Beranda / Romansa / Hayu / Tak Diakui

Share

Tak Diakui

Penulis: Kardinah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-29 20:45:38

Hayu mendesah, apalagi yang akan dia alami kali ini, dia berdoa dalam hati semoga semuanya baik-baik saja. Dia tidak mau, kalau Candra tahu apa yang terjadi pada hubungan mereka.

Candra keluar dari mobilnya berjalan beriringan dengan Hayu masuk ke dalam restoran.

“Lewat sini, Pak Candra,” ucap Hayu menunjukkan jalan. Ternyata mereka datang terlebih dahulu. Malang tak dapat di tolak, tempat mereka duduk, ternyata berdekatan dengan mami Bisma, hanya saja terhalang sekat.

“Aku pikir kita terlambat, nyatanya sampai di sini mereka masih belum datang. Kamu yakin jam 10 mereka datang? Kamu sudah mengkonfirmasi lagi jadwal kita bukan?”

“Tentu saja sudah, Pak. Mungkin saja macet, jadi mereka agak terlambat.”

“Hem, kalau begitu, aku pergi ke toilet dulu sebentar. Kamu nggak apa-apa, kan, saya tinggal sendirian, jangan merindukan aku, ya.” Candra menggoda sekretarisnya itu, tersenyum dan berlalu meninggalkan Hayu sendiri. Pergi ke toilet menuntaskan hajatnya.

Hayu mengeluarkan ponselnya, sembari menunggu bos dan kliennya, dia menyibukkan diri dengan ponselnya. Namun kedatangan Mami Bisma menginterupsi Hayu.

“Jadi selain menggoda anak saya, kamu juga menggoda Candra, atasan kamu itu? Mau pansos kamu, ya. Sudah lelah hidup miskin? Mau langsung naik status sosial dengan mendekati orang-orang kaya seperti kami!”

Hati Ayara sakit mendengarnya, kalau bukan mami Bisma yang mengucapkan kata-kata itu, dia pasti akan menjawabnya. Hayu diam, tak menjawab perkataan Bu Ayu. Kecantikan Bu Ayu tidak sepadan dengan kecantikan hatinya.

“Kenapa diam, benar bukan apa yang saya katakan, kamu mendekati anak saya karena ingin uangnya bukan? Karena kamu dan Ibu kamu, ingin hidup enak? Jangan mimpi!”

“Tidak, Bu,” jawab Hayu akhirnya. Dia jengah dengan ucapan Bu Ayu.

“Selamat pagi, Tante Ayu,” sapa Candra ramah. Padahal dari kejauhan Candra melihat semua yang dilakukan Bu Ayu pada sekretarisnya.

Dengan segera Bu Ayu memasang wajah semanis mungkin. “Pagi, Nak Candra, apa kabarnya?”

“Baik, Tante.”

“Tante harap, anak saya bekerja dengan baik di sana, dan tidak melakukan hal yang bisa membuat malu keluarga.”

Candra berpura-pura tidak tahu menahu ucapan Bu Ayu, “Maksud Tante apa? Saya benar-benar tak mengerti.”

Bu Ayu tersenyum lagi, berbeda ketika berbicara dengan Hayu. Dia memancarkan aura malaikat tak bersayap kali ini. “Tante hanya khawatir, dia lupa siapa dirinya karena menikmati peran di perusahaan kamu. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Papi dan Mamimu, semuanya sehat?”

“Iya, Tante, semuanya sehat. Tante sedang apa di sini? Tante kenal dengan sekretaris saya?” tanya Candra meyakinkan kecurigaannya tentang Hayu dan Bu ayu.

“Ah, tidak. Tante tidak mengenalnya, hanya kebetulan Tante bertanya padanya, karena tadi melihat kamu dan ingin menyapa.”

Duaar!

Hati Hayu rasanya seperti tersayat sembilu, perih. Dia tak diakui sama sekali, sekedar mengakui mereka kenal, pun tidak. Hayu yang sempat kecewa, segera memasang wajah datar, dia tidak mau Candra tahu apa yang terjadi dengan mereka.

