"Sudah, sudah! Jangan ribut lagi." Akhirnya ibu mertua berhasil bersuara lantang. Kondisi masih sakit tapi karena Inur dan Jaka berdebat di depan kami, ini membuat keributan.Aku tak peduli mereka mau bertengkar atau tidak. Namun yang jadi fokus pikiran, tidak mungkin aku mau menampung mereka begitu saja dengan gratis. Tak ada uang tenaga pun jadi."Mau kalian bertengkar tetap saja tak bisa merubah keadaan.""Aku nggak terima disalahkan, selama ini kamu nuntut agar aku tetap berdandan agar kamu nggak malu sama teman-teman kamu, Mas. Tapi kenapa aku disalahkan?" Mata Inur mulai berkaca."Bukan gitu, Nur. Aku hanya bingung, sekarang untuk biaya harian kita nggak punya." Suara Jaka sudah mulai melunak.Melihat reaksi Jaka, kembali teringat saat dulu mas Bayu baru ke
"Iiih, aku masih ngantuk kok malah disuruh masak?" Inur ngomel-ngomel sambil berlalu ke dapur."Lagian masih subuh, Bu. Kok cepat amat buka warungnya?" Jaka kelihatan terpaksa keluar dari kamarnya."Pagi jam tujuh udah ada pembeli. Masak nungguin kamu bangun kesiangan baru buka warung. Cepat keluarin karung cabe dan kentang, ngomel-ngomel kapan kerjanya."Wow, ibu mertua sudah bersuara lantang. Dulu, saat Jaka kerja tak pernah seperti ini."Iya iyaaa," jawab Jaka terlihat sangat terpaksa.Aku ke dapur ingin buat kopi untuk mas Bayu. Selesai salat subuh ia mencuci mobil di halam depan. Sampai di dapur, kulihat Inur sedang menggoreng telur."Jangan cemberut, Mbak. Masak harus dengan hati senang agar masakannya enak," ucapku sambil men
Begitu lancar Inur menuduhku selingkuh. Ia ketahuan mencuri, secepatnya cari alasan jika masuk ke kamar ini lantaran ingin memeriksa ponselku."Oke, kamu mulai permainan ini, akan kuladeni," bathinku."Rina, kamu benaran selingkuh?" tanya ibu mertua."Nggak nyangka, jangan lantaran Bayu cacat kamu seenaknya selingkuh. Lagian Bayu udah ada kerjaan." Jaka sepertinya percaya dengan ucapan istrinya, tak masalah."Pasti dia bohong, aku nggak percaya Mbak Inur." Dengan tegas Stela berada di pihakku. Apakah lantaran tak menyukai Inur atau benar ungkapan hatinya, entahlah."Kamu bilang aku bohong? Aku dengar sendiri ia nelpon seseorang dengan mesra.""Kamu pasti bohong! Jika Mbak Rina mau selingkuh, buat apa ia mempertahankan Mas Bayu. Padahal Ma
Kujinjing tas berisi pakaian, dan menggendong Raka yang sedang tertidur lelap. Melewati pintu kamar, tak terdengar mas Bayu mencoba menghentikanku. Ini semakin membuat dada terasa sesak karena pengorbananku selama ini sia-sia."Loh, mau ke mana, Rin?" tanya ibu mertua saat aku melangkah ke pintu utama."Aku pamit ya, Bu," jawabku."Mau ke mana? Ini sudah malam dan Bayu mana?" Ibu melihat sekilas ke pintu kamar."Ada di kamar, Bu. Oh ya, Bu, ini uang buat biaya dapur hari ini." Kurogoh uang seratus ribu dari saku, lalu kusodorkan ke ibu mertua."Tapi, kamu mau ke mana? Dan ini sudah malam loh, Rin." Uang itu diterimanya."Hey, Rina! Kamu mau kejar selingkuhanmu? Wah, parah." Tiba-tiba Jaka keluar dari kamarnya, pun In
Seketika Raka menangis dalam gendongan mas Bayu. Suara bapak sangat lantang, begitupun mas Bayu menjawab. Aku terpana menahan hati. Bukan karena takut, tapi syok jika seperti ini jadinya."Aku akan bawa Raka, baik kalian suka atau tidak!" Lalu mas Bayu membalikan badan menuju mobil terpakir."Tunggu!" teriakku, hingga ia membalikan badan."Raka masih menyusui, seandainya di tanganmu anakku tersiksa dan sakit, aku tak segan melaporkan kasus penelantaran anak. Kita sama-sama tau gimana sikap semua keluargamu, Mas." Menekan ucapan, ini agar Raka kembali padaku. Aku yakin ia tak kan bisa mengurus Raka.Kami saling beradu pandang. Rasa hati semakin kesal melihat tindakannya hari ini. Apakah begini sifat aslinya yang baru kuketahui sekian lama kami berumah tangga.
