Home / Romansa / Hayu / Jelita

Share

Jelita

Author: Kardinah
last update Huling Na-update: 2022-02-04 18:24:34

Hayu yang sedang menatap ponselnya menoleh ke arah sumber suara. Sekretaris Sean memanggilnya. Hayu melambaikan tangan.

Dina menghampiri sahabatnya itu, tak lupa menyapa atasan Hayu yang juga rekan kerja bosnya.

“Selamat Pagi, Pak Candra.” Candra hanya mengangguk menanggapi sapaan Dina.

“Kenapa terlambat, kami sudah menunggu dari tadi,” tanya Hayu, pada sekretaris Sean yang juga sahabat baiknya

“Maaf, Hayu, Pak Sean mendadak harus berangkat ke Macau pagi ini, jadi saya yang akan menggantikan beliau.”

“Kalau begitu, ayo kita mulai meetingnya.”

Candra berubah menjadi dingin dan tegas begitu bersama klien. Berbanding terbalik saat bersama Hayu. Mereka mendiskusikan kerja sama yang akan mereka lakukan. Tepat ketika jam makan siang, meeting selesai.

“Sebaiknya kita makan siang dulu, baru kembali ke kantor,” tawar Candra pada dua sekretaris di depannya itu.

“Maaf, Pak. Sebelumnya terima kasih, tapi saya harus kembali ke kantor karena setelah makan siang, saya harus mengurus pekerjaan pak Sean, jadi saya permisi dulu.” Dina berpamitan dengan Candra dan juga Hayu.

“Maaf, Hayu, lain kali kita makan siang, nanti aku telepon.” Hayu berdiri mengantar Dina. Tak lupa mencium kedua pipi Dina. Candra hanya menatap Hayu dengan tatapan yang sulit di artikan, dan itu tertangkap jelas di mata Dina.

Setelah kepergian Dina , hanya ada mereka berdua. Hayu yang sudah memesan makanan, mulai menyantap makan siangnya tanpa mengeluarkan sepatah kata, dia tahu mami Bisma sedang memperhatikannya. Sibuk melamun, dia tak sadar, jika mulutnya berlepotan terkena saus. Candra yang melihatnya segera mengambil tisu dan membantu mengelapnya, saat itu juga, sosok yang sangat tidak ingin ditemuinya berada di sana. Bisma berdeham.

“Ehm, Hayu. Apa yang kalian lakukan di sini?”

Rasanya Hayu ingin masuk ke bumi dan mengubur dirinya sendiri. Kali ini dia yakin, masalah akan semakin runyam. Hayu hanya menatap Bisma dan membiarkan Candra menjawabnya

“Kami sedang makan siang, Bis. Kebetulan meeting di sini, jadi sekalian saja kami makan siang. Mau bergabung?”

“Tidak, aku akan menemui Mami, kebetulan dia mengajakku makan siang juga. Apa kamu mau ikut denganku, Hayu? Menemui Mami?”

“Maaf, ini masih jam kantor, Bis. Aku tahu Mami ada di ruangan sebelah. Tadi kami sudah bertemu, jadi sebaiknya, kamu saja yang ke sana. Mami juga sedang bersama teman-temannya. Jadi, aku tidak ingin mengganggu.”

Bisma tampak berpikir, tiba-tiba hatinya resah dan gelisah. Entah apa yang terjadi dengan Maminya dan Hayu. Bisma merasa bahwa Hayu sedang tidak ingin bertemu Maminya, dia berusaha menghindar. Padahal bukan hal itu yang Bisma harapkan.

“Mau pulang bareng?” tawar Bisma. Berharap Hayu mengiyakan, tapi Candra, sahabat sekaligus atasannya itu lebih dulu menjawab.

“Kami masih ada meeting di tempat lain setelah ini, jadi sebaiknya kamu bisa membedakan urusan pribadi dan pekerjaan.”

Bisma tak menjawab, dia berbalik meninggalkan Hayu dan Candra, menemui ibunya di ruangan sebelah. Hayu menatap hingga punggung Bisma menghilang. Hayu mengucapkan terima kasih pada Candra.

