"Kan tadi mas udah suruh kamu masukin laptopnya kedalam koper."
"Ya aku mana ingat, mas lihat sendiri aku sibuk sama Jeno karena dia tadi lagi rewel."
Sepasang suami istri itu tengah berdebat karena laptop Arsya yang tertinggal di rumah Mamahnya dan mereka baru menyadari ketika sudah tiba di bandara. Untung saja masih ada waktu satu jam sebelum pesawat lepas landas.
Anjani dan Arsya memutuskan untuk pulang ke Jogjakarta sore ini karena besok Arsya harus masuk kantor.
"Kamu bukan sibuk sama Jeno, tapi sibuk foto - foto." ketus Arsya membuat Anjani melotot tidak terima.
"Kok mas jadi nyalahin aku?" balas Anjani sewot, padahal Anjani sudah mencoba menahan mulutnya untuk tidak berbicara keras karena Jeno sedang tidur di gendongannya, tapi Arsya malah membuatnya semakin kesal.
"Kerjaan mas yang udah kelar di sana laptop semua Jan, belum mas kirim ke atasan. Kamu tau sendiri mas
Jangan lupa kasih ranting dan review ya, baca juga stories ku yang lainThank you and happy reading❤***Hendra: Ar, bisa ketemu ga?Arsya melempar ponselnya asal, merenggangkan otot-otot badannya yang kaku karena duduk berjam-jam di kursi kerjanya. Sudah beberapa hari belakangan ini Hendra selalu mengirimnya pesan dan meminta waktu untuk bertemu, tapi Arsya selalu mengabaikan nya.Sudah Arsya katakan kalau ia tidak mau lagi berhubungan dengan keluarga Nisya. Bukan Arsya memutuskan tali silahturahmi, tapi bukankah lebih baik memang seperti ini? Lagipula, wajar bila Arsya tidak ingin bertemu lagi, setelah di fitnah dan mencemarkan nama baiknya, apa mungkin Arsya masih bisa menjalin hubungan yang baik dengan Nisya?Arsya kembali mengambil ponselnya, daripada pusing mikirin hal yang tidak penting, lebih baik ia melakukan video call dengan istrinya.
"Arjenoooo, Ayah pulang!"Suara Arsya terdengar gembira, dengan raut wajah cerianya laki-laki yang baru pulang kerja dan langsung masuk kedalam kamar itu berlari kecil menuju ranjang mungil milik Jeno."Jangan cium mas, mandi dulu." Namun baru saja Arsya ingin mencium pipi Jeno yang menggemaskan, suara tegas Anjani sudah mewanti-wantinya, membuat Arsya mengurungkan keinginan nya itu.Anjani yang sadari sibuk dengan laptopnya lantas beranjak dari atas ranjang, mengambil alih tas kerja milik Arsya dan menaruh ketempatnya. Usai menaruh tas kerja Arsya, Anjani kembali menghampiri Arsya, membantu suaminya itu melepas jas serta dasi yang melilit di leher Arsya."Mas langsung mandi ya, aku ambilin handuk dulu." kata Anjani yang Arsya anggukin saja. Melihat Anjani yang sudah menghilang di balik pintu, Arsya segera mengelap wajahnya dengan tissue basah lalu menjatuhkan kecupan pada pipi gembul Jeno, padahal kelak
Manik hitam Nisya menatap kearah Hendra dengan datar, seakan menggambarkan tak ada gairah hidup dari kedua bola mata cantik itu. Bola mata Nisya bergerak mengintai Hendra yang berjalan kearahnya dengan bahu melemas.Tangan Hendra terangkat mengelus pucuk kepala Nisya tanpa berkata apa-apa. Sapuan tangannya pada surai Nisya begitu lembut dan penuh kasih sayang. Hati Hendra berdenyut nyeri, menyadari tak ada ekspresi apapun yang Nisya berikan ketika tangannya mengusap lembut surai sang adik. Biasanya, Nisya langsung memamerkan deretan gigi rapih dan putihnya ketika tangan Hendra mendarat di pucuk kepalanya."Besok kita jalan-jalan yuk, Sya?" tanya Hendra dengan tatapan penuh harap.Nisya menundukan kapalnya, lalu menggeleng kecil menolak ajakan Hendra tanpa suara. Hendra menghela nafas pendek mendengar itu. Tapi Hendra tidak putus asa secepat itu."Nonton bioskop yuk? Atau kamu mau ke gramedia? Abang
