Share

Bab 7

Penulis: Natalie
Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Sindy. Calvin tidak banyak bicara, tetapi segera mengambil mantelnya dan bersiap untuk keluar.

Sebelum pergi, dia menatap Jessica dalam-dalam seraya mengerutkan keningnya.

"Aku ada sesuatu yang harus dilakukan. Kamu ...."

Kedua matanya tertuju pada luka Jessica dan tampak ragu-ragu.

Jessica hanya membalas sambil tersenyum, "Aku bisa melakukannya sendiri."

Langka.

Ketika suaminya sedang memikirkan wanita lain, dia juga masih ingat bahwa istrinya terluka.

Tatapan Calvin agak melembut, lalu dia memperingatkan dengan suara pelan, "Kamu terluka, istirahatlah lebih awal. Tunggu ulang tahunmu beberapa hari lagi, ada sesuatu yang mau kukatakan padamu."

Jessica mengangguk dengan tenang.

Dia tidak merasa sedih karena suaminya pergi menemani wanita lain saat larut malam.

Beberapa menit kemudian, Jessica hanya mengusap cincin kawin di tangannya, lalu melepaskannya tanpa suara.

Dia sudah mengenakan cincin kawin ini selama bertahun-tahun.

Bahkan saat Jessica dan Calvin bertengkar paling parah, wanita itu tidak pernah melepaskannya.

Dengan keteguhannya, Jessica percaya bahwa cincin kawin itu menghubungkan hidupnya dengan Calvin, serta usahanya yang penuh gairah dan keberanian.

Namun, sekarang pernikahan yang terasa seperti janda ini.

Mungkin, seharusnya sudah berakhir sejak lama.

Jessica meletakkan cincin kawin itu di dalam kotak perhiasan.

Ketika Jessica pergi, cincin ini akan diberikan pada Calvin dalam keadaan utuh bersama dengan surat perjanjian perceraian.

Calvin tidak pulang ke rumah sepanjang malam.

Jessica tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Namun, keesokan harinya.

Saat Jessica baru bangun, dia melihat kehebohan dan pencarian populer tentang Sindy yang menerima ancaman kematian dari seorang penggemar gelapnya.

Di dalam pencarian populer tersebut, studio resmi Sindy membuka sebuah kotak paket.

Setelah membukanya, ada seekor tikus mati dan pakaian berlumuran darah di dalamnya.

Ada juga sebuah catatan.

Catatan itu ditulis dengan tulisan tangan berwarna merah cerah.

Dasar wanita jalang, berhenti mendambakan pria milik orang lain!'

Studio tersebut juga menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa Sindy memiliki catatan bersih sejak debutnya. Dia tidak pernah memiliki hubungan yang tidak pantas dengan pria lain. Ancaman kematian tersebut sudah dilaporkan ke polisi. Mereka berharap orang yang ada di baliknya bisa bersikap lebih bijak dan tidak melibatkan orang yang tidak relevan.

Beberapa kalimat pendek itu memicu gelombang besar.

Sebagian besar penggemarnya memaki orang di balik layar yang sudah memfitnah dan mengancam Sindy. Beberapa orang dari studionya percaya bahwa masalah ini disebabkan oleh seorang wanita yang cemburu pada Sindy.

Hanya sedikit orang yang mengingat skandal antara Sindy dan Calvin beberapa waktu lalu. Mereka berspekulasi bahwa Sindy kemungkinan besar sudah diancam oleh istri utamanya.

Ketika sahabat Jessica yang bernama Rowan mendengar berita itu, dia merasa sangat gembira.

Meskipun metode orang itu sangat kejam, ancaman ini benar-benar bagus.

Dia selalu muak dengan sikap Sindy yang bermuka dua. Sekarang setelah ada seseorang yang melangkah maju untuk memberinya pelajaran, Rowan jelas merasa tenang.

Jessica mengabaikan berita di dalam pencarian populer itu. Sudah tidak ada riak di matanya.

Dia dan Sindy sama sekali tidak bisa akur.

Tidak ada wanita yang bisa mentolerir provokasi berulang-ulang dari sosok cinta pertama suaminya.

Namun, selain tentang Calvin, Jessica dan Sindy tidak memiliki dendam dan konflik kepentingan.

Sekarang Jessica sudah memutuskan untuk menyerah, tentu saja tidak ada lagi semburat kebahagiaan.

Dia lebih peduli dengan hal lain.

Jessica melihat pemandangan di luar jendela. Sebentar lagi, dia akan bisa pergi ke kota lain untuk melihat bunga-bunga bermekaran di sana.

"Bagaimana dengan permintaanku?"

"Jangan khawatir, permintaanmu sudah ditangani. Begitu kamu pergi, nggak akan ada orang yang bisa menemukanmu lagi, bahkan Calvin sekali pun. Jessica, kamu benar-benar sudah membuat keputusan?"

Rowan menghela napas panjang.

Meskipun hatinya sedikit enggan, Rowan juga mengerti jika memang ada sesuatu yang harus dipertahankan, Jessica juga tidak akan memilih untuk pergi.

"Sudah, baguslah kalau begitu."

Jessica melihat pemandangan musim semi sambil tersenyum dan melanjutkan ucapannya, "Kalau begitu, nanti nggak akan ada orang yang menyadarinya ...."

Sebelum Jessica menyelesaikan ucapannya, Calvin masuk bersama Ricky di luar pintu.

Ekspresi wajahnya agak muram, lalu menyahut dengan nada dingin, "Apa maksudmu nggak ada orang yang menyadarinya?"

Jessica segera menutup panggilan teleponnya dan menjawab dengan tenang, "Bukan apa-apa."

Dia ingin pergi dengan tenang, Calvin tentu saja tidak akan menyadarinya.

Namun, Calvin melihat bahwa Jessica sedang menyembunyikan sesuatu. Ekspresi wajahnya menjadi makin dingin.

Dia melepaskan tangan putranya, melangkah maju. Sorot matanya dingin, lalu tiba-tiba meraih pergelangan tangan Jessica.

"Jessica, kamu yang melakukan hal itu pada Sindy, 'kan?"

Jessica tertegun.

Setelah beberapa saat, dia menyadari bahwa Calvin sedang membahas tentang ancaman kematian itu.

Genggaman tangan Calvin agak mengencang, ekspresi wajahnya cukup dingin seperti es, rasa jijik itu juga melintas di matanya.

"Kenapa kamu harus mengancam Sindy? Apa yang terjadi di antara kita nggak pernah ada hubungannya dengan dia! Kamu nggak tahu kalau Sindy punya penyakit jantung? Dia sangat ketakutan dan dirawat di rumah sakit!"

Ricky yang ada di samping Calvin juga mengerutkan kening. Tatapan matanya yang jernih penuh dengan rasa jijik dan ketidakpuasan.

"Bu, kenapa Ibu selalu memperlakukan Bibi Sindy seperti ini? Apa yang salah dengan Bibi Sindy sampai Ibu harus menindasnya seperti ini? Ibu tahu betapa kesalnya aku kalau mengingat aku mewarisi darah dan gen Ibu!"

Jessica menatap ayah dan anak di hadapannya.

Calvin memiliki guratan alis yang dalam dan wajah yang tampan. Ricky juga mewarisi sebagian besar gen ayahnya.

Meskipun usianya baru enam tahun, wajahnya memesona dan imut.

Ayah dan anak itu, yang satu bertubuh besar dan yang satu bertubuh kecil. Mereka tampak sama persis bahkan saat mereka marah dan menunjukkan rasa jijik.

Salah satu dari mereka adalah teman tidur Jessica.

Sementara yang lainnya adalah anak yang dilahirkannya setelah mengandungnya sepuluh bulan.

Sekarang, anak itu bertanya pada Jessica dengan ekspresi marah dan jijik pada seorang wanita.

Rasanya seperti luka mengering yang dikelupas secara paksa. Rasa sakit yang samar bercampur dengan rasa gatal yang mati rasa ini, membuat Jessica menatap keduanya dengan tenang.

Jessica tidak mengingatkan Calvin untuk memeriksa nama pengirim dari paket itu dan memastikan sebab akibat di baliknya. Dia juga tidak memberi tahu Ricky bahwa dia mewarisi darahnya. Akan tetapi yang lebih penting, Ricky justru mewarisi rasa cinta Calvin untuk Sindy.

"Itu bukan aku."

Jessica hanya menjawab dengan tiga kata.

Dia menatap sorot mata Calvin yang penuh tanya dan dingin, lalu melanjutkan ucapannya dengan nada tenang, "Percaya atau nggak, aku nggak melakukannya."

Jessica berusaha menarik tangannya dan berbalik.

