Share

5. Bertemu Kembali

Perkataan Angela berpengaruh dalam sisa hari Mark. Pernyataan bersedia gadis itu yang artinya mau tidak mau Mark harus mengikuti permainan Angela untuk berpura-pura dan itu membuat mood Mark terjun bebas.

"Pedro, apa malam ini La Hosta buka?" tanya Mark.

Pedro yang sedang berdiri mengamati sekitar, lalu menjawab, "buka, Tuan. Tuan Mark ingin kesana?"

Mark berdehem sebagai jawabannya lalu ia kembali mengokang pistolnya, menutup satu matanya dan menekan pelatuk.

Menembak adalah salah satu pelampiasan yang Mark lakukan saat pikirannya dan emosinya tidak stabil. Seperti saat ini, ia butuh pelampiasan agar suasana hatinya membaik.

Selain menembak ada satu cara pelampiasan lain yang biasa Mark lakukan.

***

Pintu kamar dibuka dari luar, badan Megan diguncangkan beberapa kali. Begitu matanya terbuka, sebuah pakaian dilemparkan padanya.

"Apa ini?" tanya Megan pada lelaki yang masih berdiri didepan pintu.

"Gunakan saja. Mandi dan beriaslah, pukul tujuh malam kau akan dijemput."

Klek. Pintu kembali tertutup.

Mandi? Berias? Yang benar saja!

Megan melangkah menuju kamar mandi yang ada dikamar itu. Kamar mandinya cukup mewah dan yang tak disangka Megan disana sudah disediakan pelatan mandi lengkap, bahkan ada bath-up nya juga.

Megan yang memang sudah merasa lengket dengan tubuhnya, bergegas melepas pakaiannya satu persatu. Lalu ia menuangkan cairan dengan aroma citrus dan melati.

Perlahan kaki jenjangnya memasuki bath-up yang sudah terisi air dan berendam disana.

***

Setengah tujuh malam, Megan sudah siap dengan dress berwarna merah menyala dibadannya. Warna dress itu sangat kontras dengan warna kulit putih Megan, wajah Megan pun sudah diriasi hiasan minimalis yang membuatnya semakin terlihat cantik. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai menutupi area punggungnya yang memang terbuka.

Megan mematut dirinya dicermin, entah kapan terakhir kalinya Megan berpakaian seperti ini? Mungkin empat tahun lalu? Atau tiga tahun lalu? Entahlah. Yang jelas saat itu Megan merasa bahwa dunia masih berpihak padanya.

Sesuai pemberitahuan yang Megan dapat, ia dijemput pukul tujuh tepat dan dimasukan ke sebuah ruangan lagi.

Megan terkejut saat mendapati ada sekitar enam wanita lain disana dan wanita-wanita itu sama terkejutnya dengan Megan.

Namun Megan tidak berniat menyapa mereka, ia menyendiri dan memilih tempat yang agak jauh.

Hingga salah satu dari mereka menghampiri Megan dan mengulurkan tangan.

"Nic," ucap gadis bermat biru tersebut. "Namaku Nicolette. Kamu bisa memanggilku Nic," Lanjutnya saat Megan tak kunjung mengulurkan tangan.

"Megan," jawab Megan akhirnya, ia menjabat tangan Nic.

"Kamu anak baru, ya?" tanya Nic.

"Anak baru?" Megan mengulang perkataan Nic karena tidak paham apa maksudnya.

"Iya. Semua yang disini—."

Penjelasan Nic terpotong saat seorang lelaki menyerukan perintah untuk segera bersiap.

Wanita-wanita tadi berbaris rapi dan didepan mereka ada tangga kecil. Megan mengira ini adalah pertunjukan fashion show dan mereka adalah model-model yang dibayar.

Satu persatu wanita itu menaiki tangga dan menghilang dibalik tirai, kemudian ada beberapa wanita yang kembali dan ada yang tidak. Termasuk Nicolette, wanita itu tidak terlihat lagi.

"Hei, yang baju merah, sekarang giliranmu untuk naik ke panggung!"

Megan yang merasa bahwa hanya dia satu-satunya wanita bergaun merah, bergegas naik ke tangga dan membuka tirai.

Alangkah terkejutnya saat ia melihat apa yang ada di balik tirai itu.

