Mendengar perkataan kakaknya itu Amanda tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha … Kakakku yang tampan, sungguh kau percaya diri sekali. Biar aku ingat-ingat ya kapan kamu bisa mengalahkan Niko …” Amanda memegang dagunya sendiri, manik matanya bergerak ke kanan ke kiri, dia mondar mandir di depan Alex.
Alex yang melihat sikap Amanda merasa kesal, meski dia sendiri menyadari kekurangannya. Benar apa yang dikatakan adik semata wayangnya, tapi tetap saja saat ini Alex sungguh percaya diri.
Saat memikirkan betapa menderitanya dia selama ini karena harus selalu menjadi cemoohan semua orang di istanah yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Niko, meski mereka tidak mengatakannya tapi dari tatapan semua orang kepadanya jelas sekali Alex bisa merasakannya.
Bukan salahnya kal
Makasih ya yang sudah baca sampai bab ini, semoga ceritanya semakin bikin penasaran kalian ... -ratna
“Halo Tuan Aspen.” “Caesar bagaimana, apa kau sudah menemukan orang itu?” “Aku baru saja melakukan penyelidikan dan dibantu oleh seseorang untuk memeriksa semua kamera di rumah sakit, tapi orang itu tidak bisa kita lacak. Wajahnya tertutup dan tidak jelas, bahkan kita tidak bisa mengenalinya. Tapi, ada salah satu karyawan yang melihat mobil yang dikendarainya.” “Baguslah, apa kau masih menyelidikinya sekarang?” “Iya, aku tidak akan kembali sekarang sampai aku benar-benar menemukannya. Sekarang aku dalam perjalanan.” “Baiklah, segera hubungi aku kalau sudah mendapatkan informasinya. Hati-hati Caesar.” “Terima kasih Tuan, aku tutup sekarang teleponnya.”
Setelah Aspen mengintip mereka berdua tengah asyik mengobrol, begitu terlihat akrab, suara dari sambungan telepon terdengar. “Tuan Aspen, kita sudah mendapatkan informasi pelakunya.” Suara Caesar terdengar antusias di seberang telepon. “Syukurlah …” jawab Aspen mendesah lega. Dia masih melirik Niko yang tengah asyik makan di depannya Amerika memasang wajah sedikit kurang senang. Aspen tersenyum kecil saat melihat raut wajah Amerika menatap Niko. Jelas sekali Amerika masih belum menerima Niko bisa bersikap begitu sopan. Siapa pun pastinya akan menduga kalau Niko memiliki perangai yang aneh, seperti bunglon, berubah begitu cepat seenak hatinya sendiri. “Tuan Aspen, apa kau masih mendengar suaraku.”
Saat Niko keluar dia berjalan mendekati Aspen yang berdiri di balkon. Melihat Niko berjalan menghampirinya Aspen langsung menarik napas. “Gimana?” tanya Niko dengan suara tegas dan terlihat berwibawa. Melihat sikap seperti ini Aspen langsung berubah wajahnya menjadi serius lalu dia berkata, “Semuanya sudah jelas, berdasarkan informasi yang didapatkan Caesar. Pastinya kau tidak akan percaya siapa pelakunya?” Alis kanan Niko berkedut saat mendengar apa yang dikatakan Aspen. “Orang yang aku kenal?” Niko lalu menyeringai dan melanjutkan kalimatnya, “Pasti Bibiku sendiri, kan. Aku sudah menduganya, wanita itu belum juga puas ternyata.” Aspen menggeleng tegas. Niko memicingkan ked
Di sebuah rumah besar di sekitar istanah Rosen.Keluarga besar Adrian tengah duduk bersama menikmati hidangan kecil dan teh hijau di taman.Alex terlihat tidak tenang duduk dengan salah satu kaki kanannya disilangkan lalu dia goyang-goyang.Amanda yang duduk di sampingnya, melirik sikap Alex merasa kesal. Kenapa kakaknya ini tidak bisa sama sekali bersikap elegan dan menawan seperti Niko. Setidaknya dia kan juga pangeran di sini. Tapi memikirkan itu semakin membuat Amanda semakin kesal.Amina yang tengah mengambil hidangan kecil untuk suaminya melirik pada salah seorang pelayan wanita yang tengah menatap Alex, Amina mendesah menatap geram pelayan wanita itu yang tengah berdiri dengan kedua tangan dilipat di atas perutnya.Pel
