Jesslyn menatap takut-takut ke arah Arion yang duduk di hadapannya. Tadi saat pria itu datang, lansung menyuruh Julia yang pada saat itu masih berdiri di sebelah Jesslyn untuk pergi dari apartemenya dan meninggalkan dia sendiri bersama Arion.
"Makan! Setelah itu minum obat yang sudah dokter itu berikan padamu, dan jangan lupakan pil nya"
Jesslyn mengangkat pandang pada Arion yang duduk di sebrangnya dan menatap dia dengan ekspresi wajahnya yang datar.
Jesslyn mengangkat pandang ke arah makanan buatan Julia yang mengundang minatnya namun tak mau ia cicip karena takut wanita itu mengerjainya.
Ia menggeleng menolak memakan masakan Julia pada Arion.
Pria itu nampak sedikit kesal karena Jesslyn tak mendengar perintahnya "makan Jesslyn! Aku tidak mengizinkanmu makan jika saat ini kamu tidak mau makan"
Jesslyn mengalihkan pandang dari wajah Arion yang nampak serius dengan ucapannya. "Kalau begitu aku memilih tidak makan dibanding memakan makanan in
Tak mau membuat moodnya dan mood wanita itu memburuk, Arion mendesah kasar dan menatapkan kedua matanya pada Jesslyn yang masih makan dalam diam dengan pandangan yang tak lagi menyorot padanya."Hari ini, kamu tidak aku izinkan untuk pulang ke rumahmu"Sontak mendengar ucapan Arion, wajah Jesslyn terangkat dan alisnya berkerut tak mengerti, mengapa ia tak boleh pergi? Bukankah hari ini hari liburnya?"Tapi ini hari minggu, kenapa aku tak boleh pergi?" bantah Jesslyn dengan kedua matanya yang ia sipitkan menatap Arion curiga."Anggap saja ini mengganti beberapa harimu yang dirawat di rumah sakit kemarin. Aku memintamu untuk tetap tinggal! Apa kamu mau membantahku?"Jesslyn menghela napasnya dan memilih mengangguk saja, tanpa disadarinya di sebrang meja Arion tersenyum puas melihat kepatuhan Jesslyn padanya."Lalu apa yang akan kita lakukan? Kamu kan tau aku belum bisa melayanimu, jika aku harus mengurut milikmu menggunakan bibirku terus mener
Jesslyn menutup bibirnya saat kuapnya melanda. Ia mengantuk dan lelah karena Arion tak berhenti menariknya untuk masuk ke dalam toko-toko yang pria itu mau.Membeli banyak sekali pakaian untuknya, pakaian yang bahannya begitu tipis dan pendek, namun harganya membuat geleng-geleng kepala.Bukan hanya pakaian namun heels pun tak luput Arion beli untuknya. Kini yang Jesslyn inginkan hanya kembali pulang dan tertidur, dia sungguh lelah karena terus berjalan mengikuti Arion."Pegang ini" Jesslyn mengambil satu lagi kantung kertas yang Arion beri padanya, pria itu baru saja membeli sebuah bikini yang dipilihnya sesuai apa yang laki-laki itu inginkan."Masih ada lagi yang mau kamu beli?"Arion menggeleng "Kamu mau apa? Ada barang yang ingin kamu beli?"Jesslyn menggeleng "aku mau pulang" Arion mengangguk "baiklah kita pulang"Arion berjalan lebih dulu meninggalka
"Tunggu! Kenapa kamu yang marah?!" Arion mengejar Jesslyn dan menarik tangan wanita itu saat Jesslyn hendak pergi untuk mencari kendaraan umum. "Aku marah karena kamu menyakiti hati temanku! Kamu membuatnya bersedih atas perkataanmu yangasal itu!""Aku mengatakan kejujuran, aku hanya mengantisipasi hubungan mereka yang gagal-""Tidak akan gagal jika kamu tidak berbicara seperti itu! Rini pasti sedih dan bisa saja hubungannya dengan Joshua akan hancur!"Arion tertawa pelan dan bersidekap menatap Jesslyn yang memberinya tatapan marah. "bukankah bagus? Mereka lebih baik berpisah sekarang daripada nanti dan merasakan sakit hati yang begitu dalam?"Jesslyn memundurkan langkahnya dan menggeleng tak percaya. "Mereka bukan kamu! Terserah apa yang mau kamu katakan! Kamu Arion, laki-lakiarrogantyang suka mengatur!"Jesslyn mendesis kesal dan berbalik pergi memanggil taksi yang kebetulan sedang berhenti untuk mencari penumpang.
