Agustin dan Fransisca memasuki rumah besar keluarga Louis bersama putri bungsu mereka, Patricia. Kedatangan mereka hari ini tidak lain adalah ingin membicarakan kelanjutan hubungan putri mereka dengan Edric.
Dominic dan Chalondra menyambut tamu mereka dengan antusias. Ruang keluarga yang terpisah dengan ruang tamu membuat anggota keluarga yang lain tidak perlu masuk ke kamar jika tidak berkenan menyapa sang tamu.
Zura masih membeku di tempatnya sejak mendengar nama Patricia terucap dari mulut si security. Rasa insecure-nya kembali ke titik puncak, apalagi kedua orang tua Edric terlihat sangat antusias bertemu dengan calon besan mereka.
"Are you oke?" Edric menepuk pundak Zura dengan pelan. Wanita itu terkesiap.
"Bapak nggak ke depan?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.
"Nanti mama akan panggil kalau sudah waktunya saya keluar."
"Maksudnya?"
"Ya, biasanya mereka bicara tentang bisnis dulu, baru masuk ke tentang saya
Selamat berbukaaa
Zura dan Edric turun ke bawah setelah mereka selesai membicarakan perihal Zura tidak ingin terlibat dalam urusan keluarga Louis dan Roby. Untuk sekarang ini, Edric mencoba menepis perasaan aneh yang sempat menghinggapi dirinya. Perasaan bahwa Zura ingin meninggalkannya suatu saat nanti.Zura mendekati meja makan dimana Embun sedang disuap oleh omanya. Santi sendiri terlihat duduk di salah satu kursi yang ada di sana.“Mama?!” Embun menunjuk ke arah Zura yang baru saja turun dari tangga. Wajahnya berubah berseri, kedua tangannya terangkat ke atas seperti bersorak-sorak.Zura sebenarnya sangat ingin memeluk Embun, namun seungkan kepada Chalondra yang sedang berusaha memberi sang putri makan malam. Akhirnya, Zura hanya duduk di sebelah Embun dan mencium pipinya sekali.“Embun makan apa? Enak ya disuapin sama oma?”Embun mengangguk-angguk. “Ini … ini ayam ya … Oma?” Embun menunjuk ayam suir yang ada di
Sejak pagi sampai siang, Zura terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya. Salah satunya, dia sedang menyusun pengajuan PO (Purchase Order) tisu ke Inti Global. Galaxy Group yang memiliki puluhan hotel dan mall yang tersebar di seluruh nusantara itu, tentu saja membutuhkan jumlah tisu yang tidak sedikit. Seperti kebiasaan mereka dengan supplier terdahulu, orderan akan masuk via kantor pusat dan kantor cabang hanya akan bertugas untuk melakukan pengiriman dari masing-masing gudang. Sekarang, Zura sedikit pusing menentukan pesanan mereka, karena Morgan memberikan instruksi dia harus memesan sebanyak-banyaknya. Misi Zura di Radesh Corp dengan misinya di Galaxy Group sebenarnya sama. Menjalin hubungan dengan Edric dan suatu saat akan menghempaskannya jauh ke dasar bumi. Semuanya ini semata-mata keinginan dua orang dewasa yang sedang menjadikannya sebagai alat untuk misi balas dendam. Zura menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Kembali teringat akan pembicaraa
Calon adik ipar. Ketiga kata itu berulang-ulang di dalam kepala Zura. Edgar … kakaknya Patricia?? Bagaimana mungkin dunia ini sangat sempit?? “Kau apa kabar? Kata Patricia kau sedang ke Swiss.” “Ah iya, kemarin pulang lebih awal karena ada bisnis dengan Galaxy Group. Ah, kenalkan, Ibu Zura.” Edric menoleh ke arah Zura yang sedang terdiam di tempatnya. Entah hanya perasaan Edric saja, namun dia seperti melihat Zura menggeleng kecil. Apa maksudnya?? Apa dia tidak ingin Edgar tahu bahwa mereka saling mengenal? Why? Belum selesai Edric menganalisa maunya wanita itu, tangan Zura sudah terlebih dahulu terangkat dan terulur ke hadapannya. “Senang berkenalan dengan anda, saya Zura. Zura Taniskha Wijaya.” Oke, Edric menjadi kebingungan di sini. Kenapa Zura tidak ingin menunjukkan bahwa dia mengenal Edric di hadapan Edgar? Apakah karena Edgar adalah saudara Patricia? Sehingga mungkin Zura tidak ingin menimbulkan masalah? Atau ini ada hubungannya