Mendengar Alex berteriak seperti itu Adrian langsung menegakkan posisi duduknya, kali ini dia terlihat serius. “Alex, jangan seperti itu. Walau aku tidak dianggap oleh nenek tetap saja aku adalah ayahmu. Camkan itu! Dan kau tidak selayaknya bersikap seperti ini. Aku salah selama ini tidak benar-benar mendidikmu dengan baik karena ibumu terlalu memanjakanmu. Besok aku akan berbicara pada nenekmu untuk membuat keputusan penting masa depanmu. Aku rasa benar kata nenek, kau seharusnya sudah bergabung dengan pasukan militer untuk mendidikmu lebih baik lagi.” “Adrian …” Amina ikut terkejut mendengarnya, dia berteriak meski suaranya terbilang pelan. “Kau, cukup! Amina, jangan berlebihan. Alex sudah keterlaluan. Aku tidak ingin dia nantinya menjadi orang yang tidak berguna. Cukuplah bersenang-senang, sudah waktunya kamu
“Kalian berdua, Alex, Amina sudahlah! Aku sudah tahu dengan semua sandiwara kalian selama ini. Bisakah kau sekarang lebih dewasa Alex. Apa kamu mau selamanya selalu di ketiak ibumu. Heh?” kata Adrian nada suaranya dingin.Melihat ekspresi sang ayah, Adrian yang awalnya merasa kalau semua usahanya pasti akan dituruti oleh sang ayah berakhir sia-sia.Kali ini Alex tidak bisa berkata apa-apa lagi, tatapan ayahnya yang dingin dan penuh mengintimidasi dirinya membuat bulu kudunya seketika merinding.Alex paham sekali bagaimana sikap ayahnya selama ini.Jadi untuk kali ini dia terpaksa diam, takut kalau saja ayahnya akan semakin murka. Meski terlihat kenakan-kanakan, sebenarnya Alex juga punya perasaan dan menghormati ayahnya kalau saja ibunya tidak selalu be
“Selamat pagi Tuan Niko, hari ini kau terlalu banyak tidur. Ingat pagi-pagi kau harus segera bangun, ini waktunya berolahraga. Tuan Niko apa kau mendengarkanku … Tuan Niko … Tuan Niko …”“Ah berisik Rose, apa kau tidak tahu aku masih mengantuk.”“Aku harus membuatmu terbangun dan berolahraga kalau tidak, diet harianmu tidak akan berhasil dan akan mempengaruhi berat badanmu, Tuan Niko.”Suara keras dari mesin robot yang terus berbicara membuat Niko kesal. Sudah sejak lama sekali Niko merasakan nikmatnya tidur pulas.Kedua matanya enggan terbuka … Niko menarik selimutnya menutupi hampir seluruh badannya.“Tuan Niko … waktunya berolahraga, tekanan
Niko berlari sangat cepat menaiki anak tangga, setelah sampai di lobby tangan kanannya langsung ia tempelkan pada sensor dinding lift, tak lama pintu lift terbuka.Niko langsung masuk ke lift diikuti Aspen lalu lift tertutup dengan cepat. Sementara Caesar dan beberapa pengawal lainnya berlarian menuju tangga darurat untuk mengikuti Niko yang sudah naik dengan menggunakan lift.Di lantai satu tepatnya di ruang memasak.Saat pintu lift terbuka lebar, Niko dan Aspen bergegas ke dalam rumah saat itu juga keduanya terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Niko menghela napas panjang berdiri dengan kedua tangan di pinggangnya, kedua alisnya berkerut lalu dia meringis menertawakan dirinya sendiri yang bersikap konyol karena berlarian mengkhawatirkan gadis yang kini tanpa d