"Kita bermalam di sini?" polos pengantin baru tomboy Joy, saat Rey sang pangeran imut sang mempelai pria, menggandengnya mesra ke sebuah tenda yang hanya berselubung kain putih berenda halus semi transparan, indah dan romantis berhiaskan bunga-bunga mawar segar dan di bawahnya, di atas pasir putih, berderet puluhan lilin-lilin imitasi yang telah dinyalakan sebelumnya.
Rey mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Biasanya ia lebih suka tampil sederhana, tapi malam ini tampaknya ia betul-betul all-out mempersiapkan bulan madunya dengan Joy. Membawanya ke tempat terpencil di ujung dunia dimana tak ada seorang pelayanpun, nyaris tak ada fasilitas mewah, kecuali semua yang telah dirancang khusus olehnya. Rey memang pangeran yang walau sangat down-to-earth, tapi juga sangat sophisticated.
"Mengerikan." Joy malah sedikit bergidik membayangkan akan bermalam di dalam sana, walaupun di atas sebuah peraduan berwarna pink nan empuk dan nyaman -bukan ranjang- yang berhiaskan seprai super halus bertabur bunga mawar merah. Romantis abis, sangat manis, sangat seksi. Tapi..
"Mengapa?" heran Rey. "Tak suka?"
"Terlalu terbuka." Joy yang jarang sekali berpakaian seksi, apalagi berbikini, apalagi tanpa apa-apa, mendadak malu sendiri.
"Oh, itu. A.. aha ha ha ha." Rey lagi-lagi tertawa. "Takut ada pengganggu? Yang bisa mengusik dan mengintip kita di sini paling-paling bintang-bintang, nyamuk-nyamuk nakal, kelelawar dan bila siang, burung-burung camar."
"Yakin?" Joy tahu lokasi ini super privat, tapi tetap saja masih malu-malu kucing.
"Iya, aku saja yang bisa melihatmu, dan kamu juga sebentar lagi akan melihatku. Aku yang asli."
"A.. asli? Memang kau vampir? Aww.." Joy mengerti, tapi ia tak berani berkomentar. "Sungguh, aku gak mengerti."
"Dasar Joy. Aku tahu sebenarnya kau sedikit nakal juga, kita sama."
"Iya sih." tersipu malu, Joy teringat pas masih kuliah ia sering menemukan foto-foto artistik pria-wanita tanpa busana di perpustakaan kampus. Tergantung dilihat dari sudut pandang mana, bisa jadi menarik, bisa jadi erotik.
"Gak munafik, aku sudah pernah lihat foto dan gambar begituan sebelumnya. Tapi secara langsung, ehh.. belum."
"Aku juga belum. Sama dong. Kita belajar sama-sama ya mulai malam ini." polos sang pangeran, pasang tampang baby face paling innocent.
"Dasar Rey."
Joy tahu, ia sudah boleh melakukan apapun dengan Rey mulai hari ini, mulai malam ini. Dan Rey masih menunggunya dengan cukup sabar, ini adalah hal yang masih sangat baru juga bagi keduanya.
Selama pacaran, mereka cukup tahan iman hingga saat ini, berhasil untuk tak berbuat hal yang masih tabu itu saat belum resmi, tapi tabu itu telah tak tabu lagi, apalagi malam semakin larut.
Rey membimbing Joy ke dalam pondok cinta mereka. Disibaknya tirai yang melambai-lambai ditiup angin laut malam hari, lalu segera menutupnya lagi.
"Dingin? Sebentar lagi dijamin hangat kok." diledeknya Joy, yang seketika jadi jengah. Ini sangat mendebarkan dan menegangkan bagi si polos Joy yang masih malu-malu, setidaknya, karena pertama kalinya bersama di satu titik sebagai suami istri."Iya, dingin."Joy membiarkan Rey mendekapnya. Hangat. Mereka saling memandang dalam keremangan."Di sini, hari ini, dan seterusnya, kita mulai kisah kita." katanya takzim."Janji mau pelan-pelan dulu?""Hah?" jengah Rey, mata sipitnya membesar."Iya, uh, takut sakit."Rey tergelak. "Aku baca sedikit tentang itu. Gak sakit katanya. Asal cukup dipanaskan saja." ucapnya sedikit lebih rendah."Memangnya mesin, pakai pemanasan segala?""Seperti itulah." mata Rey seakan tersenyum. Joy membuang pandang malu. Sama Rey sih, gak akan susah. Membayangkannya saat mereka ke kolam renang, Rey hanya pakai celana renang selutut saja, Joy jadi jengah. "Apalagi bila Rey, uh.."Sebenarnya perempuan sama saja dengan laki-laki, punya nafsu beranak-pinak juga. Jadi, untuk apa malu-malu? "Di sini, toh aku sudah resmi dengan Rey dan tak ada Chelsea atau siapapun yang bisa membuatku cemburu lagi." Joy tak lagi malu, malah saat teringat akan Chelsea entah mengapa ia terpacu untuk lebih lagi ingin menguasai Rey hanya untuknya seorang!