“Tidak boleh.” Edric menjawab dengan tegas dan masih dengan berpangku tangan. Matanya sejurus menatap Zura dengan kesal. Dikira dia bisa dirayu dengan pelukan? “Masih marah ya?” tanya Zura kecewa. Padahal dia benar-benar sedang ingin dipeluk. Edric tidak menjawab. Di starter-nya mobil dan segera menginjak gas lalu memutar setir. Dia masih ingin melihat bagaimana reaksi Zura jika dia masih bertahan pada sikap dinginnya. Tidak apa-apa ‘kan sesekali kesal dan memberi wanita itu pelajaran? Zura menanti Edric membuka mulut. Matanya tak berhenti menatap laki-laki itu. “Sudah pasang seat belt?” Edric kembali menoleh sekilas. Dia harus fokus pada jalur keluar dari basement menuju parkiran. Didengarnya Zura menarik sabuk pengaman dan bunyi klik juga menyusul dua detik kemudian. “Saya bisa jelasin kenapa tadi nggak bilang mau keluar dengan pak Edgar.” Zura masih berusaha. Tetap melihat ke samping kanan, memindai ada tidaknya perubahan
Edric meraup bibir Zura tanpa aba-aba. Ditekannya seluruh tubuh wanita itu hingga sangat lekat kepadanya. Lekuk dada Zura yang sangat kontras dengan perutnya yang rata, membuat benda itu membusung sempurna di dada Edric. Pria itu merasakan tubuhnya panas dingin. Tapi kenapa masih ada bra? Tangannya dengan cekatan melepaskan pengait benda itu di balik punggung wanitanya. Dalam sekejap mereka sudah skin to skin untuk bagian tubuh atas. Zura mendesah merasakan seluruh dadanya beradu dengan dada Edric yang liat. Gejolak itu membuat pagutan bibir mereka semakin intens. Edric menyedot lidahnya sampai ke dalam, sampai rasanya daging tebal itu akan putus jika Edric tidak segera menyudahinya. "I need you, Zura. I need to blow in you, right now," gumam Edric seraya menjilati kulit wanita itu dari pipi hingga ke leher, leher ke dada. "You are mine. I hate when you give that smile to another man." "Akhh! Sakit, Pak!" Zura tanpa sadar menepuk pipi Ed
Drama nipple lecet milik Zura pun terselesaikan dengan manis karena permintaan terakhirnya disetujui oleh Edric. Walau masih ketakutan wanitanya akan kesakitan, Edric tetap memanjakan benda kenyal itu sebagaimana yang Zura minta. Diemut pelan, dijilat dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja memicu desahan-desahan kecil lolos dari bibir Zura. Setiap kali Edric memainkan lidahnya, perempuan itu menggelinjang di atas kasur. Ya, pada akhirnya mereka pindah ke kamar demi kenyamanan aktifitas bercinta mereka.Sesekali mencuri turun ke pusaran, target Edric kini berganti. Zura meremas rambutnya pertanda dia menyukai aksi Edric. Dirasakannya bibir laki-laki itu bertengger di atas tepi dalamannya. Edric mengecup semua bidang seraya kedua tangannya mulai menyusup ke dalam dari bawah bokong Zura.Tidak ada penolakan dan protes dari si empunya dalaman kala kain tipis itu ditarik ke bawah dan terlepas dari kakinya yang putih mulus. Edric kembali menjajal inci demi inci tubuh Zura d
Ucapan Zac itu sempat membuat Zoey tertegun. Shock. Tapi tawa Zac yang meledak langsung membuatnya sadar kalau laki-laki itu hanya ingin mengerjainya. Spontan kedua tangan Zoey menghantam Zac secara bertubi-tubi.“Nggak lucu, Zac!” kesal Zoey akhirnya.“Udahan dong marahnya, aku kesepian, asal kau tau.”Zoey tetap memangku kedua tangannya di dada meski dilihatnya Zac sedang berbicara dengan serius.“Nggak enak sama mama papa. Nanti mereka kepikiran. Damai ya?” Zac mengulurkan jari kelingkingnya, meminta Zoey setuju berdamai dan melupakan perihal ciuman itu.“Oke. Dengan satu syarat.”“Apa? What ever, aku akan mengabulkan, asal kita baikan.”“Jangan urusi gue dan Jeff.”***Zac tentu saja tidak bisa melupakan kata-kata Zoey yang terakhir tadi malam. Meski pada akhirnya dia mengiyakan dan berjanji tidak akan mengusik hubunga
Zoey berjalan dengan cepat menuju ruangan Edric setelah pintu lift vvip terbuka. Informasi yang baru dia terima dari Jeff benar-benar mengejutkan. Zura adalah cucu pemilik Galaxy Group. Sayangnya Jeff tidak berani memberi informasi lanjutannya karena takut itu hanya hoax. Jeff pun hanya menduga karena pernah betemu dengan Zura saat Jeff kunjungan ke Galaxy Group. Mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Waktu itu dia datang untuk menawarkan kerja sama dengan sang pemilik yang bernama Morgan. Memang Zura sama sekali tidak melihatnya karena sibuk belajar di ruangan lain. Tapi Jeff cukup mengenalnya karena pernah tau dia adalah mantan karyawan Inti Global. Lalu, Jeff menyimpulkan bahwa Zura adalah cucu dari Morgan, ketika dia dan Morgan sedang mengobrol dan laki-laki tua itu menyinggung tentang cucu perempuannya yang akan mengambil alih perusahaan suatu saat nanti. Yang jelas, waktu itu cucunya masih dalam proses pembelajaran. Kemudian, saat Zura datang ke Inti Global untuk