“Terima kasih, Pak. Kita nggak ada meeting setelah ini, jadi saya tahu bapak sengaja berkata seperti itu untuk menolong saya.”

“Jangan GR kamu, Hayu. Benarkah kita tidak ada meeting setelah ini? Berarti aku salah ingat. Ayo lanjutkan makannya, atau kamu mau pindah duduk bersama kekasihmu itu.”

Hayu mendengus kesal dengan ejekan Candra. Dia pun membalas ejekan itu.

“Setidaknya, saya jelas punya kekasih, dari pada Bapak, tidak jelas, mana tiap hari harus melakukan kencan buta.”

“Kalau saya mau, saya tinggal menunjuk salah satu dari fans saya, tapi saya enggak berminat. Masih mending saya jojoba, jomblo-jomblo bahagia, dari pada kamu, punya kekasih tapi tak di anggap.”

Jleb!

Segera Candra menutup mulutnya, mengingat perkataannya mungkin akan menyinggung perasaan Hayu.

“Maaf, bukan maksudku.”

Hayu memainkan makanannya, dia tahu Candra hanya bercanda, tapi memang apa yang diucapkan Candra ada benarnya. Dia menang tak dianggap sama sekali. Bahkan Bisma saja, tak mampu membela dirinya di depan maminya. Pahit memang, tapi memang kenyataan tak seindah expectasi.

“Its ok, Pak. I know it. Lebih baik kita teruskan acara makan siang ini, sebelum saya kembali ke kantor.”

“Hayu..”

Hayu terkekeh, dia lupa kalau lelaki yang ada di hadapannya ini adalah atasannya yang super duper menyebalkan.

“Maaf, Pak. Bapak bikin saya lupa diri.” Mereka tertawa, tak peduli jika ada arang yang melihat mereka. Bisma yang hendak ke toilet, kesal melihat mereka sebahagia itu. Bisma mengepalkan tangan, dia tidak rela jika Hayu tertawa bersama lelaki lain. Tapi dia bisa apa, di dalam sana ada maminya dan teman-teman sosialitanya. Salah satu dari mereka juga berniat mengenalkan Bisma dengan anaknya. Bisma mengurungkan nianya ke toilet, hatinya memanas mengingat Hayu dan Candra. Biasanya dia tidak akan merasakan sesakit ini, mungkin karena hubungan Hayu dan Bisma yang saat ini sedang tidak baik-baik saja, jadi dia mudah tersulut.

Hayu dan Candra menghentikan acara makan siangnya ketika seorang wanita cantik dengan wajah cantik jelita menghampiri Candra. Candra menoleh, mukanya memerah melihat siapa yang sudah berdiri menjulang di hadapannya. Gadis dengan nama Jelita, secantik wajahnya, gadis yang pernah Candra cintai dan gadis yang menyakitinya. Candra yang tadi bersikap hangat, mendadak memasang wajah yang sangat dingin dan angkuh, bahkan Hayu sampai kebingungan melihat perubahan Candra. Dalam hati dia bertanya, ada hubungan apa Candra dengan gadis cantik bak model internasionil itu.

“Halo, Ndra. Apa kabar? Lama tak jumpa. Ini siapa?”

“Hai, aku baik-baik saja. Dia sekretarisku. Apa yang kamu lakukan di sini? Bukannya kamu masih di luar negeri?”

Hayu diam, menyimak pembicaraan mereka berdua.

“Aku baru pulang, sekitar tiga hari yang lalu. Kapan-kapan kita bisa makan siang bareng?”

“Maaf, aku nggak bisa, Jel.”

“Kenapa? Apa kamu masih mencintaku dan juga membenciku?”

Candra yang mendengar ucapan Jelita tiba-tiba berdiri. “Dengarkan aku baik-baik Jelita, aku tidak mencintai kamu lagi. Lagi pula ini tempat umum. Di mana sopan santun kamu, apa begini hasil kuliah kamu di luar negeri? Mana manner kamu?”

“Hei, slow. Nggak usah ngomong sambil memasang urat, Candra. Aku hanya bertanya padamu. Kalau kamu enggan menjawabnya, jangan dijawab.”

Mama Bisma keluar dari ruangannya, menghampiri mereka bertiga.