Pov Bayu"Ayo kita pulang, Rina!" Suara bapak Rina lantang mengajak Rina pergi.Ada rasa hati ingin menahan, tapi terhalang mengingat Rina mengakui perselingkuhannya dan ini membuatku sangat kecewa. Aku merasa tak dibutuhkan hingga ia mencari lelaki lain. Padahal cacat ini bukan keinginanku. Bukankah sekarang aku sudah punya pekerjaan dan tidak mengabaikan tanggung jawab. Tapi jika penghasilanku lebih kecil, bukan berati Rina seenaknya selingkuh. Seandainya ia memilih lelaki lain untuk bahagia, aku rela asal Rina bahagia karena aku tahu, aku bukan lelaki sempurna."Bayu, jadi masalahmu dengan Rina belum selsai? Ibu kira kamu ingin jemput Rina tadinya.""Bu, aku ... aku tak bisa terima perselingkuhan Rina. Hanya itu, Bu," lirihku dengan hati terluka. Cintaku pada Rina tak berubah. Hanya saja aku kecewa dan
Kini, semua mendengar sendiri pengakuan Inur dan Jaka. Kebenaran sudah terungkap. Namun, kali ini Inur memohon lagi, anaknya selalu alasan dan ini membuat hati tak tega."Lepaskan kakiku!" teriakku berusaha melepaskan tangan Inur, merangkul kakiku.Agak sulit dilakukan. Inur semakin erat merangkul kakiku hingga melangkah pun tak bisa. Ia menangis meraung hingga suasana bertambah ribut. Belum lagi mas Bayu menghajar kakaknya."Rina, sebaiknya kita pergi saja. Yang penting sudah bersama Raka," ajak bapak. Raka terdiam dalam gendongan karena bapak menggusuk punggungnya."Iya, Pak," jawabku."Tidak! Aku nggak bakalan melepaskan kakimu, Rina. Lebih baik aku dipukul daripada dipenjara. Anakku bisa terlantar, tolong maafkan aku. Aku janji, aku janji tak akan mengganggu hidupmu lagi
Tak semudah membalikan telapak tangan. Keputusan hati harus dipikir matang-matang. Rumah tangga yang belum berjalan empat tahun, tapi sudah dibumbui masalah. Masalah kami tak banyak. Selama ini yang dominan masalah hinaan keluarga suami. Namun, semakin aku bertahan, masalah lain muncul dan masih ulah keluarga suami.Kepala Raka yang ada benjolan, kuoles obat dari dokter, pun pinggangnya yang membiru. Melihat kondisi Raka, air mata berjatuhan. Daripada anakku yang sakit, biarlah aku yang menanggungnya."Biar kubantu, Mbak," ucap Yana mengambil obat dari tanganku. Lalu mengoleskannya ke kepala Raka."Seharusnya kita tidak menunggu berjam. Maaf ya, Mbak, ideku membuat Raka seperti ini." Yana tetlihat merasa bersalah."Bukan salahmu, Yan. Tapi ini salah Mas Bayu karna menitipkan Raka ke Inur. Dulu juga pernah terja