Setelah acara pernikahan dan resepsi itu selesai, yaya dan ryan langsung pergi darisana. Tak lama kemudian, yaya dan kak ryan sudah sampai di tempat tujuan. Rumah itu besar. Bahkan sangat mewah. Semua interior-nya terlihat berkilau dan sangat modern. Walau rumah yaya juga tak kalah besar dan mewah.
Kak ryan langsung saja berjalan meninggalkan yaya begitu saja. Bahkan dia tidak mengajaknya untuk masuk.
"Dasar bossy" ejek yaya. Dia berjalan masuk sendirian kesana. Mustahil menunggu kak ryan untuk menyuruhnya masuk.
“Mau atau tidak. Seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai”Pagi ini yaya bangun dengan perasaan lega. Tidurnya semalam sangat nyenyak. Padahal kemarin itu sangat melelahkan. Entahlah.Yaya mulai membersihkan dirinya. Dia menatap koper milik nya. Mungkin dia akan merapikan pakaian nya nanti. Dia hanya aka
“Jangan nyerah. Pernikahan itu cuman sekali dan sebisa mungkin kamu harus mempertahankan pernikahanmu”Keesokan pagi-nya, yaya berjalan kelantai bawah untuk menyiapkan makanan seperti hari kemarin."Pagi bi" sapa yaya pada para pekerja disana
“Ini hidupnya. Jadi dia tidak akan membiarkan orang lain menghancurkan nya”~Keesokan harinya yaya menjalani kesibukan seperti hari biasanya. Memasak lebih dulu, baru setelah itu siap-siap untuk olahraga pagi. Sepertinya dia akan lari keliling kompleks pagi ini.Ini hari sabtu, dan kak ryan tentu saja libur.Yaya telah siap dengan kostum olahraga sopannya dan hendak turun kebawah. Apa kak ryan juga suka berolahraga ?. Saat sampai di lantai bawah, yaya malah menemukan diana disana. Pagi-pagi sudah berada di rumah orang. Memang tidak punya tata krama wanita itu."Makan dulu yuk sayang. Udah aku masakin nih" ucap dianaYaya tertawa miris mendengarnya. Dia yang memasak ? Apa yaya tidak salah dengar ?"Kenapa tertawa ?" Tanya diana saat mendengar yaya yang tertawa di belakangnya. Namun yaya hanya mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban."Pagi-pagi udah boong aja" jawab yaya enteng
“Percuma. Sekeras apapun mencoba, dia nggak akan bisa cinta sama kamu”Yaya sudah mulai bekerja lagi di rumah sakit. Kali ini dia mengambil jadwal di hari Jumat-Minggu. Itu akan membuatnya sibuk sehingga tidak akan bertemu dengan kak ryan saat akhir pekan.Ini adalah hari sabtu. Jadi yaya sudah siap dengan pakaian kerjanya. Dia bahkan tidak meminta izin pada kak ryan.
Saat Yaya barusaja kembali setelah makan siang, dia menerima telepon dari ruangan suaminya dan memintanya untuk segera datang kesana. meski sudah diminta untuk datang, dia tidak langsung pergi dan malah menghabiskan minuman miliknya terlebih dahulu.beberapa menit kemudian, ponselnya mulai berdering. jika sebelumnya panggilan dari kak Ryan berasal dari telepon kantor, maka kali ini dia beralih menggunakan ponsel.Yaya hanya menatap ponselnya dan tidak berniat untuk menjawab sama sekali. beberapa detik setelah panggilan itu mati, ponsel kembali berbunyi lagi.di lain sisi, di ruang kerja Ryan"Mana Yaya? kamu nggak ajak istri kamu makan siang?" tanya mama Reni. mamanya Ryanmendengar itu, Ryan hanya diam saja dan tidak menjawab apapun. melihat putranya yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya juga membuat dia merasa kesal."Mama nggak maksa kamu buat nikah loh. tapi mama seneng banget akhirnya kamu mutusin buat nikah. Yaya itu pantas buat ka
"Huh! Akhirnya pulang juga." ucap Ryan lega setelah dia menatap pintu yang baru saja tertutup ituYaya yang melihat suaminya menarik napas lega hanya bisa menatap dengan tatapan biasa saja."Apa saya boleh minta naik gaji?" tanya yaya menyuarakan isi pikirannyaMendengar itu, Ryan lalu memandang ke arah yaya dengan sebelah alis yang terangkat. Dia kebingungan"Apa keluargamu sudah hampir bangkrut?" tanya Ryan"Kamu bahkan bisa membeli perusahaan ini atau bahkan menjadi seorang CEO di perusahaan milik keluargamu." lanjutnya lagiYaya hanya duduk dengan tenang sembari tertawa singkat. "Tak apa. Hanya berjaga-jaga supaya saya tidak resign dari sini." balas yaya santaiRyan yang masih tidak puas dengan jawaban itupun, lalu berkata kembali. "Kau meminta naik gaji hanya karena bersikap baik di hadapan ibu mertuamu?" ucap Ryan"Padahal mama berpikir bahwa aku adalah menantu yang baik."Mendengar itu, Yaya lalu menegakkan punggu
Suasana begitu tenang saat Yaya mendorong trolli belanjaan miliknya. Saat ini dia sedang berada di sebuah supermarket. Meski begitu, siang hari ini terasa lebih nyaman. Mungkin itu karena dia selalu menganggap semua hal menarik. Bahkan hal-hal kecil yang tidak pernah dia rasa penting. Tapi itu cukup membuatnya merasa tertarik.Dia memilih beberapa buah dan selalu mengutakan buah kesukaan suaminya. Meski Ryan tidak pernah mengatakan apapun terkait masakannya, dia sudah tahu makanan apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya itu.Beberapa menit berlalu dan dia telah menyelesaikan kegiatan belanjanya itu. Setelahnya, dia menuju kasir dan membayar semua belanjaan miliknya. Berjalan ke mobil dan meletakkan belanjaan itu, tapi dia merasa tertarik pada sesuatu saat ini.Yaya mengarahkan pandangannya pada lantai dua dan tersenyum simpul. Sudah lama dia tidak berjalan-jalan disana dan sepertinya kali ini dia punya lebih banyak waktu. Maka dari itu, yaya melang
“Tolongin sendoknya bi!” ucap yayaDia sedang menyiapkan makan malam saat ini. Pekerjaannya di rumah hanya mengurus rumah dan menyiapkan makanan. Meski kak ryan tidak pernah memintanya untuk memasak. Dia bahkan selalu bersikap ogah-ogahan saat yaya mengajaknya untuk sarapan, ataupun makan malamTapi yaya tetap saja melakukan semua pekerjaan rumah tangga walau suaminya tidak pernah melihatnya. Tidak ada lagi yang dia lakukan selain itu. Itu karena kak ryan menyuruhnya untuk bekerja.Dia menatap arloji di tangannya. Pukul tujuh malam dan kak ryan belum juga pulang. Padahal jam pulang kantor sudah lewat beberapa jam. Sembari menunggu, yaya memakan sepotong kue yang tadi dibeli olehnya.“Paling bentar lagi pulang.” Ucap yaya pada dirinya sendiriWaktu terus berlalu dan yaya sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Dia menatap jam dan waktu menunjukkan pukul Sembilan malam. Akhirnya, dia berinisiatif untuk menelpon suaminya.