“Candra pikir, Tante mengenalnya, ini sekretaris saya Tante, kenalkan namanya Hayu, cantik ya Tante, Hayu ini sekretaris saya yang paling rajin dan baik hati, tidak pernah berbuat aneh-aneh, benar-benar menantu idaman. Eh, saya kok jadi promosi sekretaris saya, maaf Tante.”

Bu Hayu yang menahan kesal, tetap tersenyum semanis mungkin.

“Tidak apa-apa, Nak Candra. Kamu ini baik sekali, jangan sampai segala kebaikan kamu dimanfaatkan orang lain. Sekarang ini yang terlihat baik, belum tentu baik, jadi kamu harus berhati-hati.”

Candra tersenyum dan mengangguk, mulai mengerti ke mana arah pembicaraan Bu Ayu. Sekarang dia yakin kalau Bu Ayu memang tidak menyukai Hayu sebagai calon istri Bisma. Tapi Candra sudah tidak kaget jika mereka menolak Hayu. Bu Ayu, tentu saja akan memilih wanita yang sederajat dengan mereka, gayanya yang selangit, gengsinya tinggi, membuatnya tidak mau diremehkan oleh kolega dan teman-teman sosialitanya.

“Terima kasih, sudah perhatian dengan saya, Tante. Tapi, saya tahu mana yang benar-benar baik dan tulus dan mana yang memanfaatkan saya, jadi Tante tidak perlu khawatir dengan saya.”

“Baguslah, kalau begitu. Oh ya, mungkin sebentar lagi Bisma akan keluar dari Hardana Grup. Sekarang sudah saatnya, dia pindah ke perusahaannya sendiri, jadi kamu harus segera mencari penggantinya, Nak.”

Candra mengangguk, “Baik, tapi Bisma belum mengatakan apapun pada saya, Tante. Kenapa kesannya terlalu terburu-buru, Tante.”

Bu Ayu diam berpikir mencari alasan yang tepat untuk dia katakan kepada Candra, dia tidak mau candra curiga.

“Tante dan Om sudah berdiskusi, sebaiknya dia belajar mengurus perusahaannya sendiri, Om juga sudah ingin pensiun, biar punya banyak waktu untuk keluarga. Siapa tahu nanti setelah Bisma mengurus perusahaan sendiri dia bisa jadi mengurus rumah tangganya, mengurus istrinya.”

Ada rasa perih di hati Hayu mendengarnya, bagaimana bisa memintanya berjuang, sementara sebelum berjuang, bom itu sudah meluluh lantakkan benteng yang dia miliki.

“Wah, bagus itu, tante. Setahu saya dia sudah punya pacar, meskipun saya kurang tahu siapa wanita yang dia cintai,” ucap Bisma melirik ke arah Hayu.

Saat ini Hayu ingin membunuh Bisma, dia seperti memberi garam di atas lukanya yang sedang mengangga. Perih!

Hayu melotot ke arah Candra, atasannya yang kurang ajar dan keponya melebihi presenter akun gosip sungguh membuatnya naik pitam. Sejurus kemudian dia ingat bahwa Candra adalah atasannya, jadi dia tidak bisa berbuat apapun. Dia bergidik ngeri jika mengingat ancaman Candra tentang potong gaji.

Bu ayu tertawa, “Setahu Tante, Bisma belum memiliki kekasih, Bisma anak yang penurut, jadi mana mungkin dia memiliki kekasih tanpa sepengetahuan Tante.”

Deg!

Hayu semakin sakit hati mendengarnya, berarti kedatangannya ke rumah Bu Ayu tak dianggapnya sama sekali, sampai-sampai dia mengatakan kalau Bisma belum memiliki kekasih. Definisi sakit, tapi tak berdarah, itu yang sekarang dia rasakan lagi.

“Anak itu memang bisa dibanggakan ya, Tan. Salut Candra dengannya, kalau Candra memiliki kekasih, pasti sudah Candra kenalkan sama Mama, biar Mama nggak repot menjadwalkan Candra melakukan kencan buta,” ucap Candra terkekeh.

Bu Ayu ikut tertawa mendengarnya, “Kalau begitu, Tante permisi dulu, ya. Kasihan teman-teman Tante, sudah menunggu Tante dari tadi.”

Bu Ayu berpamitan pada Candra tanpa menatap Hayu, apalagi menyapanya. “Selamat bersenang-senang, Tante Ayu.”

Candra mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan Bu Ayu dengan sopan. Melihatnya seperti itu Hayu membatin, betapa beruntungnya wanita yang berhasil meluluhkan hati Candra.

Bu Ayu meninggalkan mereka, mereka duduk kembali. “Hayu, ada kabar dari mereka? Kenapa mereka masih belum sampai juga, ini sudah terlambat dua puluh menit, kamu tahu, kan, aku tidak suka mereka yang tidak menghargai waktu dan terlambat.”

“Sebentar, Pak, saya hubungi dulu sekretarisnya.”

Candra mengangguk, Saat mereka sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, seseorang memanggil Hayu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hayu   Aku mencintaimu

    Mama Candra terkekeh geli melihat reaksi putranya. Dia menaik -turunkan kedua alisnya, menggoda putranya yang tersenyum-senyum tipis, mempertahankan gengsinya. “Mama nggak pulang? Bukankah ada sesuatu yang mau Mama kerjakan?” “Jadi kamu mengusir Mama? Mau jadi anak durhaka, mau mama kutuk kalian cepat punya anak?” Mama Candra berpura-pura marah pada putranya, tapi sejurus kemudian di terkekeh, dia tahu putranya sengaja mengusirnya. Mama Candra menyeruput tehnya dan menatap Hayu. “Nduk, Mama lupa, Mama ada janji dengan teman-teman arisan Mama. Mama pulang dulu, ya, titip Candra, dia suka nakal kalau nggak ada Mama. Kalau dia macam-macam denganmu bilang Mama, biar langsung Mama nikahkan sama kamu, Nduk.” Hayu ingin tertawa, tapi dia berusaha menahannya dengan melipat kedua bibirnya ke dalam. Dia mengangguk merespons mama Candra. Melihat wajah Hayu yang bersemu merah, Mama Candra tersenyum senang. Apalagi putranya, dia gemas sekali melihat Hayu tersipu malu-malu. Hayu mencium

  • Hayu   Calon Mantu

    Hayu tertawa geli, dia hanya bercanda, tapi reaksi yang ditunjukkan Jelita padanya menurutnya terlalu berlebihan. “Hei aku hanya bercanda, kenapa kamu seserius itu. Nikmati saja waktumu, toh aku tidak pergi ke mana-mana.” Jelita menghela nafas lega, dia pikir sudah mengganggu Hayu sehingga dia mengusirnya. Jelita menyeruput kopinya dan memakan kembali kue buatan ibu Hayu yang sejak tadi membuat air liurnya menetes. Jelita memasukkan kue basah dengan warna dan aroma pandan ke dalam mulutnya. Baru saja dia mengunyahnya, suara yang sangat familiar menyapa telinganya. “Lho, Jelita, kamu kok di sini, Nak?” Jelita tersedak, Hayu melesatkan tangannya cepat, mengulurkan kopi milik Jelita. “Hati-hati, minumlah, jangan menyepelekan tersedak, itu bisa membuatmu mati!” Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Hayu barusan, malah semakin membuat Jelita terbatuk-batuk. Mami Candra yang memiliki hati yang lembut pun segera menghampiri Jelita dan mengusap punggung gadis itu hingga b

  • Hayu   Menghancurkan Mimpi

    Bisma mengetuk pintu kaca mobil Jelita. Mau tak mau Jelita menurunkan kaca pintu mobil miliknya. Dia tak mengerti dengan sikap Bisma. Bukankah kekasihnya itu sudah jelas-jelas mengatakan hal yang tak bisa dia harapkan sama sekali. Lalu untuk apa dia mengejarnya hingga kemari. “Ada apa, Mami sudah menjelaskan segalanya. Semuanya sudah berakhir bukan? Apa yang ingin kamu katakan padaku kali ini, rasanya tak mungkin kamu berubah pikiran.” “Maafkan aku, Jelita, semuanya harus berakhir begini, aku masih pada keputusan yang sama. Hati-hati di jalan.” Jelita menghela nafas, Bisma tak mengubah keputusannya. Jelita tak ingin menjawab perkataan Bisma selain anggukan kecil yang ditunjukkan sebagai respons darinya. Jelita tak peduli Bisma masih berdiri di sana. Dia memilih meninggalkan tempat yang saat ini tak ingin dia pijak. Tempat di mana dia menaruh harapan kosong, dengan pintalan asa yang berantakan. Melajukan kendaraannya di jalanan, berbaur dengan kendaraan lainnya. Selama perjalanan pu

  • Hayu   Dikhianati Keadaan

    Jelita geming, menunggu jawaban dari calon suaminya, sementara Nyonya Adibrata dengan sengaja membuang muka menghindari tatapan calon menantunya. Seketika Jelita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Alih-alih mendapatkan jawaban dari orang yang saat ini menjadi tumpuan harapannya, dia lebih memilih untuk keluar dari ruang rawat inap Bu Ayu. Dengan langkah gontai dan kepala yang tertunduk lesu, dia meraih handle pintu dan berusaha keluar dari kamar itu. Jelita terduduk di kursi yang berada di luar ruangan. Saat ini dia tak tahu, apalagi yang harus dilakukannya. Terkadang hidup memang selucu itu, dia dikecewakan orang yang paling dekat dengannya sendiri. Harapan yang terlalu tinggi, kini mengkhianatinya bertubi-tubi. Membuatnya terpuruk di tengah badai, terombang-ambing hingga ke palung dasar rasa kecewanya. Tak dia nyana sama sekali Bisma keluar, Jelita menoleh ke arahnya. Bisma mendudukkan tubuhnya di sebelah Jelita. Dia menghela nafas panjang dan dalam, seolah ingi

  • Hayu   Maafkan Aku

    “Boleh aku masuk? Apa aku mengganggumu? Aku hanya membutuhkan waktu sebentar denganmu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu. Apa kamu sudah sarapan?” Chandra menunjukkan kotak makannya pada Jelita. “Jadi aku mengganggumu, kamu sedang sarapan, ya. Apa sebaiknya aku pergi saja.” “Tidak perlu, sebaiknya sekarang saja kamu katakan apa yang ingin kamu katakan, sebentar lagi aku akan bertemu dengan klien.” “Apa benar kalian melihat Mamiku dan Papi Bisma bersama? Tolong katakan yang sejujurnya padaku. Aku sempat mendengar mereka membicarakan Mami dan juga Pak Adibrata. Jadi sebenarnya apa yang terjadi. Apakah kecurigaanku itu memang benar terjadi? Bukankah kalian sempat bertemu mereka berdua?” Candra bingung, dia tak tahu harus menjawab apa. Kalau dia mengatakan iya, Candra tak ingin melihat Jelita kecewa. Bagaimanapun Jelita pernah hadir di dalam hatinya dan sempat bertakhta di sana. Namun, di satu sisi dia tidak ingin membohongi Jelita, sebab bagaimanapun juga Jelita harus tahu

  • Hayu   Semalam Tidur Dimana?

    Mau tak mau Hayu pun membuka matanya, Dia malu sekali karena ketahuan oleh Candra. Candra tersenyum melihat Hayu membuka mata. “Apa kamu menginginkan sesuatu atau kamu mau sarapan apa? Mungkin aku bisa membelikannya untukmu." Hayu menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu repot-repot, Ibu pasti sudah memasakkan sesuatu untuk kita, aku sudah bilang padamu bukan, kalau hari ini, aku ingin di rumah saja.” Candra mengangguk, “Tentu saja, bukankah aku sudah berjanji padamu kemarin, kalau hari ini kamu bisa mengambil cuti. Fokuslah pada kesehatanmu terlebih dahulu, baru kamu masuk kerja, toh semuanya sudah aku selesaikan. Bisma juga sudah menandatangani semua yang kita butuhkan. Kalau kamu menginginkan sesuatu atau kalau kamu membutuhkan bantuanku, kamu tinggal meneleponku dan aku akan secepat mungkin datang kemari. Sekarang aku harus pergi ke kantor.” Hayu mengangguk. Namun sejurus kemudian ibu Hayu sudah berada di ambang pintu kamar Hayu. “Sarapan dulu sebelum kamu pergi ke kantor, kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status