Share

Afterglow

Penulis: Wiselovehope
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 11:44:55

Joy malam itu tertidur dalam buai Rey, Keduanya begitu lelah, tapi pula terlalu senang hingga tak ingim memejamkan mata. Saling bercerita di tengah usaha mereka mengeksplorasi cinta. Cinta yang sedalam-dalamnya antara pria dan wanita dewasa, yang sekarang bukan lagi pintu terkunci di dalam taman rahasia surgawi.

Hmm, dini hari Joy sempat terjaga sementara Rey masih pulas. Setengah sadar dan masih di awang-awang, ia berpikir, "Lho, di mana aku kini, aih aih.. kok di sebelahku.."

"Rey terlelap hanya berselubung selimut tipis, dan mengapa aku juga... ," panik Joy seraya memegang tubuhnya yang terasa polos, tak memakai piyama seperti biasa. "Apa yang kami lakukan, ini di mana? Dan, di mana mamaku?"

"Joy, kamu.." Rey tersenyum dalam tidur, sepertinya mengigau. "Tadi sangat menyenangkan. Yuk, kita coba lagi. Ah, aku kecanduan dirimu. Ternyata bercinta itu luar biasa sekali ya."

Joy terhenyak. "R.. rey? Kamu di sini?" ia masih belum sadar sepenuhnya, malah refleks menyibak selimut yang mereka pakai bersama.

"Aww.. kita tadi abis ngapain sih... ???" ia malah spontan menutup mata dengan tangan, begitu tersaji 'pemandangan' yang masih begitu baru baginya, tubuh berkulit terang dan polos suaminya yang begitu mulus sekaligus indah. Rey memang bukan tipe pria tinggi besar yang 'bulky dan hairy', tapi langsing, kuat dan atletis, dengan figur yang begitu youthful dan sekaligus mempesona. Seperti sepotong cheesecake lezat, manis dan 'creamy'.

"Joy, yuk sini. Jangan jauh-jauh. Pengantinku yang baru kuperawani." igau Rey lagi.

"Kau pe...ra.. wa.. niii ???" Joy menjerit malu, tapi matanya yang kabur alias blur minus 8 tanpa kacamata maupun softlens malah tergoda untuk menatap lebih dekat. Rey yang juga entah pura-pura tidur atau ngelindur, malah menariknya lebih erat ke pelukannya,

-dan sekali lagi mereka terjatuh ke dalam petualangan cinta, ibarat terjatuh dalam gravitasi tersedot lubang hitam terdalam, menelusuri palung terendah di dasar lautan mimpi, dan mencoba segalanya yang sebelumnya hanya ada dalam angan-

Joy menikmati benar jari-jari lentik Rey di wajahnya, turun ke lehernya, lalu ke bagian atas dadanya, kemudian telunjuk sang pangeran membelah kulit bagian sensitifnya perlahan bagaikan pedang hingga Joy gemetaran, tepat dari belikat hingga ke belahan bukit kembarnya yang seakan mengencang, sementara jantungnya berdebar begitu keras. Di masa lalu, Rey belum pernah sejauh ini, tapi belaiannya, remasan tangan lembutnya, sentuhannya seperti seorang maestro pelukis sedang menggoreskan karya agung di atas kanvas terbuka nan menunggu untuk dicoret habis-habisan.

Belum lagi saat Rey mengarahkan tangan-tangan Joy yang lembut dan pemalu itu, si tomboy yang saat virgin begitu takut dan tak nyaman pada sembarang laki-laki, namun berubah gemas dalam rasa penasarannya. Rey mengajaknya ke situ, ke bagian terlembut sekaligus terkeras dari tubuh seorang pria. "Ini, lihatlah, cobalah, bagaimana rasanya?" bisik Rey rendah, sambil mengeluarkan suara bas yang betul-betul merdu di telinga Joy, desahan penuh kenikmatan. "Come on. Tak usah malu-malu."

"Rey, ah, sungguhkah kau suamiku sekarang? ini bukan mimpi rupanya. Uh, sebal sebal sebal. Gregetan." Joy jatuh lagi ke dalam keindahan magis sang pangerannya. Hingga pagi menjelang, kantuk seperti hilang. Dan sudah entah berapa kali.

-Afterglow.-

Keduanya bangun sudah siang saat mentari sudah tinggi, Rey duluan, mengenakan kimono tidurnya lalu keluar dari 'pondok cinta'. Joy sepertinya masih terbuai mimpi. Di pulau yang sepi ini, waktu seakan berhenti. Rey menyiapkan sarapan dan mengantarkannya ke pondok.

"Baby Wify, kamu sudah bangun?" Rey menyapa mesra. Oh, ternyata belum.

Rey pun duduk di peraduan, dengan penuh perasaan dibelai rambut bob merah acak-acakan Joy. Hmm, tubuhnya. Ranum, segar, tak terduga betul ada tomboy yang sebenarnya begitu indah bagai mawar merekah. Cowok-cowok jaman sekolah yang dulu mungkin 'menolak' atau mengata-ngatai Joy sungguh teramat sangat bodoh sekali. Cewek tomboy ber-t-shirt gombrong dan bercelana panjang sebetulnya banyak yang ternyata bertubuh montok dan seksi, apalagi Rey beruntung memperoleh cinta satu tomboy terseksi. "Uh, tak masalah ia bukan Berbi, malah gak ada Berbi begini berisi. Kalau saja bisa disandingkan, mungkin Joy tak kalah seksi dengan patung-patung jadul tapi nakal Dewi-Dewi Mitologi Yunani."  batin Rey nakal.

Tapi bukan hanya suka dan cinta tubuh Joy. Yang Rey suka, sungguh,  semuanya, satu paket lengkap, keseluruhannya Joy. Begitu natural, jujur, apa adanya. Galak kasarnya Joy, aura maskulinnya Joy, malah kadang Rey merasa 'kalah' dalam hal berapi-api. Tapi justru itulah yang ia suka, tomboynya Joy seperti melengkapi sisi lembut dan tenang Rey, dimana tak selalu pria mesti lebih maskulin dan wanita tak selalu harus lebih feminin.

"Kau sudah bangun, Baby Hubby." Joy akhirnya membuka mata. Sadar Rey sudah tertutup kimono tidur yang rapi sementara ia masih berselimut tanpa apapun lagi pada kulitnya, pipi Joy lagi-lagi merona.

"Kubawakan sarapan kita, ayo makan. Hari ini dan seminggu atau sebulan ke depan, kita berdua tak punya kegiatan apa-apa. Makan, minum, terus, berbuat nakal.."

"Uhh, Rey." Joy pura-pura mengeluh. "Kerjaanku di kantor banyak sekali, sudah deadline, masuk tenggat semua."

"Sudah kumintakan cuti tak terbatas untukmu dari Mr. Bee. Jadi kita berdua bebas sepuasnya mau ngapain aja di pulau terpencil ini, mau gak berbusana, bugil, lari-lari berdua di pantai juga aman." goda Rey dengan suara rendahnya.

"Idihh.. Nanti masuk angin." wajah Joy bertambah merah. "Ogah ah, malu sama matahari, awan, burung camar. Gawat kalau terekam mbah Gugel Bumi."

"Oh ya. Kamu gak pernah bikin foto seksi kita. Padahal kamu suka foto-foto." tambah Joy lagi, penasaran. Sambil makan dengan lahap, suap-suapan, dicobanya mengorek rahasia Rey yang tak pernah ditanyakannya saat mereka pacaran.

Rey turut makan. Sambil mengoles roti dengan mentega ia berkata, "Aku sih gak bakal rekam kita, ambil foto kamu, no, no. Aku paling gak setuju kalau cowok rekam-rekam video, foto begituan, atau bahkan melukis nude walau dengan alasan koleksi pribadi. Walau aku fotografer, aku gak setuju."

"Kan indah dilihat."

"Bagaimana kalau bocor, data hilang dihapus pun bisa balik kok. Dan aku juga gak mau ada cowok lain melihat kamu. Walau pake baju seksi pun, aku gak mau." Rey walau pendiam sama seperti Joy, rasa cemburu dan posesifnya pun besar sekali. Mereka saling menjaga dengan keunikan yang sama itu. "Makanya aku ga mau dunia tahu kalau Joy sebetulnya lebih menarik luar dalam, kini aku sudah tahu semuanya tentangmu. Memilikimu adalah keajaiban."

Mereka bertatapan. "Kau senang memilikiku, Joy?" tanya Rey, yang matanya selalu tersenyum saat memandang Joy yang mudah jengah.

"Lebih dari senang. Aku bahagia." Joy merasa hangat dalam hati, sehangat cangkir kopi susu dalam genggamannya.

Usai sarapan, Rey lagi malas romantis-romantisan. "Uh, lengket juga nih. Habis ini kita mandi bareng yuk, Joy my Baby Wify."

"Ba.. bareng?" deg. Deg. DEG.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (2)

    Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (1)

    Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Honey 2 Once More

    Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Art Class

    Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : Innocent Scribbles

    Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Pandora Boxes

    "Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status