“Jelita, sini, Nak. Bisma ada di dalam.”

Sepertinya sengaja mami Bisma meninggikan volumenya agar Hayu mendengar ucapannya.

Hayu dan Candra saling berpandangan.

"Iya Tante, sebentar. Maaf sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini. Mereka sudah menungguku.”

Mami Bisma mengamit lengan Jelita, membawanya masuk ke dalam dan bergabung dengan mami Bisma dan teman-temannya.

“Sepertinya akan ada tontonan yang lebih seru lagi, Hayu. Kamu harus menyiapkan mental, agar kamu tak menjadi gila.”

“Maksud, Bapak?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hayu   Aku mencintaimu

    Mama Candra terkekeh geli melihat reaksi putranya. Dia menaik -turunkan kedua alisnya, menggoda putranya yang tersenyum-senyum tipis, mempertahankan gengsinya. “Mama nggak pulang? Bukankah ada sesuatu yang mau Mama kerjakan?” “Jadi kamu mengusir Mama? Mau jadi anak durhaka, mau mama kutuk kalian cepat punya anak?” Mama Candra berpura-pura marah pada putranya, tapi sejurus kemudian di terkekeh, dia tahu putranya sengaja mengusirnya. Mama Candra menyeruput tehnya dan menatap Hayu. “Nduk, Mama lupa, Mama ada janji dengan teman-teman arisan Mama. Mama pulang dulu, ya, titip Candra, dia suka nakal kalau nggak ada Mama. Kalau dia macam-macam denganmu bilang Mama, biar langsung Mama nikahkan sama kamu, Nduk.” Hayu ingin tertawa, tapi dia berusaha menahannya dengan melipat kedua bibirnya ke dalam. Dia mengangguk merespons mama Candra. Melihat wajah Hayu yang bersemu merah, Mama Candra tersenyum senang. Apalagi putranya, dia gemas sekali melihat Hayu tersipu malu-malu. Hayu mencium

  • Hayu   Calon Mantu

    Hayu tertawa geli, dia hanya bercanda, tapi reaksi yang ditunjukkan Jelita padanya menurutnya terlalu berlebihan. “Hei aku hanya bercanda, kenapa kamu seserius itu. Nikmati saja waktumu, toh aku tidak pergi ke mana-mana.” Jelita menghela nafas lega, dia pikir sudah mengganggu Hayu sehingga dia mengusirnya. Jelita menyeruput kopinya dan memakan kembali kue buatan ibu Hayu yang sejak tadi membuat air liurnya menetes. Jelita memasukkan kue basah dengan warna dan aroma pandan ke dalam mulutnya. Baru saja dia mengunyahnya, suara yang sangat familiar menyapa telinganya. “Lho, Jelita, kamu kok di sini, Nak?” Jelita tersedak, Hayu melesatkan tangannya cepat, mengulurkan kopi milik Jelita. “Hati-hati, minumlah, jangan menyepelekan tersedak, itu bisa membuatmu mati!” Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Hayu barusan, malah semakin membuat Jelita terbatuk-batuk. Mami Candra yang memiliki hati yang lembut pun segera menghampiri Jelita dan mengusap punggung gadis itu hingga b

  • Hayu   Menghancurkan Mimpi

    Bisma mengetuk pintu kaca mobil Jelita. Mau tak mau Jelita menurunkan kaca pintu mobil miliknya. Dia tak mengerti dengan sikap Bisma. Bukankah kekasihnya itu sudah jelas-jelas mengatakan hal yang tak bisa dia harapkan sama sekali. Lalu untuk apa dia mengejarnya hingga kemari. “Ada apa, Mami sudah menjelaskan segalanya. Semuanya sudah berakhir bukan? Apa yang ingin kamu katakan padaku kali ini, rasanya tak mungkin kamu berubah pikiran.” “Maafkan aku, Jelita, semuanya harus berakhir begini, aku masih pada keputusan yang sama. Hati-hati di jalan.” Jelita menghela nafas, Bisma tak mengubah keputusannya. Jelita tak ingin menjawab perkataan Bisma selain anggukan kecil yang ditunjukkan sebagai respons darinya. Jelita tak peduli Bisma masih berdiri di sana. Dia memilih meninggalkan tempat yang saat ini tak ingin dia pijak. Tempat di mana dia menaruh harapan kosong, dengan pintalan asa yang berantakan. Melajukan kendaraannya di jalanan, berbaur dengan kendaraan lainnya. Selama perjalanan pu

  • Hayu   Dikhianati Keadaan

    Jelita geming, menunggu jawaban dari calon suaminya, sementara Nyonya Adibrata dengan sengaja membuang muka menghindari tatapan calon menantunya. Seketika Jelita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Alih-alih mendapatkan jawaban dari orang yang saat ini menjadi tumpuan harapannya, dia lebih memilih untuk keluar dari ruang rawat inap Bu Ayu. Dengan langkah gontai dan kepala yang tertunduk lesu, dia meraih handle pintu dan berusaha keluar dari kamar itu. Jelita terduduk di kursi yang berada di luar ruangan. Saat ini dia tak tahu, apalagi yang harus dilakukannya. Terkadang hidup memang selucu itu, dia dikecewakan orang yang paling dekat dengannya sendiri. Harapan yang terlalu tinggi, kini mengkhianatinya bertubi-tubi. Membuatnya terpuruk di tengah badai, terombang-ambing hingga ke palung dasar rasa kecewanya. Tak dia nyana sama sekali Bisma keluar, Jelita menoleh ke arahnya. Bisma mendudukkan tubuhnya di sebelah Jelita. Dia menghela nafas panjang dan dalam, seolah ingi

  • Hayu   Maafkan Aku

    “Boleh aku masuk? Apa aku mengganggumu? Aku hanya membutuhkan waktu sebentar denganmu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu. Apa kamu sudah sarapan?” Chandra menunjukkan kotak makannya pada Jelita. “Jadi aku mengganggumu, kamu sedang sarapan, ya. Apa sebaiknya aku pergi saja.” “Tidak perlu, sebaiknya sekarang saja kamu katakan apa yang ingin kamu katakan, sebentar lagi aku akan bertemu dengan klien.” “Apa benar kalian melihat Mamiku dan Papi Bisma bersama? Tolong katakan yang sejujurnya padaku. Aku sempat mendengar mereka membicarakan Mami dan juga Pak Adibrata. Jadi sebenarnya apa yang terjadi. Apakah kecurigaanku itu memang benar terjadi? Bukankah kalian sempat bertemu mereka berdua?” Candra bingung, dia tak tahu harus menjawab apa. Kalau dia mengatakan iya, Candra tak ingin melihat Jelita kecewa. Bagaimanapun Jelita pernah hadir di dalam hatinya dan sempat bertakhta di sana. Namun, di satu sisi dia tidak ingin membohongi Jelita, sebab bagaimanapun juga Jelita harus tahu

  • Hayu   Semalam Tidur Dimana?

    Mau tak mau Hayu pun membuka matanya, Dia malu sekali karena ketahuan oleh Candra. Candra tersenyum melihat Hayu membuka mata. “Apa kamu menginginkan sesuatu atau kamu mau sarapan apa? Mungkin aku bisa membelikannya untukmu." Hayu menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu repot-repot, Ibu pasti sudah memasakkan sesuatu untuk kita, aku sudah bilang padamu bukan, kalau hari ini, aku ingin di rumah saja.” Candra mengangguk, “Tentu saja, bukankah aku sudah berjanji padamu kemarin, kalau hari ini kamu bisa mengambil cuti. Fokuslah pada kesehatanmu terlebih dahulu, baru kamu masuk kerja, toh semuanya sudah aku selesaikan. Bisma juga sudah menandatangani semua yang kita butuhkan. Kalau kamu menginginkan sesuatu atau kalau kamu membutuhkan bantuanku, kamu tinggal meneleponku dan aku akan secepat mungkin datang kemari. Sekarang aku harus pergi ke kantor.” Hayu mengangguk. Namun sejurus kemudian ibu Hayu sudah berada di ambang pintu kamar Hayu. “Sarapan dulu sebelum kamu pergi ke kantor, kamu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status