadinya, kalau tau seperti ini, tu anak bukan gw bawa ke puncak. Tapi, langsung gw ceburin ke jurang,""Samanya lu, otak mafia!"Melihat mereka mulai beraksi, aku tak bisa menahan tawa. "Alhamdulillah, syukurlah, rileks ya, Al. Emang menonton tom and Jerry versi dunia nyata itu seru, ya!" sindir Anggi."Gw, Tom nya!" Sahut Ubay cepat."Enak aja! Gw yang tom. Lu, si tikus jail,"."Mana ada tikus setampan gw!""Mana ada juga Jerry se-feminim gw!" Lea tak mau kalah. Melihat kakak adik itu asik bertengkar, anak-anak mengajakku ke balkon. Dimana dari sana pemandangan kota Bogor terlihat jelas. Bukit yang rindang dan angin yang sejuk menyambut. Lega rasanya dada. Hingga mas Ubay dan Lea tersadar dan ikut nimbrung bersama.****Kami sampai di Jakarta. Rumah terl
Setelah melihat keadaan Mas Gunawan, pikiranku tak tenang. Walau dia bukan siapa-siapaku lagi. Tapi, entah kenapa aku teringat akan Sabila. Gimana nasib anak itu."Mikirin apa? Kayaknya setelah melihat mantan tadi, kamu banyak melamun?"Aku terdiam. Ragu untuk mengatakan padanya."Kan sudah, Mas bilang. Jika ada masalah jangan pendam sendiri. Sampaikan saja, kita selesaikan bersama,"Mata itu penuh ketulusan. Mungkin tak ada salahnya aku mengatakan pada Mas Ubay apa yang mengganjal di hatiku."Aku kepikiran Lala, Mas. Jika Mas Gunawan keadaan seperti itu, gimana dengan Lala dan Siti? Aku khawatir dengan anak itu," setelah berkata seperti itu. Aku kembali menunduk.Mas Ubay mengelus rambutku, "hanya itu?" tanyanya. Aku mengangguk cepat."Nanti kita cari tahu. Sekarang istirahat, ya. Mas ada sedikit urusan di kantor. Kalau ada apa-apa jangan lupa telepon. Nanti kamu, Mas titipkan pada Mama. InsyaAllah, mas ga lama,"Aku kembali mengangguk. Memang tadi sewaktu di rumah sakit. Beberapa ka
"Flo, menikah bukan karena cinta. Sebab itu, dia sama sekali ga menghargai Andre,""Maksudnya, Ma?" Setahuku dulu Flo sangat menyukai Andre, bahkan sampai rela mempermalukan diri saat upacara bendera di sekolah untuk menyatakan cintanya, walau saat itu Andre sedang menjalin hubungan denganku. Hingga akhirnya Andre meminta putus dan memilih Flo. Setelah mereka jadian, apapun dia berikan pada Andre. Yang membuatku sakit hati, mereka berdua menyerangku dengan membuat foto editanku tak memakai baju, tengah tidur dengan seorang laki-laki. Walau editannya kasar, tapi Ayah dan Ibu, saat itu sempat jatuh sakit. Namun, teman-teman yang kenal aku bagaimana, berhasil meyakinkan Ayah juga Ibu jika itu hanya gambar editan.Seharusnya aku yang dendam pada Flo, tapi entah kenapa. Justru dia yang memusuhiku sampai detik ini. Sialnya, aku bertemu lagi dengannya dan dia sepupu suamiku sendiri. Betapa sempitnya dunia.Setelah mendengar penjelasan Mama itu, hatiku sedikit berdamai. Menyingkir kebencian p
Tamu kehormatan Papa itu menaiki panggung, sedangkan asistennya menunggu di bawah dengan mata mengikuti gerakan sang tuan. Hingga mata kami beradu. Laki-laki itu sangat jelas gelagapan dan salah tingkah. Aku menatapnya lekat, tak peduli jika ada yang melihat. Bahkan sengaja menyunggingkan senyum meremehkan.Lihatlah siapa dirinya sekarang, hanya kacung yang mengekor di belakang tuannya. Dia pasti tau siapa laki-laki yang kini menjadi suamiku. Seorang pengusaha kaya raya pemilik perusahaan yang banyak diincar perusahaan lain untuk bekerja sama. Setelah laki-laki bernama Freddy itu turun dan kembali ke meja dimana Papa menunggu, Mas Ubay menyolek tanganku."Kamu kenapa?" Tanyanya."Kacung itu laki-laki yang menyebabkan Ayahku meninggal," Bisikku dengan suara agak parau menahan sesak di dada.Meski saat itu Mas Gunawan membantu menutup malu. Tapi, Ayah stres berat karena merasa di injak-injak harga dirinya."Aku mau Mas membalaskan sakit hatiku," lirihku dengan mata masih terus melirik
"Siapa yang menyuruhmu, Lex?" tanyaku datar."Saya lupa, Al. Sumpah, saya lupa. Yang saya ingat dia menawarkan bayaran yang banyak, dan semua saya pakai untuk membiayai ibu yang sakit,""Bukankah kamu mempermalukan aku karena mau balas dendam sebab pernah aku tolak?""Bukan, Al. Aku tak marah sama sekali saat kamu tolak. Itu hanya alasan agar rencana perempuan itu tak ketauan,""Apa perempuan itu, satu sekolah denganku dulu?"Alex mengangguk."Apa namanya, Floren," Alex sejenak terdiam sambil berusaha mengingat."Sepertinya iya, Floren namanya. Benar, Al. Itu orangnya,"Mas Ubay terduduk, saat mendengar nama sepupunya itu yang telah membuat rencana jahat padaku dulu. Begitu juga denganku, tak habis pikir Floren tega melakukan itu.Akhirnya aku melepaskan Alex. Memaafkan apa yang telah dilakukan dulu, karena ternyata dia bukan akar permasalahan. Lelaki itu hanya orang suruhan saja.Malamnya Floren datang kerumah. Perempuan itu datang dengan suaminya. Mas Ubay yang naik pitam, langsung
"Mama?" Aku kaget saat melihat Mama datang dengan Flo. "Tadi, Mama ketemu Flo, di jalan. Jadi, Mama ajak balik aja. Mama, bawa coklat banyak, dapat dibagi sama teman Mama yang baru pulang dari Belgia. Godiva ini coklat terenak lho," jelas Mama dengan penuh semangat. "Sini, Sayang, kita makan bareng-bareng,"Aku yang masih di tangga, turun mengikuti langkah Mama, lalu duduk di sofa.Tak lama suara ponselku yang berada di meja lantai atas berbunyi."Ma, Alina ke atas dulu, ya. Mau ambil ponsel. Mungkin Mas Ubay yang nelpon," aku baru saja hendak beranjak."Biar aku saja!" tawar Flo dan langsung lari ke atas. "Wah, Flo baik banget, kamu, Sayang," puji Mama membuat Flo bersemangat lari ke atas. Aku terpaku, jika Flo yang menuang minyak di tangga, pasti dia akan bisa menghindar."Flo, jangan lari-lari," pekikku saat Flo tak jua mengurangi kecepatan langkahnya. Flo tetap semangat menaikki satu persatu anak tangga itu."Flo!" Teriakku, cemas.Bugh!Hingga tepat berada di anak tangga pali