Rey yang sedari tadi diam memandang Joy, tiba-tiba dapat kejutan manis. Joy menarik wajahnya mendekat dan mencium mesra pipinya seperti saat mereka pulang kencan pertama kali.
“Eh, Joy?” pemuda itu gantian jengah, “Hmm, ya, kau memang nakal. Harus dihukum.”
“Sebal aku membayangkan Chelsea dulu dekat denganmu.”
“Aku juga posesif. Kamu hanya untukku saja, bukan untuk siapa-siapa.”
"Sakit engga sih?" Joy lagi-lagi berbisik. "Tapi kata orang, enak."
"Mana aku tahu, kita coba saja,"
Tiba-tiba saja bibir mereka saling memagut.
"Mmhh.." french kiss - istilah asingnya. Joy heran, semua rasa geli dan jijik saat melihat bila orang-orang lain melakukan entah di film atau dimana, tak lagi terasa saat dengan Rey.Rey membimbing Joy menelusuri tubuh rampingnya, saling menyingkap semua yang tertutup. Dan sebaliknya, Joy sungguh tak lagi malu, merasa dirinya bagai Hawa yang ditatap dan menatap Adam di taman Eden untuk pertama kalinya.Dan sungguh, begitu indah ciptaan Tuhan itu. Cinta dan raga berbeda berpadu saling menyempurnakan.
Semua kini sudah tak lagi jadi rahasia. Tangan mereka otomatis saling membelai. Berusaha menggapai satu sama lain tanpa perlu basa-basi lagi. Tanpa perlu banyak kata-kata lagi. Rasanya sesuatu sudah sangat mendesak ingin segera diwujudkan.
Mereka tak butuh waktu lama untuk eksplorasi pertama itu, dan semua yang dinanti pun terjadi, bagai adegan lambat tetapi tetap terasa terlalu singkat. Bagaikan ritual agung yang mengantarkan dua anak manusia menuju kedewasaan. Menikmati setiap rasa pertama melihat, mencoba, mengenal keintiman sedalam-dalamnya antara pria dan wanita.
Deg. Sesuatu menyala, seakan waktu terhenti. Dan keduanya berpegangan, mencengkram erat-erat, seakan tak mau dipisahkan lagi.
"Rey, ini mimpi ya? Mimpi beneran yang basah kuyup seperti diguyur hujan badai lalu dipuncaki petir menggelegar?" ucap Joy saat mereka selesai yang pertama kali itu.
"Sepertinya begitu." si pangeran menyeringai, "Terlalu indah ah. Gak mau bangun lagi. Sekarang aku sudah resmi jadi pria dewasa." tambahnya nakal. "Bagaimana, sakit engga?""Pertamanya, iya, sedikit." malu-malu Joy menyahut. "Uh, tapi, aku tak bisa berhenti. Sekarang aku mengerti, kok sekali berbuat, gak bisa lepas lagi.""Lanjutkan?""Dasar Rey."... (kedua kali, imajinasikan saja sendiri).
"Ada yang ingin kukatakan, Joy."
"Apa itu?""Kau harus dihukum karena membuatku tambah mencintaimu! Mulai malam ini, kau harus selalu siap aku nakali 24 jam sehari. Perintah pangeran Rey." nadanya angkuh."Kalau aku menolak?" tantang Joy sebal, tapi senang juga bila Rey bilang cinta begitu, walau angkuhnya terlalu 'dibuat-buat'.
"Nanti kutinggalkan kau sendirian di pulau ini, mauu?" Rey pura-pura bangun dari tidurnya, hendak berpakaian lagi.
"Oh, no no no. Awas kalau kau berani! Sudah kaujadikan aku begini."
"Lagi." Joy menarik lembut suaminya untuk bergumul intim sekali lagi.
Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup
Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung
Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan
Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y
Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil
"Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet