Share

Under The Running Water

Penulis: Wiselovehope
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 11:45:54

Belum pernah seumur hidupnya, Joy merasakan sesuatu seperti yang ia rasakan sebelum 24 jam lalu, sebelum bersama Rey dalam arti bersama sedalam-dalamnya. Ada rasa gembira, bercampur malu nan begitu nikmat memabukkan bagaikan candu. Tak bisa lepas lagi dan hanya ingin selama mungkin merasakannya, mencobanya lagi, memutar ulang sensasi itu hanya berdua dengan Rey.

"Ayo, ambil handukmu, atau kimonomu. Kita ke sana berdua, mau mandi pagi enggak?" Rey sedikit gemas karena Joy agak lambat berpikir. Ditariknya ujung selimut yang menutupi tubuh istrinya, hingga Joy akhirnya menjerit panik dan menarik balik selimut itu, karena sungguh,masih malu banget walau semalam mereka sudah lalui berdua entah berapa kali. Tapi di terang benderang seperti pagi menjelang siang ini, kok Joy masih segan.

Rey tersenyum simpul tak mau marah, namun juga tak mau kalah. Ia menyelinap masuk dan menyergap Joy di dalamnya.

"Uh, gemas, nakal kamu, lepaskan aku! Nanti aku teriak lho." Joy geregetan juga, tapi malah membuat Rey bertambah senang, malah jadi ingin lagi seperti semalam.

"Tapi senang kan?" goda sang suami sambil menggelitiki Joy yang masih polos dan belum mandi itu, dan di bawah selimut itu mereka lagi-lagi bereksplorasi sepuasnya. Joy mau marah tapi tak jadi, malah dengan buas ditariknya kimono tidur Rey hingga akhirnya baik selimut maupun kimono itu jatuh ke pasir putih di bawah peraduan mereka.

Bercinta di bawah mentari terang benderang menjelang siang, sungguh luar biasa rasanya. Mereka hampir lupa mandi, padahal sudah hampir jam makan siang.

"Uhh, dasar Rey pangeran kecil yang manis tapi nakal, nakal, nakal, nakal! Menyebalkan, awas nanti aku balas waktu mandi. Tunggu saja giliranmu." wajah Joy merah merona sehabis mereka melakukan 'permainan dadakan' itu, sementara Rey masih memeluknya hangat. "Biarin aja, kan sudah kubilang, cowok baby face itu imut tapi diam-diam bisa sangat berbahaya."

Tak lama, keduanya berjalan bergandengan bersama ke 'tempat mandi' yang Rey tadi sebutkan. Ternyata di tengah-tengah hutan kecil hijau di pulau kecil terasing di tengah lautan biru Evernesia itu, terdapat sebuah mata air alami dengan danau kecil berair sejuk jernih dengan air terjun yang mengalir cukup deras. Seperti di kolam-kolam renang mewah, hanya saja ini masih alami betul. Joy jadi tak sabaran mau berendam sekaligus menyiram diri di bawah derasnya air terjun yang luarbiasa mengundang itu.

"Eh, siapa duluan? Lady first?" Joy memohon.

"Ya sudah, aku tunggu di sini saja." Rey pura-pura pergi menjauh, "Janji aku takkan mengintip."

"Kan kita sudah saling lihat, apa lagi yang perlu kita rahasiakan?" Joy keheranan.

"Kalau begitu, kita mandi bareng saja?" Rey berhenti melangkah.

"Ba, ba, bareng saja?" Joy lagi-lagi dibuat tersipu.

"Tidak mau?" Rey menggenggam kedua tangan istrinya.

"Mau.." aku Joy malu-malu kucing.

Danau itu tak begitu dalam, airnya hanya setinggi dada orang dewasa. Joy malu-malu menceburkan diri, airnya bening dan hangat, segar menyapa kulitnya yang gerah. Di belakangnya, Rey menyusul.

"Hati-hati, di danau ini masih ada buaya." ujarnya serius.

"Bohong kamu." Joy merasa deg-degan, karena ia belum terbiasa ditatap dari belakang seperti ini walau oleh suaminya sendiri.

"Gak bercanda, itu buayanya. Joy, hati-hati!"

"Mana, mana?"

