Share

Persik

Pukul menunjukkan 13.40. siang itu tak begitu terik, awan awan putih tebal menutupi pancaran sinar matahari. Sehingga mereka tidak perlu takut apabila kulit terbakar karena pancaran matahari. Memang, bulan ini sedang musim nya bulan rindu, Musim hujan.

Siang itu, demi nama anggur merah, Andro dan Gede rela menunggu gerombolan Nathan di halaman depan Kampus. Tak luput juga Puput yang juga ada di sana. Mereka bertiga datang lebih awal.

Mereka bertiga serempak duduk di kursi panjang tepat dibawah pohon besar. Didepan mereka terdapat bundaran taman air mancur yang luas. Ditengah - tengah taman itu berdiri kokoh sebuah patung besar berbentuk dewi bersayap lebar dengan tangan kiri memegang buku, dan tangan kanan memegang globe.

Memang, taman itu merupakan sebuah icon dari kampus biru, taman itu terletak di depan halaman kampus, siapapun orang yang memasuki pintu gerbang kampus, pasti mereka akan disuguhkan dengan pemandangan indah air mancur dan patung besar itu. Karena taman itu terletak di akses jalan keluar masuk kampus Utpala.

Andro sangat menikmati pemandangan taman itu. Bahkan ia melongo, ia melamun melihat sosok patung Dewi yang berdiri tegak dihadapannya.

Gede menyadari Andro sedang berfikiran kosong. Terlintas hal iseng di otaknya. Seakan sekarang lah kesempatan emas bagi Gede untuk menjailin Ia memetik rumput di hijau bawah kursi.

Ditengah - tengah lamunan Andro, mendadak buyar setelah Gede dengan sengaja melolohi sepotong rumput ke mulut Andro.

"Bwak..." Andro kaget setelah merasakan getah klorofil di mulutnya.

"Anjing Lu de". Ucap Andro marah.

"Hahahaha, lagian lu Ndro, siang bolong melamun" Gede tertawa lepas setelah sukses menjaili Andro.

"Lagian gua heran, tuh Dewi kenapa pegang buku sama globe ya de?" Tanya Andro, karena memang sedari tadi ia memikirkan hal random itu. Membuat dirinya sesaat melamun.

"Ya elah Ndro, lu dari tadi mikirin itu? Kan emang buku jendela dunia, sedangkan globe itu melambangkan dunia dapat kita genggam, intinya, jika Lo mempunyai banyak ilmu, tidak mustahil untuk menguasai dunia" ujar Gede yang menjelaskan makna patung Dewi itu.

Andro seakan takjub dengan penjelasan Gede. Selama kuliah di kampus biru itu, Andro baru kali ini mengetahui makna itu.

"Anjir, keren banget kata kata Lo" puji Andro kepada Gede.

"Ndro Ndro... Selama ini lo kemana aja? Udah mahasiswa tua masih belum tahu hal itu". Gede geleng - geleng kepala, karena memang setiap mahasiswa di universitas Utpala pasti tahu akan makna dari patung Dewi bersayap di taman air mancur itu.

"Lagian ya, kenapa tuh Dewi enggak pegang sebotol anggur sama gelas aja?" Ucap Andro dengan pertanyaan ngawurnya.

"Hahaha, emang lu otaknya bengkok, kalau gitu namanya Dewi Mabok dong Ndro" jawab Gede.

Disela sela mereka sedang mengobrol kan hal random, tampak dari jauh mobil Expander Cross berwarna merah dari arah gerbang kampus menghampiri mereka.

"Itu mereka!" tunjuk Puput ke arah mobil itu, akhirnya yang mereka tunggu pun datang juga.

Beberapa detik kemudian, Mobil merah itu berhenti tepat didepan mereka bertiga.

Nathan turun dari jok kemudi itu, dengan kacamata hitam dan kaos putih polosnya ia keluar dari mobil. Ia terlihat cool. Bagaikan pangeran tampan yang turun dari kudanya.

"He's peach of a guy"

Ucap Puput tanpa sadar, ia terpana melihat ketampanan Nathan, bahkan ia tak membiarkan kelopak matanya berkedip sekalipun.

"Maaf telah buat kalian menunggu" sapa Nathan kepada mereka bertiga.

Meskipun saat itu tepat pukul 13:58, Nathan tetap meminta maaf atas ketelatannya, padahal sebenarnya Ia sama sekali tidak telat.

"Xixi, Gapapa Nat, kamu tidak perlu minta maaf" jawab Puput dengan senyum manis nya.

Puput terlihat membawa tas yang penuh dengan isi. Ia telah menyiapkan perlengkapan apa saja yang dibawa. Begitu juga dengan Gede, ia terlihat mengenakan jaket tebal yang hangat. Gede nampak sudah mempersiapkan semuanya juga.

Namun berbeda dengan Andro, ia hanya membawa tas dengan isi seadanya. Mungkin hanya membawa baju ganti dan cas handphone saja. Bahkan ia hanya mengenakan kaos hitam dan jeans saja, tanpa mengenakan jaket.

Melihat Andro yang tanpa persiapan itu, Nathan sedikit mengomentari Andro. Ia bertanya " Ndro, lu gini doang ?".

"Iya, mau bawa apalagi?" Jawab Andro dengan santai.

"Serius? Disana dingin ndro" tanya Nathan yang ingin memastikan.

"Yaelah Nat, lu peduli amat deh, lagian tujuan gua bukan buat liburan ke gunung, tapi pingin mabok" jawab Andro.

Nathan pun menyerah, ia tak lagi mengingatkan Andro, dengan menarik nafas dalam dalam ia berkata "serah lu deh ndro, awas aja ntar menggigil"

"Woles kali Nat, ntar kan ada Amer yang ngangetin badan" ucap Andro sembari senyum kecilnya.

"Yaudah, cepet naik" . Ucap Nathan mempersilahkan mereka bertiga untuk menaiki mobilnya.

Mula - mula, Andro pun memasuki mobil, ia membuka pintu bagian belakang, ketika hendak ia akan menaiki mobil ia melihat Axel dan Jena sudah duduk di bagian kursi paling belakang.

"Eh kalian udah disini" ucap Andro yang menyapa mereka berdua.

"Yap" saut Jena dengan senyum.

Memang sebenarnya Andro tidak begitu terlalu mengenal dekat dengan Jena dan Axel. Tapi setidaknya mereka masih dalam satu jurusan. Andro dengan Nathan pun juga tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh, hanya saja mereka berdua dalam satu tim basket yang sama.

Ketika Puput hendak membuka pintu mobil bagian depan, tiba tiba ia dihentikan oleh Nathan.

"Ups... No no... Puput duduk dibelakang juga" Larang Nathan sembari mendorong pintu mobil itu.

"Kenapa Puput tidak boleh duduk didepan?" Tanya Puput dengan wajah yang melas.

"Kursi itu udah dipesan, Puput duduk belakang Yaa" dengan jurus senyum manis Nathan, akhirnya Puput pun luluh, ia hanya terdiam memandangi wajah Nathan.

Beberapa detik kemudian Puput mengangguk, seakan mulutnya tak kuasa lagi untuk membantah. Akhirnya Puput pun duduk kursi belakang bersama Andro dan Gede.

Setelah mereka semua memasuki mobil, Nathan pun menginjak pedal gas nya. Mereka akhirnya berangkat ketempat tujuan.

Beberapa menit berlalu. Laju mobil mereka terhenti, karena mereka terhalang lampu lalu lintas di sebuah pertigaan, warna merah lampu lalu lintas itu memaksa Nathan menghentikan mobilnya sejenak.

90 detik kemudian, lampu itu berganti menjadi kuning, dan menjadi hijau. Tanda mereka boleh melanjutkan perjalanan. Namun, bukannya Nathan membelokan mobilnya ke selatan, malah ia lurus terus ke arah barat.

Puput yang dari tadi memperhatikan jalan pun seketika protes. "Nathan, kenapa kamu lurus ? Bukannya arah puncak itu belok ke selatan?" Tanya Puput dengan kebingungan.

"Eh iya, ngapain lu lurus ke barat Nat?" Andro pun ikut menanyakan.

"Njemput orang yang sudah mesen kursi depan" jawab Nathan dengan singkat sembari fokus menyetir.

"Emang nya siapa Nat?" Tanya Puput yang semakin penasaran.

"Entar kamu juga tau put" jawab Nathan yang tak mau memberikan jawaban pasti.

Akhirnya, Puput dan Andro pun tak mempertanyakan lagi, meskipun mereka masih diliputi rasa penasaran.

11 menit kemudian, sampailah mobil itu didepan perumahan yang tak begitu mewah, namun cukup untuk menaungi keluarga kecil.

Rumah bercat putih dengan nuansa biru muda itu terletak di persimpangan jalan 8 blok dari perempatan. Rumah itu termasuk dalam blok F dan nomor 8.

"Tunggu sebentar". Ucap Nathan yang sembari turun dari mobilnya dan berjalan kearah pagar besi rumah itu.

"Permisi" ucap Nathan dengan lantang.

Namun ia tak kunjung mendapat jawaban.

Ia pun bermaksud untuk mencoba mengecek lagi apakah ada orang didalam.

"Permisi"

Selang beberapa detik pun berlalu, sama seperti sebelumnya, tak kunjung ada jawaban dari pemilik rumah itu.

Nathan pun berusaha mengecek pintu pagar apakah dikunci apa tidak, ternyata pintu pagar itu tidak terkunci.

Nathan pun melihat lihat sekitar rumah itu dan menunggu pemilik rumah itu keluar.

Beberapa detik kemudian Nathan baru menyadari bahwa mobil putih yang biasa terpakir di bagasi itu tidak ada disana. Hanya terlihat sepeda gunung usang yang tersandar di tembok.

Nathan pun mencoba memasuki pintu pagar itu tanpa permisi.

Lalu ia mencoba sekali lagi untuk mengecek apakah ada orang di rumah itu.

Kemudian ia menekan bel pintu yang terpajang di sebelah kiri atas dekat pintu kayu rumah itu.

Dan sama seperti sebelumnya, tak ada sesosok orang pun yang keluar, bahkan Nathan pun tak mendengar suara apapun. Layaknya rumah yang tak berpenghuni.

Namun, ketika Nathan melihat kebawah pintu. Terdapat sepatu hak rendang merek Louis Vuitton berwarna coklat berserakan didepan pintu itu.

"Dasar nih anak" ucap Nathan dengan sebal setelah melihat sepatu itu.

Lalu Nathan mencoba untuk membuka ganggang pintu itu. Ternyata, pintunya tidak terkunci.

Akhirnya, Nathan pun memberanikan diri untuk masuk rumah itu dan langsung bergegas naik tangga keatas. Seakan ia sangat familiar dan sangat mengenal denah rumah itu.

Sampailah Nathan dilantai dua, dan ia berdiri disebuah kamar yang pintunya juga tidak terkunci, bahkan pintu kamar itu sedikit terbuka.

Dari sela sela pintu yang terbuka itu, terlihat wanita cantik dengan mengenakan celana dalam dan tanktop saja, wanita itu tertidur pulas di kasur yang penuh dengan boneka hyena itu.

Bahkan terlihat dari luar lekukan tubuh indah wanita itu secara samar.

Wanita yang sedang tidur miring dengan pulas memeluk boneka hyena itu adalah Lyora.

Nathan hanya tersenyum melihat Lyora yang tertidur pulas itu. Dengan tenang Nathan melangkahkan kaki pelan pelan dan menghampiri wanita itu.

Lalu Nathan merangsak melompat ke ranjang itu dan ikut membaringkan badannya.

Nathan memeluk pinggang Lyora dari belakang dan menggesek gesekan kepalanya ke leher Lyora dan sedikit menggigit telinga Lyora.

Nathan berbisik"buk, bangun buk". Ia kembali menggigit lembut telinga Lyora.

Sebelum Lyora terlelap, ia menonton sebuah drama Nevertheless. Namun, karena kelelahan, membuat ia tertidur pulas, hal terakhir yang ia lihat sebelum tidur yaitu wajah tampan Songkang. Bahkan wajah itu terbawa hingga ke mimpi.

Saat itu, Lyora sedang asyik asyiknya bermimpi sedang cuddle dengan Songkang didalam tenda.

Sesaat, lyora tersadar bahwa ia merasakan sebuah gigitan di telinganya. Namun ia masih belum bisa membedakan apakah ia di alam mimpi atau di alam kenyataan.

Lantas, Lyora menganggap bahwa ia masih di alam mimpi, ia menganggap bahwa Songkang lah yang sedang menggigit telinganya. Bahkan ia menikmatinya dan membalas pelukan Nathan di alam kenyataan dengan menggenggam tangan Nathan.

Karena Lyora tak kunjung bangun, Nathan pun mulai mengecup leher Lyora dari belakang.

"Buk, bangun" bisik Nathan sembari terus mengecupi seluruh bagian leher Lyora.

"Ah..." Desah Lyora, ia semakin menikmatinya. Yang ada dipikirannya saat ini yaitu Songkang sedang asyik mencumbunya dengan lembut.

Mendengar Lyora yang terlihat menikmati itu, gairah Nathan pun semakin liar, tangannya mulai merangsak hingga ke dalam tanktop Lyora.

Semakin lama dirasa, Lyora semakin sadar bahwa yang ia rasakan kali ini bukan lagi mimpi. Karena, tidak mungkin mimpi akan terasa nikmat seperti ini.

Lyora pun memberanikan diri membuka matanya, untuk memastikan apakah yang ia rasakan ini benar benar mimpi atau tidak.

Ketika ia benar benar sadar dari mimpinya, ternyata ia masih merasakan geli-geli enak di lehernya. Bahkan gerakan lembut jari jemari telah menguasai seluruh dadanya .

"Gak mungkin Songkang disini kan?" Ucap Lyora dalam hati sembari sedikit mendesah.

Karena Lyora sudah sepenuhnya sadar dan ia merasa ada seseorang dibelakangnya, ia berusaha untuk menghentikan gerakan mesum orang itu. Namun, hati Lyora enggan segera menghentikan orang ini, karena rasa nikmat yang ia rasakan ini seakan menahannya untuk segera memberontak.

Beberapa detik kemudian pun Lyora memberanikan diri untuk memberontak. Ia menghirup nafas dalam dalam, dan... hap, ia membalikan badannya ke belakang.

Bukan sosok Songkang yang ia lihat, melainkan wajah sange Nathan yang ia liat.

"Bunny... Ngapain kamu di kamarku?" Ucap Lyora yang berusaha memberontak belaian Nathan.

Tak menjawab sepatah kata pun, Nathan kembali mengecup hidung Lyora, bahkan ia mencium lembut bibir Lyora.

Perasaan Lyora pun campur aduk, ia khawatir dan panik, ia bertanya tanya dalam hati, bagaimana bisa Nathan berada di kamarnya?

Setelah Lyora sedikit membalas ciuman Nathan, Lyora memberontak dan sedikit mendorong badan Nathan. Lalu berkata

"Bunny... Nanti Mamaku tau". Lyora terlihat khawatir.

"Mamamu belum pulang kok buk" jawab Nathan.

"Jam berapa sekarang ?" Tanya Lyora dengan was was.

"Setengah tiga lebih" jawab Nathan dengan santai

"Ihh... Mama habis ini pulang tahu" ucap Lyora sembari menarik selimutnya dan menutupi badannya dengan selimut itu.

Kemudian Nathan pun beranjak dari ranjang itu dan ia berdiri sembari berkata. "Kamu sih gak bangun bangun, jangan salahkan aku jika bangunin kamu secara paksa" ucap Nathan sembari tersenyum licik.

"Sono sono buruan pergi, keburu mama datang" usir Lyora yang begitu panik.

"Kamu juga harus ikut pergi denganku buk" ucap Nathan.

"Hah? Emangnya mau kemana?" Tanya Lyora yang kebingungan.

"Udah buk, gak usah banyak tanya, buruan ikut" jawab Nathan.

Lyora pun berdiri dan mengambil rok hitam yang ada di lemarinya. Lalu memakainya.

"Mau kemana sih Bun? Misterius banget" ucap Lyora yang penasaran sembari menarik resleting rok nya.

"Buruan ah" jawab Nathan yang enggan memberikan kemana tujuan mereka pergi.

"Yaudah Sono tunggu diluar, aku mau ganti baju" usir Lyora.

Nathan pun melangkah kakinya dan pergi hingga mendekati pintu kamar.

Namun bukan nya pergi keluar, malah ia menutup pintu kamar dari dalam.

Melihat Nathan yang enggan keluar membuat Lyora sedikit jengkel. Ia berkata "ish... Sono bun pergi, aku mau ganti baju dulu"

Nathan pun kembali menunjukan senyum liciknya, ia berkata "gak boleh ya aku lihat?"

"Ish... Nyebelin... Yaudah aku gak akan ganti baju, aku ga mau pergi" Lyora terlihat ngambek.

Melihat Lyora yang terlihat ngambek, Nathan pun semakin senang untuk terus menggoda Lyora.

Tak Sengaja Nathan melihat sebuah Jaket tebal yang tergelantung di cantolan pintu, ia pun mengambil jaket itu dan melemparkan kearah Lyora. Sembari berkata "udah pakai ini aja"

Lyora yang masih jengkel dengan Nathan pun enggak mau melakukan apa yang Nathan inginkan. Akhirnya, Nathan pun berinisiatif memakaikan jaket itu kepada Lyora.

Setelah itu, Nathan pun dengan paksa menarik tangan Lyora dan menuntun kebawah.

Dengan wajah kecut, Lyora pun hanya pasrah terhadap tarikan Nathan, dan menurutinya dari belakang.

Akhirnya, hanya dengan mengenakan jaket dan rok hitam pendek, Lyora ikut bergabung dengan rombongan yang lain untuk pergi ke puncak.

___________

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status