Share

Bab 13

Hazel menggaruk kepalanya dan mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, tetapi dia tidak bisa mengingat apa pun.

Dia memandang Sergio dan bertanya dengan hati-hati, "Om, tadi malam aku nggak melakukan sesuatu yang berlebihan setelah mabuk, bukan?"

Katanya, ada beberapa orang akan bertindak gila ketika mereka mabuk ....

Saat memikirkan kemungkinan ini, jantung Hazel berdetak kencang.

Memikirkan kejadian tadi malam ketika seorang pemabuk memeluknya dan mengatakan dia tampan, sudut bibir Sergio tertarik membentuk senyum tipis.

"Kamu nggak melakukan apa pun."

Ketika mendengar ini, Hazel langsung menghela napas lega.

Untung saja!

Untung saja tidak terjadi apa-apa.

Namun sebelum dia berpuas diri, dia kembali mendengar jawaban Sergio, "Tapi kamu menggangguku sampai tengah malam dan muntah-muntah."

Mengganggunya sampai tengah malam?

Bahkan sampai muntah-muntah?

Memikirkan kejadian ini, detak jantung Hazel kembali menderu, bahkan napasnya langsung tercekat.

"Nggak mungkin."

"Hmm? Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Perhatikan baik-baik apa yang sudah kamu lakukan."

Saat mengatakan itu, Sergio mengangkat pakaian yang dia kenakan sampai ke dada, memperlihatkan tulang selangkanya yang indah dan dadanya yang bidang.

Pada tulang selangka terdapat dua baris bekas gigi yang terlihat jelas.

Masih ada bekas darah samar terlihat di atasnya, menunjukkan betapa kerasnya gigitan yang dijatuhkan di sana.

Meskipun Sergio rutin berolahraga, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor. Jadi, kulitnya lebih cerah, yang membuat kedua tanda merah tersebut terlihat makin jelas.

Hazel sangat terkejut hingga dia tidak bisa berkata-kata. Dia menjawab dengan tergagap, "Nggak. Bukan aku yang melakukannya!"

Sergio mengangkat alisnya. "Siapa lagi yang ada di sini selain kamu? Apa kamu mencoba mengelak dari tanggung jawab?"

Suaranya pelan dan tenang, tetapi ada rasa sedih yang terdengar, yang membuat jantung Hazel berdebar-debar tanpa alasan.

Dia diam-diam menutupi wajahnya, tidak percaya bahwa dia begitu lancang.

Melihat reaksinya. Sergio menganggap itu menggemaskan.

Dia mendekat perlahan, lalu bertanya sambil tersenyum, "Nyonya Hardwin, kompensasi apa yang akan kamu berikan kepadaku?"

Hazel menggertakkan gigi dan mengulurkan lengannya. "Begini, kamu gigit aku saja. Aku nggak akan mengeluh sakit. Gigitlah!"

Lengan ramping gadis itu begitu putih dan cerah. Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat kulitnya tampak bersinar.

Hazel menutup matanya rapat-rapat. Bulu matanya yang panjang dan lentik sedikit bergetar, menunjukkan kalau dia gugup.

Meski begitu, dia tidak punya niat untuk menarik kembali tangannya.

Sergio tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak kegirangan.

Dia kembali menutup pakaian tidurnya, lalu beranjak dari tempat tidur. Lalu, berkata dengan penuh arti, "Nggak perlu. Masih ada waktu untuk membalasnya."

Melihat sosok Sergio yang menjauh, Hazel berkedip kosong.

Masih ada waktu? Apa maksudnya?

Kenapa rasanya ada yang aneh dari perkataannya itu?

Setelah memikirkannya cukup lama, Hazel masih tidak mengetahui alasannya. Jadi, dia langsung melupakannya begitu saja.

Dia segera mengganti pakaiannya dan turun untuk sarapan.

Saat membuka pintu, Hazel bertemu dengan seorang pria yang mengenakan kemeja merah muda dengan penampilan yang cukup mencolok.

Saat orang itu melihat Hazel, pupil matanya tiba-tiba menegang dan wajahnya dipenuhi keheranan.

"Sial. Kenapa kamu ada di sini?"

"Kamu mengenalku?" Hazel memandang orang di depannya dengan heran.

Pria itu tidak langsung menjawab pertanyaannya, malah memandangnya dari atas ke bawah dengan ekspresi rumit.

Ketika melihat bahwa Hazel mengenakan kemeja Sergio, pria itu berseru, "Astaga! Kenapa kamu pakai baju Kak Sergio? Kalian ...."

Kak Sergio?

Hazel belum pernah dengar Sergio punya adik laki-laki. Mungkinkan pria ini ... anak haram?

Kerutan di dahi Hazel makin dalam.

Tepat ketika dia hendak menanyakan keraguan di dalam hatinya, sebuah suara yang dalam dan dingin terdengar dari belakang.

" Rafael, siapa yang memintamu datang ke sini?"

Mendengar suara familier itu, Rafael langsung mengempis dan menoleh sambil tersenyum.

Sergio ....

Sergio meliriknya dengan tatapan dingin. Ketika berada di depan Hazel, nada bicaranya jadi jauh lebih lembut.

"Sekarang akhir pekan, kenapa nggak tidur lebih lama lagi?"

Kemarin Hazel kehujanan. Ditambah fakta bahwa dia baru bangun tidur, kepalanya terasa pening.

Reaksinya sedikit lebih lambat. Dia menunjuk Rafael, lalu bertanya, "Aku sudah cukup tidur. Siapa dia?"

Rafael sudah membuka mulutnya ingin memperkenalkan diri, tetapi Sergio sudah mewakilinya, " Rafael, dari Keluarga Bramantyo."

Sangat sederhana dan seadanya.

Sepertinya tidak perlu diperhatikan sama sekali.

Saat memperkenalkan Hazel diperkenalkan, suara dinginnya menjadi lebih serius, "Panggil saja kakak ipar."

Rafael menutupi dadanya menunjukkan ekspresi terluka, lalu menjawab, "Sergio, mana ada perkenalan seperti ini. Halo kakak ipar. Namaku Rafael, salah satu teman baiknya ...."

Baru setengah bicara, kerah Rafael dicengkeram oleh tangan yang lebar dan kekar.

Seketika itu juga, tubuhnya menjauh dari Hazel tanpa terkendali.

Suara peringatan dari seorang pria pelit pun terdengar, "Bicara saja, jangan terlalu dekat."

Rafael meluruskan kerah bajunya dan mengedipkan mata padanya. "Sergio, tolong katakan sejujurnya. Sejak kapan kalian bersama? Rapat sekali kamu menyembunyikannya ...."

Sergio berkata dengan nada dingin, "Kita bicarakan nanti. Kalau nggak ada apa-apa lagi, kamu bisa pergi."

Rafael mendengus pelan, tidak terlihat akan pergi. Dia terus berbicara, "Bukankah dia menyukai tunangannya yang bodoh itu? Sejak kapan kamu membawanya pulang?"

Sejujurnya, baik wajah maupun tubuh Hazel, semuanya bagus.

Hanya saja matanya sedikit bermasalah karena jatuh cinta pada sampah seperti Justin.

Namun, belum terlambat untuk memperbaiki kesalahan dan kembali ke jalan yang benar!

Bagaimanapun, Sergio adalah raja berlian yang terkenal. Terlepas dari penampilan, sosok atau posisi kekuasaannya, dia berada di puncak piramida.

Sergio memandangnya dengan dingin. "Kamu nggak ada kerjaan? Apa kamu masih menginginkan mobil sport edisi terbatas?"

Mendengar hal itu, Rafael langsung terkejut dan menimpali, "Aku masih menginginkannya! Aku pergi sekarang juga. Kamu dan kakak ipar bisa membina perasaan kalian pelan-pelan. Traktir kami lain kali saja!"

Dia segera berbalik dan turun ke bawah, takut jika dia terlambat, mobil sport edisi terbatasnya akan hilang.

Sebelum pergi, dia melambai kepada Hazel. "Sampai jumpa lagi, kakak ipar. Lain kali aku akan mentraktirmu makan malam!"

Ini pertama kalinya Hazel melihat seseorang dengan pemikiran yang tidak terduga, jadi dia tidak bisa menahan senyumannya.

Sergio berdiri diam di depannya, berdeham, lalu berkata, "Jangan pedulikan dia. Dia memang selalu main-main."

Hazel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa. Menurutku ini cukup menarik."

Melihat Hazel yang tidak marah, ekspresi Sergio makin melembut.

"Sarapan sudah siap. Kamu turun saja, aku mau ganti baju dulu."

"Ya."

Hazel berjalan ke bawah dan melihat ada banyak orang yang memindahkan banyak barang ke rumah ini.

Adam berdiri di ruang tamu dan mengarahkan, "Semuanya, lakukan dengan pelan dan jangan sampai mengganggu tidur Nyonya."

Hazel bergegas turun dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Pak Adam, ada apa ini?"

Adam berkata dengan hormat, "Nyonya, Tuan mengatakan kalau barang bawaan Nyonya terlalu sedikit, jadi meminta saya untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari untuk Nyonya."

Hazel menatap kosong ke kotak-kotak yang hampir membentuk gunung di depannya. Mulutnya ternganga karena terkejut.

Kebutuhan sehari-hari?

Ini terlalu banyak!

Menyadari apa yang tengah dipikirkan Hazel, senyuman muncul di wajah Adam. "Nyonya, kenapa Nyonya tidak membuka dan melihat isinya?"

Didorong oleh rasa penasaran, Hazel membuka sebuah kotak secara acak. Matanya hampir terbakar karena dia melihat perhiasan di dalam kotak yang dia buka.

Satu kotak itu penuh dengan segala jenis perhiasan.

Berlian, mutiara, zamrud ... semua itu sangat memanjakan mata.

Dia membuka kotak lain dan melihat ada tas edisi terbatas dari merek internasional terkenal.

Adam menjelaskan, "Selain itu, ada juga pakaian dan sepatu. Semuanya merupakan model terkini musim ini. Tuan mengatakan kalau Nyonya pantas mendapatkan yang terbaik."

Hazel mengatupkan bibirnya dan berkata, "Ini terlalu mahal, aku nggak bisa menerimanya. Pak Adam, tolong kembalikan semuanya."

Dia dan Sergio hanya menikah berdasarkan kesepakatan. Rasanya tidak nyaman kalau Hazel menerima semua ini.

Adam tidak setuju dan menjawab, "Nyonya nggak perlu khawatir masalah harga. Tuan punya banyak uang."

"Sebagai Nyonya Hardwin, Nyonya harus menghadiri berbagai jamuan makan dan kegiatan. Tanpa pakaian dan perhiasan yang layak, bukankah Nyonya akan membuat Tuan malu?"

Hazel membuka mulutnya, tetapi tidak bisa mengatakan penolakan.

Dia menatap barang bernilai puluhan miliar di depannya dan menghela napas tidak berdaya.

Kalaupun Hazel memakai satu set setiap hari, mungkin dalam satu tahun semua ini masih belum terpakai semua.

Apakah ini kesulitan menjadi istri orang kaya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status