Lagi-lagi Rey menunjuk ke satu arah, membuat Joy spontan berbalik hingga dada mereka beradu. "Uhh, ini.." Rey pun jadi kaget sendiri, tapi ia merasakan ditabrak sesuatu, atau tepatnya dua, bagian depan tubuh wanita yang lunak dan empuk.

"Rey jahat." Joy tanpa sadar malah memeluknya, hingga mereka berdua berangkulan dalam air tanpa ada jarak semilimeterpun, dan kulit basah mereka bertemu.

"Seperti mimpi bisa sedekat ini denganmu." Rey merasa tubuhnya bergetar hebat walau tak kedinginan. Diambilnya dagu Joy dan diciumnya bibir merah merekah itu dengan mesra, "Berduaan tanpa ada apapun yang menghalangi kita." ucapnya lagi.

Saling berpeluk, mereka terus memadu bibir hingga hampir saling menggigit. Menjelajah dagu hairless, leher mulus dan jakun Rey yang menonjol, Joy sungguh suka. Begitu pula sang pangeran beruntung yang baru meminang 'putri' tomboy yang diam-diam bertubuh indah, yang takkan pernah ada bosannya minta ditelusuri dengan jemari dan matanya, bagaikan taman yang indah.

Berduaan di dalam air, lagi-lagi selanjutnya terserah mereka. Tak ada yang berhak mengusik, hanya alam diam-diam menikmati pemandangan yang tersaji indah, menjadi saksi bisu yang hanya bisa menahan ingin dan iri.

"Ayo, mandi." Joy pun deg-degan bukan main, karena apa yang mereka baru alami itu sungguh nikmat rasanya minta diulangi lagi.

"Kumandikan kamu, dan kamu mandikan aku." bisik Rey dengan suara rendah yang paling seksi, yang selalu membuat telinga Joy merinding.

"Tanganmu mesti diborgol. Terlalu jahil, Rey."

"Wah, mau dong, pasrah diapakan saja olehmu seharian." bukannya takut, Rey malah menantang Joy.

"Sebal sebal sebaaal." Joy sekali lagi mencoba kabur dari Rey, tapi suaminya tak mau kalah. Dan akhirnya entah sampai kapan acara 'main air' itu baru selesai, sudah lewat jam makan siang.

"Lapar juga ya. Yuk, kita makan! Kusiapkan makanan terlezat untuk kita." Rey tampak segar kembali setelah mereka balik ke pondok.

Pasangan pengantin baru itu sekarang berbusana santai saja, toh tak ada seorang lainpun di pulau itu.

"Setelah itu, kita tidur siang." Joy menguap.

"Kau hobinya tidur melulu. Ingat sekarang sudah ada aku, suamimu."

"Temani aku tidur siang dong."

"Oh, boleh, boleh, tapi harus siap kuganggu ya." seringai nakal Rey itu langsung dibalas Joy dengan remas gemasnya.

Rey yang hobi masak sudah menyiapkan semua hidangan yang disukai Joy, dan mereka makan dan minum dengan asyik di pantai berpasir putih bersih menghadap ke lautan biru maha luas.

"Ini jauh lebih baik daripada berlibur ke resor bintang lima ataupun ke segala tempat terkenal di seluruh dunia." Joy merasa begitu bahagia hingga hampir menangis haru.

"Ya, sebaiknya kita selamanya saja tinggal di sini, bagaimana?" usul Rey dengan nada serius. "Beranak pinak di sini hingga pulau kecil ini dipenuhi anak-anak kita berdua?"

"Uh, terus terang, aku belum tahu apa aku siap jadi ibu yang baik. Aku begini tomboy." malu Joy.

"Pasti kau bisa." Rey yang lebih suka anak-anak tersenyum. "Anak-anak kita laki-laki semua biar ganteng sepertiku?"

"Waduh, aku nanti tak bisa main masak-masakan dong." protes Joy.

"Main denganku saja. Nanti kuajarkan beberapa resep masakan kesukaanku."

"Uh, bukan tentang main masak-masakannya. Tentang ingin punya anak. Apakah aku calon ibu yang baik? Dulu aku tak begitu berminat tentang dunia anak, kecuali gambar-menggambar tentu saja."

"Kau pasti bisa. Kita belajar sama-sama ya. Hei, anaknya belum ada, perlu kita 'buat' dulu kan?" goda Rey lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (2)

    Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (1)

    Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Honey 2 Once More

    Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Art Class

    Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : Innocent Scribbles

    Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Pandora Boxes

    "Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status