"Jessica, aku pikir ada kesalahpahaman di antara kita. Aku bahkan bersedia memberi kita kesempatan untuk memulai semuanya kembali, tapi kamu justru melakukan ini dan menolak untuk menyesalinya ...."

Calvin menolak untuk melepaskan Jessica. Dia kembali berkata dengan nada dingin dan penuh sarkastis, "Sindy sudah memanggil polisi. Sekarang, ikut aku minta maaf pada Sindy! Kalau nggak ...."

"Pak Calvin, aku bersedia percaya pada keadilan hukum dan menerima putusan hukum. Kalau aku benar-benar melakukannya, biarkan aku menanggung akibatnya. Itu nggak masalah."

Jessica menatap mata suaminya dan berkata dengan tenang, "Jangan-jangan Pak Calvin berpikir kalau aku benar-benar melakukan sesuatu yang buruk dan bisa lolos dari putusan hukum sendiri?"

Calvin mengerutkan kening. Dia tidak menyangka Jessica akan berkata demikian.

Apakah Jessica benar-benar tidak melakukannya atau dia lebih suka tertangkap basah daripada tunduk pada Sindy?

Dia ... sekeras kepala ini?

Ricky yang sedang berdiri di samping, tampak agak menggembungkan pipinya dan menyahut dengan nada jijik, "Aku mau punya Ibu yang kejam. Kalau Ibu nggak mau minta maaf pada Bibi Sindy, aku nggak akan mengakui Ibu sebagai ibuku."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 100

    Calvin mengernyit, suaranya dalam dan berat saat berkata, "Tapi, di hatiku cuma ada kamu."Begitu kalimat itu keluar, Jessica tiba-tiba tertawa.Tawa di dalam ruangan makin keras, membuat ekspresi Calvin tampak khawatir. Dia menatap Jessica dengan cemas.Beberapa detik kemudian.Jessica menyeka air mata di sudut matanya, lalu membuka mulut, mengucapkan setiap kata dengan tegas."Di hatimu benaran cuma ada aku atau cuma karena sifat posesifmu?"Selama tujuh tahun menikah, berapa kali Calvin lebih memilih Sindy daripada dirinya?Sekarang, masih bisa-bisanya pura-pura sangat cinta?Jessica menyunggingkan senyum tipis, lalu berbalik pergi tanpa menoleh sedikit pun.Calvin sempat mengulurkan tangan, tetapi matanya penuh penyesalan.Melihat sosok ramping itu benar-benar menghilang dari pandangan, dia berdiri terpaku dan tak bisa bergerak.Sementara itu.Cahaya pagi menembus jendela dan jatuh ke dalam kamar.Setelah Jessica kembali, dia mendapati Ella sudah terbangun.Gadis itu menatap kosong

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 99

    Calvin mendengar pertanyaan Ricky. Gerakannya sempat terhenti sejenak, teringat akan sikap dingin Jessica kemarin.Karena insiden pura-pura sakit waktu itu, dia tahu Jessica sudah kehilangan kepercayaan pada mereka berdua.Namun.Saat menatap mata Ricky yang penuh harap, Calvin membuka mulut, suaranya agak serak."Ricky, Ayah akan cari cara."Ricky menunduk kecewa karena tak mendapat jawaban pasti.Beberapa saat kemudian.Ricky berkata dengan lirih, "Sayangnya, aku nggak ketemu kunang-kunang."Mendengar itu, ekspresi Calvin langsung dingin. Nada suaranya tegas saat dia berujar, "Lain kali kamu nggak boleh pergi sendiri ke tempat berbahaya. Paham?"Ricky memalingkan wajahnya. Dia menggumam."Tapi, aku mau tangkap kunang-kunang buat Ibu. Kalau Ibu senang, dia mau ajak aku ke taman hiburan. Ayah 'kan sibuk terus, makanya aku pergi sendiri."Kelopak mata Calvin sedikit berkedut. Hatinya campur aduk antara lelah dan perih. Dia hendak bicara saat tiba-tiba ….Tok, tok!Terdengar ketukan pint