***

La Hosta ada sebuah bangunan mewah bak istana milik seorang lelaki bernama Marco. Bangunan itu dikamuflasekan sebagai pertunjukan teater, padahal fungsi yang sebenarnya bukan itu.

Perdagangan manusia, lebih tepatnya wanita terjadi disana. Marco menjual atau menyewakan wanita-wanita cantik didalam sana dan tidak sembarangan orang bisa masuk ke area La Hosta.

Mark sudah duduk manis disalah satu kursi didepan panggung. Segelas wine ia goyang-goyangkan ditangannya sebelum ia mencicipi minuman itu.

Mark tidak sendiri, ada beberapa lelaki lain yang juga berada disana. Ada yang lebih muda dari Mark bahkan ada juga yang seumuran dengan papanya.

Ini wanita kelima yang tampil, namun dari kelima wanita itu belum ada satupun yang membuat Mark mengangkat tangannya. Belum ada satu dari mereka yang menarik perhatiannya, apalagi memancing hasrat Mark.

Wanita ke enam yang Mark tidak tahu namanya, jatuh ke pelukan seorang lelaki berusia 33 tahun. Padahal jika Mark lihat wanita itu masih sangat muda, Mark menebak usianya sekitaran 21 tahunan.

Tiba wanita ke tujuh masuk, Mark pun mengabaikan wanita itu karena ia berpikir pasti sama dengan yang lain.

Tapi suara perempuan yang sangat Mark kenali dan tidak akan pernah ia lupakan, membuatnya mengangkat wajahnya.

Wanita itu berdiri disana. Ditengah panggung dan tanpa rasa bersalah.

Ucapan selamat malam yang diucapkan wanita itu membuat memori yang Mark kubur dalam-dalam mulai naik perlahan-lahan. Membuat Mark mengingat peristiwa memalukan yang ia alami, mengingat peristiwa yang membuatnya harus mengalami trauma berkepanjangan.

Mark harus mendapatkannya.

Hari ini atau tidak sama sekali.

Wanita itu masih sama. Tatapan menggodanya, senyumnya bahkan tubuhnya -ah tidak, tubuhnya lebih berisi, wanita itu bahkan dengan tidak tahu malunya melempar senyum kesana kemari untuk menarik perhatian lelaki.

Murahan.

Jalang.

Sorot mata Mark menggelap saat ia mendengar ucapan dari pemimpin acara itu.

"Baiklah, nilai tertinggi jatuh pada Tuan Felix sebesar lima ratus juta. Palu akan saya ketuk tiga kali."

Tok.

Tok

"Satu Milyar."

Mark berucap tanpa mengangkat tangannya. Tapi siapapun yang ada disana tahu pemilik suara itu adalah Mark.

Setiap kepala yang ada disana menoleh, menganga tidak percaya dengan pendengaran mereka. Satu milyar hanya untuk seorang gadis? Gila. Bahkan dengan satu milyar seharusnya Mark bisa mendapatkan lima gadis sekaligus.

"Wah, penawar tertinggi dipegang oleh Tuan Mark. Apa ada yang mau menawar lagi? Palu akan saya ketuk tiga kali."

Tok.

Tok.

Tok.

Dan terdengar riuh tepuk tangan menggema di ruangan itu. Tanda bahwa Mark yang menang, Mark yang berhak membawa pulang wanita ke tujuh itu.

***

Megan terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi didepannya. Kenapa orang-orang berlomba menyebutkan harga? Apa uang itu nanti untuknya?

Kalau begitu, Megan harus bersikap semanis mungkin hingga harga tertinggi yang ia dapat.

Tiba akhirnya seorang lelaki tampan menyebut angka satu milyar. Waw, itu jumlah yang fantastis! Dengan uang sebanyak itu, Megan bisa memulai kehidupan barunya yang lebih baik.

Persetan dengan papanya, Megan akan meninggalkannya disini. Papanya sudah mati bersama dengan kematian mamanya.

Bibir Megan tidak henti mengembang saat diumumkan bahwa satu milyar untuk dirinya. Ternyata ada juga ya pekerjaan yang lebih mudah dari sekedar menyebar brosur?

Megan diperintahkan untuk turun dari panggung. Kaki jenjangnya perlahan turun menapaki anak tangga, ia sedikit mengangkat gaunnya agar tidak tersandung. Hal itu membuat pahanya terekspose secara langsung.

"Kenapa tidak sekalian saja kau buka bajumu?"

***

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status