Ellina menyesap teh yang tersuguh di depannya. Tanpa alasan, punggungnya terasa panas. Ia menoleh kebelakang dan melihat siluet pria yang berjalan keluar. Sosok itu tampak tak asing baginya.
"Ada apa?" tanya Ethan mengalihkan perhatian Ellina.
Ellina menggeleng. "Tak ada. Kurasa kita harus pergi sekarang,"
Ethan mengangguk dan berdiri. Mengikuti Ellina yang berjalan lebih dulu. Memasuki mobil dan melaju menuju Universitas Hyroniemus. Dalam perjalanan tak ada perbincangan yang terjadi. Keduanya tampak tenang dengan pikiran masing-masing.
Saat mereka sampai di universitas, Ellina turun tanpa mengajak Ethan masuk. Ia melangkah dengan yakin melewati semua mata yang seakan kagum pada sosoknya. Atau pada raut terkejut akan kembalinya kehadirannya. Beberapa penggemar yang mengidolakan sempat surut dan hilang. Tapi mereka tak pernah melupakan wajah cantik Ellina. Dan saa
Bang! Nero berlari dan langsung menerjang tubuh Ernest. Menendang Ernest kuat hingga tubuh Ernest jatuh ke belakang."Nero!""Tuan Muda!"Ellina dan Ethan berhambur menghampiri. Ellina menahan tubuh Nero dengan memeluknya. Sedangkan Ethan berusaha menghalangi tendangan Nero pada Ernest. Semua terjadi begitu cepat. Alvian dan Lykaios lebih memilih menonton. Kekacauan itu langsung mendapat sorotan. Saat semua yang melihat memegang telepon genggamnya dengan arahan kamera yang tertuju cantik. Dan rekaman video itu langsung tersebar secara cepat di kota Z.Ernest bangun dan menyingkirkan Ethan. Tubuh Ethan tertarik ke samping dan terhempas. Nero yang melihat itu terlihat sangat kalap. Kilatan benci itu terlihat sangat jelas. Dengan amarah yang memuncak hingga tak menyadari bahwa ia melukai tangan Ellina yang tengah memeluk tubuhnya. Menahannya agar tak menyerang Ernest lebih jauh.Ernest menatap dingin. Ekor matanya melihat lengan Ellina yang memerah hingga membiru. Di sisi tangan lainnya
Ellina mengerucutkan bibirnya. Meletakkan kartu yang ia pegang di depan Ernest. "Aku tak menginginkannya,"Ernest membelalakan matanya. "Kenapa?""Kenapa aku harus memiliki kartu yang dimiliki banyak orang," ujar Ellina sangat lirih, lebih mirip seperti gerutuan kesal. Namun Ernest dan empat pria di sampingnya dapat mendengar itu semua. Ethan yang mendegar itu membelalakan matanya. Terkutuklah kata-kata itu. Ya Tuhan, kenapa dia mengatakan itu. Zacheo, ya, Zacheo. Saat ini aku butuh Zacheo.Nero yang duduk tak jauh dari Ellina langsung meminum air dari gelas di depannya. Ah, aku tahu Tuan Muda E. V. sedikit gila. Tapi aku tak siap melihat kehidupan keluarga lain hancur. Alvian yang melihat raut wajah Ernest tertawa tipis. Itu antara sedih dan khawatir. Ia benar-benar menatap Ellina lekat dan menggerutu dalam hati. Shit! Persetan dengan kecantikannya, tapi tidakkah dia tahu? Kata-katanya baru saja membangunkannya harimau yang tertidur. Lebih dari itu semua, kenapa aku juga memiliki s
Pikirannya melayang jauh. Ingatan tentang sosok gadis cantik yang lekat di kepalanya tanpa sadar membuatnya mengehela napas kasar. "Kau kembali, setelah sekian lama."Kenzie tersenyum tipis tanpa sadar. Ia sangat ingat bahwa orang-orangnya tak ada yang dapat menemukan keberadaan Ellina satu tahun lalu. Kabar dan keberadaan gadis itu seakan tertutup sangat rapi. Tak ada yang dapat menemukannya meski ia telah mengerahkan orang-orang terbaik. Kini ia tahu kenapa ia memiliki jalan buntu. "Ernest Avram," gumamnya. "Sejak kapan kau mengenalnya? Kenapa aku tak tahu jika dia mengenalmu?" Perkiraan Kenzie menuju kebenaran. Jika ia tak memiliki akses sedikit pun tentang keberadaan Ellina satu tahun lalu itu karena ada dua hal kemungkinan. Pertama, gadis itu mati. Kedua, ia bersembunyi di balik orang-orang yang setara dengan keberadaannya. Dan kemunculan Ernest di video itu cukup membuat Kenzie memilih pilihan kedua. "Kau bersamanya? Kenapa aku tak tahu hal sepenting itu?" Ekspresi Kenzie
Maple Villa tampak hangat malam ini. Lykaios, Alvian, Nero, Ethan dan Ernest tengah duduk di ruang tengah dengan secangkir teh hangat di tangan masing-masing. Ketukan lantai terdengar saat langkah kaki menuruni tangga. Itu Ellina, dengan pakaian santai yang baru saja mandi lalu turun untuk membicarakan proyek yang akan ia tangani. Semua mata menoleh untuk melihat asal suara. Senyum Ellina terkembang membuat riak bahagia di wajahnya. Ernest bangkit menuju Ellina. Menaiki beberapa anak tangga lalu mengulurkan tangannya dan Ellina menerima itu langsung. "Terimakasih,""Hati-hati, kau tak perlu berlari."Mereka berdua turun dari tangga bersama. Senyum Ernest terkembang. Tapi itu menjadi terlihat memuakkan untuk empat pria yang duduk di tengah ruang tengah. Mereka berempat menjadi kesal dengan seluruh perlakuan Ernest pada Ellina. Namun mereka tak dapat mengungkapkannya karena Ellina sendiri terlihat nyaman. Dengan posisi duduk, Nero menarik satu bangku yang paling dekat dengannya. A
Ellina melangkah menuruni tangga sebelum akhirnya sebuah klakson mobil di luar Maple Villa mmembuatnya bergegas. Saat seorang pelayan membuka pintu, Ellina telah lebih dulu melangkah keluar. Menatap Ernest yang tersenyum di dalam mobil. "Kau datang lebih pagi?" Ernest memiringkan kepalanya ke kiri. Memberi perintah agar Ellina masuk. "Aku harus pergi mengurus sesuatu."Saat Ellina telah duduk di samping Ernest dan mobil melaju pelan, ia menoleh ke samping. Menatap Ernest yang fokus pada jalanan. "Berapa lama?""Satu minggu."Ellina manggut-manggut dan mencibir. "Bersama Zacheo?"Menganguk, Ernest menatap Ellina sesaat. "Ethan akan mengurusi keperluanmu. Jadi selama aku tak dapat menjemputmu, Ethan akan menggantikanku.""Tak perlu. Aku bisa memesan taksi,""Tak aman." potong Ernest cepat. "Usahakan jangan pulang larut malam. Tidak, seharusnya kau tak perlu datang ke kantor selama aku tidak ada."Ellina tertawa. Menatap Ernest lama dan terdiam dalam senyum manis. "Kau sekhawatir itu
E. V. Company pagi ini terlihat sangat damai. Semua divisi tengah bekerja dengan sangat tenang. Namun saat Lykaios, Alvian dan Nero tiba-tiba datang ke perusahaan, semua suasana tenang itu menjadi sangat berbeda. Penuh kejutan, keramaian dan seruan godaan yang penuh dengan intrik. Ethan yang mendengar, melihat, bergidik ngeri dan merasa sangat muak. Ia tak pernah berpikir bahwa seluruh wanita yang bekerja E. V. Company akan sangat antusias dengan kedatangan para pria tampan yang hampir setara dengan Bos perusahaannya. Alih-alih mengetahui, bahwa semua pria yang di rekrut Ellina adalah bukan pria biasa. Semua kalangan atas dan parahnya adalah para Tuan Muda yang memiliki pesona dan fans luar biasa. Ethan membawa mereka dalam sebuah ruangan yang telah di sediakan oleh Zacheo. Ruangan itu khusus milik mereka untuk membuat sebuah penerobosan baru dari perusahaan. Dan Ellina adalah orang yang memegang kendali utama. Saat Alvian, Nero dan Lykaios telah duduk di kursi masing-masing, ta
Aple Restsident, atau rumah utama keluarga E. V, tampak sangat kosong pagi ini. Rumah bergaya eropa dengan sentuhan desain yunani kuno itu tampak mewah dengan halaman luas yang menyajikan berbagai pemandangan. Sejauh mata memandang, kau akan di sajikan dengan lahan luas yang telah di kelompokan menjadi bagian-bagian tertentu. Di antaranya taman bunga tulip yang tengah berbunga dengan berbagai warna. Lalu lapangan golf atau tempat santai dengan gazebo besar yang menghadap langsung ke taman hidup dengan hiasan air mancur dan berbagai ikan mahal hidup di bawahnya. Saat mobil sport Ernest memasuki kawasan Aple Restsident, beberapa pelayan langsung datang tergopoh-gopoh. Mereka menunggu Ernest turun dan dengan tunduk mengantar Ernest menuju pintu utama rumah. "Aku bisa sendiri! Kalian bisa kerjakan yang lain," Saat perintah itu turun, para pelayan yang melayani Ernest bernapas lega. Mereka pergi dan membiarkan Ernest memasuki rumah sendiri. Langsung menuju ruangan tengah, Ernest bisa me
"Ellina. Itu benar dirimu?"Tubuh Ellina menegang hebat dengan kilatan bayangan masa lalu yang kelam. Kilatan benci dan takut tercampur jelas dengan rasa sakit yang nyata. Ia pikir, ia telah siap dengan segalanya. Namun rasa takut dari kematian yang lalu terbayang jelas. Kau kotor dan menjijikkan!Menjijikkan!Kotor! Dan menjijikkan! Ulangan kata itu terus teringat dengan tatapan matanya yang terpaku pada bibir tipis pria yang masih menggenggam tangannya. Ketampanan dan sorot mata dingin itu menembus jantungnya. Meremukkan setiap ingatan dan kenangan yang menyakitkan. Lalu kenapa jika aku kotor! Kenapa jika aku menjijikkan?! "Jangan menyentuhku," tekan Ellina dingin tanpa sadar. Ia menarik tangannya kasar dan menghempaskan tangan Kenzie cepat. Lirikan benci ia lontarkan sebelum tubuhnya merosot memasuki mobil Lykaios yang masih terbuka. "Lykaios, aku ingin pergi."Jangan menyentuhku! Kata-kata ketus itu terngiang di telinga Kenzie. Ia hanya mematung menatap tangannya yang di he