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 98

    Jessica bisa memahami perasaan Dany saat ini. Dia mengangguk ringan dan berkata dengan suara pengertian."Ya, kalau butuh bantuan, bilang saja."Setelah Dany pergi, suasana di sekitar langsung hening.Kamar rumah sakit ini cukup luas. Selain ranjang tempat Ella berbaring, di sebelahnya juga ada satu ranjang lipat untuk pendamping.Jessica berencana bermalam di sini malam ini. Dia merogoh saku, hendak mengambil ponselnya, tetapi malah menemukan dua ponsel.Ternyata, saat buru-buru keluar tadi, dia tak sengaja membawa ponsel milik Ella.Tring!Suara notifikasi pesan tiba-tiba terdengar.Jessica melirik ke arah Ella yang tertidur pulas, lalu tanpa sadar matanya menatap ke layar ponsel yang menyala."Kematian Soni itu salah kamu!""Kalau saja kamu nggak minta putus, dia nggak akan nekat bunuh diri.""Kamu masih bisa hidup setelah semua itu?"…Mata Jessica membelalak, pupil matanya menyempit. Melihat pesan-pesan jahat itu, rasa penasaran yang selama ini dia simpan akhirnya terjawab.Pantas

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 97

    Jessica mengernyitkan dahi. Begitu melihat Calvin, reaksi pertamanya adalah menghindar. Dia tak ingin terlibat urusan apa pun lagi dengan mereka.Namun.Tepat saat itu, Calvin seperti menyadari keberadaannya, lalu menoleh dan melihat ke arahnya.Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka saling mengunci.Sorot mata Calvin agak cerah. Dia melangkah cepat mendekat, suaranya terdengar agak terkejut."Jessica, kamu juga di sini?"Lalu, ekspresinya berubah jadi cemas dan perhatian."Ada apa? Kamu sakit?"Jessica menatapnya dingin, menggeleng pelan. Dia menjawab, "Terima kasih atas perhatian Pak Calvin. Aku baik-baik saja."Calvin menghela napas lega, tetapi melihat sikap dinginnya, hatinya terasa sesak.Suasana mendadak jadi canggung.Jessica menatap mereka berdua dengan sorot dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, Calvin tiba-tiba menarik pergelangan tangannya."Jessica, dengar dulu penjelasanku."Ekspresinya penuh keteguhan. Dia langsung menumpahkan semua yang belum sempat dikatakan di

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 96

    Wajah Ella pucat seperti kertas, tubuhnya sedingin es, dan dia sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.Dany langsung menggendongnya dan melangkah cepat menuruni tangga, sementara Jessica memungut ponselnya dan segera menyusul.Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Ella langsung dibawa ke ruang gawat darurat.Di lorong rumah sakit.Jessica menunduk. Ekspresinya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Nada suaranya terdengar berat."Ini semua salahku. Kalau saja aku lebih cepat menyadari perubahan suasana hati Ella, semua ini pasti nggak akan terjadi."Beberapa hari ini, dia terlalu sibuk menyelidiki masalah Keluarga Sudarso, ditambah Ella memang sudah lama tidak kambuh, makanya Jessica menjadi lengah.Namun, Dany sama sekali tidak menyalahkannya. Dia mengepalkan tangan dan memukulkannya ke dinding dengan keras, seolah tak merasakan sakit sedikit pun."Ini bukan salahmu. Aku juga gagal jadi seorang kakak."Suaranya serak, penyesalannya sama dalamnya dengan Jessica.Namun.Karen

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 95

    Ricky terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dan mulutnya terus bergumam."Ibu."Calvin mengernyit. Hatinya ikut teriris. Dia mencoba menenangkannya."Ricky, kalau kamu sembuh, Ayah akan ajak kamu ketemu Ibu, oke?"Mendengar itu, Ricky pun berhenti rewel. Dia memejamkan mata dan tertidur lelap.Sindy menggigit bibir bawahnya.Anak tak tahu terima kasih ini … Dia sampai rela mempertaruhkan nyawa demi menemani anak itu cari kunang-kunang ke luar kota, tetapi yang ada di kepala anak itu tetap saja Jessica.Dia berpikir sejenak, merasa tak terima begitu saja, lalu mulai menjelekkan Jessica di depan Calvin."Calvin, Nona Jessica benar-benar kejam. Dia memanfaatkan kerinduan Ricky padanya buat mendorong Ricky melakukan hal berbahaya begitu."Begitu kata-kata itu meluncur, suasana di dalam kamar seketika membeku.Calvin mengerutkan kening lebih dalam. Dia berkata dengan nada tak senang, "Jessica bukan orang seperti itu. Ini pasti ada kesalahpahaman. Aku nggak mau dengar ucapan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status