Mobil yang Rafael kendarai berhenti tepat di depan rumah kost Jesslyn. Dan wanita itu keluar setelah berujar terimakasih pada Rafael.Namun saat ia akan berbalik pergi ke rumahnya, panggilan Rafael dari dalam mobil membuat ia urung dan kembali menghampiri Rafael dengan berdiri di sisi kaca kursi penumpang."Terimakasih karena sudah menerimaku"Jesslyn tersenyum tipis dan mengangguk singkat. "Ya, kamu pulanglah" Jesslyn memundurkan langkahnya saat Rafael memundurkan mobilnya.Sebelum benar pergi, Rafael membunyikan klaksonnya dan menjalankan mobilnya menjauh. Melihat mobil Rafael yang tak lagi terlihat di pandangan matanya, Jesslyn berbalik masuk ke dalam rumahnya itu.Tepat di ujung gang ada sebuah mobil yang terparkir di bwah rimbunan pohon dan tertutup kegelapan, di dalamnya ada sosok manusia yang kedua tangannya tengah mencengkram erat kemudi stir dengan kedua mata yang menyala karena kobaran api amarah.Di bibirnya hanya ada
Rafael meletakan bunga tulip putih di atas makam yang bertuliskan nama Karen itu. Dia menatap sejenak sebelum tangannya ia jangkau untuk mengusap batu nisan tersebut."Aku datang dengan permintaan maafku lagi. Mungkin kamu bosan mendengarnya jika kamu ada di depanku saat ini, tapi hanya ini yang bisa aku lakukan"Rafael terdiam sejenak dan mencabut beberapa rumput liar yang mulai tumbuh di atas tanah tersebut. "Aku belum bisa mengungkapkan kebenaran tentangmu pada Arion, karena aku menyukai wanita yang Arion simpan itu" Rafael mendengus geli dengan senyum yang terpatri di bibirnya."Jangan kutuk aku dari bawah sana, aku masih belum bisa cinta pada satu orang wanita dengan serius tapi kali ini ... Ada wanita yang benar-benar aku taksir, aku sungguh ingin mendapatkannya. Aku berharap kamu senang mendengarnya"Rafael bangkit dengan pandangan mata yang belum terlepas dari makam di depannya. "Yang tenang Karen, maaf aku pernah menjadi patah hati terbesarmu"
"Kamu mengerti apa yang namanya privasi bukan?" Jesslyn perlahan mengangguk dengan wajah pucatnya, melihat Arion yang begitu marah ia kehilangan keberanian untuk memberi pria itu tatapan kesalnya, kali ini ia mengakui bahwa dia salah. "Iya, aku tau ..." "Lalu jika kamu tau, mengapa kamu langgar?" Jesslyn menundukkan kepalanya dia tak kuasa untuk terus menatap kedua mata Arion yang menghunusnya begitu tajam. "Aku minta maaf" Arion mengapit dagu Jesslyn dan mengangkat pandangan wanita itu agar kedua mata berkaca tersebut menatap wajah marahnya. "Kamu pikir kata maaf yang terlontar dari bibirmu itu bisa membuat kemarahanku sirna?!" Arion berdecak kesal dan mengepalkan kedua tangannya di hadapan wajah Jesslyn. Pria itu menghembuskan napasnya lelah dan mendorong tubuh Jesslyn agar tak lagi berada di hadapannya. "Pergi dari hadapanku sekarang, atau aku buat kamu menyesalinya!" Arion berucap pelan namun penuh penekan
"Benar Jesslyn, kamu menaruh perasaan pada Kakakku?"Jesslyn mengerjap pelan dan berdehem, lalu gelengan tegas ia beri untuk Rafael "tidak! Tidak mungkin aku cinta dengan Arion"Rafael memicingkan matanya, dari gelagat Jesslyn yang nampak salah tingkah membuat ia yakin bahwa wanita ini memang menaruh rasa pada Kakaknya. Rafael mengepalkan kedua tangan yang ia letakan di atas kedua pahanya ini.Dia tak mau kalah, dia menginginkan Jesslyn dan harus ia dapatkan! Seperti sebelumnya, banyak wanita yang menaksir kakaknya namun banyak dari wanita-wanita itu yang berbalik menyukainya karena kepribadian Arion pasti akan mematahkan hati mereka sebelum mereka mendekat.Kecuali wanita itu ...KarenKaren mencintainya dan bersedia melakukan apapun untuknya meski saat itu Arion juga mencintai Karen, karena Rafael yang tak suka saat seorang wanita memaksa dan mengemis cinta jadilah ia memilih memainkan Karen, dan sayang
Arion menghembuskan napasnya kasar, setelah kepergian karyawannya bersama Joshua dan meninggalkan dia sendiri di dalam ruangannya membuat otaknya kembali memikirkan wajah Jesslyn yang beberapa hari ini sedang ia jauhi.Ya, Arion sengaja melakukannya. Dia ingin membuktikan bahwa Jesslyn tak bisa memperdayai dia karena tubuh wanita itu yang selalu membuatnya candu.Namun semakin ia memungkiri, ia tersiksa karena tak melihat wanita itu dan menyentuhnya. Arion gila jika terus seperti ini.Bahkan sebelumnya tak pernah ia merasakan hal tersebut, saat menerima Karen menjadi kekasihnya dulu, Arion berhenti meniduri wanita manapun dan akan berubah untuk Karen si perempuan baik-baik yang tak pernah terjerat masalah.Dia berubah demi wanita yang dicintainya dan menahan hasrat menggebunya nanti saat hubungannya dengan Karen sudah sah. Karena wanita itu juga tidak pernah mau disentuhnya.Bahkan Arion ingat, saat ia hanya ingin mencium keningnya, Karen memilih m