Usai pulang dari jalan-jalan, Anjani dan Arsya langsung bergantian membersihkan diri. Mereka sampai di rumah pukul 10 malam, dan Jeno sudah tertidur pulas sejak di mobil menuju perjalanan pulang. Kondisi lalu lintas yang macet membuat mereka sampai di rumah lebih larut, untung saja Anjani membawakan baju hangat untuk Jeno supaya tidak masuk angin karena kedinginan."Mas, rumah itu tempat buat istirahat." tegur Anjani saat dirinya baru saja selesai membersihkan badan dan masuk kekamar mendapati pemandangan suaminya yang tampak mumet berkutik dengan laptop dan beberapa berkas di sampingnya.Arsya mengulum bibirnya, ia tidak protes dan memilih untuk menuruti ucapan istrinya. Menutup laptop lalu menaruh ke tempatnya."Mau tidur aja ribet banget sih, bun." sekarang giliran Arsya yang mengomel saat melihat Anjani yang sedang duduk di depan cermin rias sembari mengusap wajahnya dengan kapas yang sudah di bubuhi skincare yang Ar
Suara tangis Jeno menggema di ruang kamar itu berhasil mengusik tidur Anjani, buru-buru Anjani menegakkan tubuhnya dan berjalan ke ranjang bayi meski matang masih terasa berat untuk terbuka. Dengan sigap Anjani mengangkat tubuh mungil Jeno yang dibalut selimut, membawa jagoan kecilnya itu kedalam gendongan lalu memberinya ASI.Helaan napas lega Anjani hembuskan ketika suara tangis Jeno sudah meredam, Anjani mengucek matanya, menatap kearah jam dinding, kedua mata langsung melebar ketika pandangannya yang buram kembali nornal dan melihat jarum pendek berhenti tepat di angka setengah 5. Tungkai Anjani bergegas menghampiri Arsya yang masih tertidur pulas di bawah selimut."Mas, bangun!" ujar Anjani seraya mengguncang baju Arsya dengan tangan kanan nya, sementara tangan satunya menopang tubuh kecil Jeno di gendongannya."Mas, bangun! Waktunya shalat subuh!" Anjani kembali mengguncang baju Arsya karena percobaan pertama
"Mas, tolong jagain Jeno dulu, aku mau masak." ujar Anjani usai melipat mukena dan sejadah nya, mereka baru saja selesai melaksanakan sholat subuh bersama.Hari ini hari minggu, Arsya tidak memiliki kegiatan apapun, jadi Anjani bisa menitipkan Jeno yang sudah bangun dari tidurnya itu ke Arsya selagi ia memasak sarapan."Siap, bunda!" jawab Arsya antusias, dengan cepat Arsya melipat sejadahnya kemudian berlari ke ranjang tidur Jeno tanpa membuka peci dan kain sarungnya lebih dulu. Jeno yang sedang anteng langsung Arsya angkat dan taruh di gendongannya. Ayah muda itu lantas berjalan keluar kamar mengikuti langkah sang istri."Mas, gas habis!" teriak Anjani seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, Anjani mencoba menyalakan kompor gasnya meski hasilnya tetap sama. Tak lama kemudian, Arsya datang dengan Jeno di gendongannya."Aku udah telfon tukang gas, katanya setengah jam lagi di antar." lapor
Arsya: sorry ndra, Anjani gak kasih izin gue buat ketemu NisyaHendra menghela napas panjang, ia menundukan kepalanya lesuh kemudian memijat pelipisnya frustasi. Mendadak kepalanya di landa nyeri setelah membaca pesan yang Arsya kirim beberapa menit lalu"Gini banget cobaan." gerutu Hendra seraya menjambak rambutnya sendiri. Padahal baru tadi pagi ia melihat kemajuan Nisya, Nisya yang biasanya makan sarapan di dalam kamar sendirian, tadi pagi sudah kembali makan sarapan di meja makan barsama.Tapi, Hendra gak yakin kalau besok Nisya bakal sarapan di meja makan lagi karena Arsya menolak untuk bertemu dengannya. Atau lebih tepatnya, Anjani yang tidak mengizinkan nya."Apa gue temuin Anjani aja ya?" gumam Hendra. Mungkin kalau Hendra berbicara langsung ke Anjani, Anjani jadi lebih ngertiin.Hen
Unknown: dasar cewek gak tau malu!Unknown: murahan, kamu itu lebih hina dari jalang!Nisya sontak melempar ponselnya, tangannya dan bibirnya gemetar, wajahnya berubah cemas. Pesan dari peneror itu datang lagi, bukan untuk yang kedua kali, tapi untuk kesekian kali.Nisya mengigit kuku jempolnya, pikirannya seketika berantakan, napasnya pun berhembus tak beraturan.DRTTTDRTTTMata Nisya memincing tajam kearah ponselnya yang bergetar di lantai, seakan tak puas membuat Nisya ketakutan karena pesan yang ia kirim, kini sih peneror menelfon nya. Dengan cepat Nisya menendang benda persegi panjang itu hingga ponselnya masuk ke kolong lemari pakaian.Tok tok tokKaca jendela Nisya terketuk, bayangan hitam seseorang tergambar jelas dibalik gorden merah mudanya. Kepanikan Nisya bertambah, ia berlari keluar dari dalam kamarnya."M