Coba tanyakan kepada semua orang yang mengenal keduanya. Apakah Joy maupun Rey biasanya begini liar? Hmm.
Joy tak pernah terkesan seperti cewek genit, liar, atau nakal. No, no, no. Bila saja betul-betul bisa terlihat kasat mata, mungkin sudah ada halo melingkar di atas rambut bob merah kecoklatannya. Murid alim dan anak baik-baik, seperti gadis sekolahan sejati yang dipingit, pulang pergi belajar dari sekolah atau kursus, langsung wajib masuk rumah dan tak kemana-mana lagi di malam hari. Bukan anak gaul, apalagi anak disko. Minum bir seteguk dua saja ia gampang mabuk, apalagi wine. Rokok tak pernah ia beli, hanya pernah mencoba sekali, dan spontan terbatuk-batuk hingga kapok. Sejak itu ia bersumpah, gak mau dekat atau jadian sama cowok perokok, gak perduli seberapapun tampannya.
Begitu pula Rey. Si pangeran innocent yang sama sekali tak ada perawakan, tampang, maupun aroma-aroma playboy-nya. Walau punya sepeda motor, ia bukanlah biker sejati. Dan saat semua temannya yang
Deg. Deg. Deg.Pangeran Rey muda tak tahu mengapa undangan menggoda itu ia lewatkan begitu saja. Mungkin terlalu bodoh, atau sok sopan, atau sok suci. Bodoh amat apa kata orang. Aku tak ingin terjebak seperti kisah Yusuf dan istri Potifar si Wanita Penggoda. Demikian pikir Rey sambil terburu-buru pergi menelusuri lorong mansion keluarga Chelsea, setengah berlari sambil membawa kamera dan tas sekolahnya yang berat.Pengawal-pengawal dan pegawai rumah besar nan mewah itu terbengong heran dilewati Yang Mulia Pangeran Muda Rey. Tak biasanya pemuda tertinggi penghuni istana itu main ke rumah ini. Biasanya teman-teman pria Chelsea lain betah 'berlama-lama' di kamar si Nona Muda. Kok Pangeran Rey tidak? Mungkin itu bingung mereka yang dilewati, juga kok pangeran yang biasanya sopan kali ini diam saja, tak menyapa."Yang Mulia Pangeran Rey? Kok Anda tidak makan siang dulu di sini? Putri Chelsea sudah menyuruh kami menghidangkan masakan-masakan paling lezat dan minuman kopi
Kolam air hangat itu lamat-lamat mengepulkan uap tipis yang sayup-sayup beraroma sulfur alias belerang di sumber mata air alami, begitu menyegarkan. Joy heran mengapa ada tempat ini juga di pulau yang tak seberapa luas; pantai hangat, air terjun, hutan dan juga di sini, mata air hangat bagaikan di pegunungan tinggi."Padahal tak ada gunung berapi aktif di sekitar sini. Tapi kolam ini bisa terbentuk begini, hampir seperti di Onsen di film-film Zepun.""Makanya Pulau Cinta ini komplit, walau tak ada diskotik, restoran, jetski, sarana rekreasi hiburan bintang lima, atau bahkan pelayan dan pengawal. Di sini kita hanya berdua saja untuk seterusnya, dimana waktu seakan berhenti." Rey duduk berendam di kolam alami yang sama, hanya beberapa puluh sentimeter di seberang Joy."Ya, kalau saja kita tak usah kembali ke kehidupan nyata." tambahnya lagi sambil mendekat, lagi-lagi membawa Joy berdekatan hingga tubuh polos mereka beradu dan saling berpeluk. Uap yang mengepul dari a
Si gadis jelata Joy di waktu kecil, kira-kira usia SD, bukannya tak pernah sama sekali tercemar hal-hal begituan, walau dalam skala terkecil sekalipun. Meskipun ia tumbuh dalam keluarga penuh sopan santun dengan tata krama dan etika yang baik, bukan keluarga broken home, melainkan keluarga ideal berkecukupan yang bahagia dan sejahtera, tipe ideal dunia Ever. Ia masih teringat saat pertama kali diizinkan bepergian ke bioskop pada umur belum genap sepuluh tahun bersama si mbak pengasuhnya (pembantu rumah tangga) ke bioskop terdekat dari rumah, naik becak, kendaraan umum kayuh bertenaga manusia, yang masih populer di akhir tahun 80-an itu. Bukan atau belum seperti bioskop sinepleks berlogo 12, yang beberapa tahun kemudian di pertengahan 90-an muncul di gedung maupun di mal dan plaza bak jamur di musim hujan. Bukan juga layar tancap, ya. Melainkan gedung bioskop tunggal bertarif seribuan, dan sudah ber-AC juga. Tepat di sebelahnya juga ada pesaing, harga tiketnya cuma se
Pangeran Rey muda, mungkin saat masih SMP, juga bukan sepenuhnya anak ningrat nan alim seperti anggapan banyak orang. Menjadi panutan di Evertonia, secara diam-diam sang putra mahkota memiliki flaw-nya sendiri, dimana ia sebenarnya tak ingin begitu. Mungkin karena teman-temannya yang lebih berani mendahuluinya menuju padang rumput luas. Bagai domba yang selama ini terkurung di dalam kandang dan hanya diberi makan rumput hijau segar pilihan, anak-anak alim kerajaan ini pun masih lapar dan haus akan padang rumput dan air di sungai alam liar di luar sana. Rey seperti remaja lainnya, bila berkumpul tentu bukan cuma ngobrolin game, sport, mobil motor atau otomotif, komputer dan hal-hal tipikal pria lainnya. Satu hal lagi, yang tentunya kebanyakan laki-laki di seluruh dunia penasaran. Apalagi kalau bukan masalah memanjakan mata dan yang di bawah itu. Sesuatu yang kadang tak diminta pun ikut bangun, sesuatu yang ukurannya sering dipermasalahkan pemiliknya send
Bila kau baca cerita-cerita novel picisan atau bahkan film-film biru, baik yang kelas A maupun yang ala kadarnya, sepertinya bercinta itu mudah sekali. Hmm, apakah benar demikian? Tinggal masuk kamar, hempaskan ke ranjang, raba sana sini, buka, begituan, dan selesai. Tak semudah itu. Tak senaif itu. Sebab bercinta sebenarnya sangat kompleks, bukan cuma seperti yang dituliskan maupun digambarkan. Mungkin lebih mirip sebuah ritual. Atau penjelajahan, atau penemuan. Ritual, sebab melibatkan dua pihak yang memiliki perasaan dan keinginan, yang tentu tak bisa sembarangan diwujudkan. Karena itulah, maka sebelum dilakukan, sebaiknya meminta restu kepada pencipta, kepada orangtua, kepada keluarga. Sebab tali suci itu perlu terlebih dahulu dirangkaikan. Bukan diikat. Sebab bila diikat, tak selalu yang erat itu nikmat, ada kalanya malah menyiksa. Penjelajahan. Karena setiap mili, senti dan jengkal dari pasangan kita adalah sesuatu yang tidak kit
Selain peristiwa raba-meraba tonjolan misterius di kelas tiga Sekolah Dasar itu, Joy saat kecil pun mengalami masa-masa dimana ia terombang-ambing antara banyak perubahan pertumbuhan sepanjang masa sekolah dasarnya. Masa di mana para orangtua dan guru-guru sekolah belum sepenuhnya berani terbuka dan jujur memberikan informasi mengenai perubahan pada fisik dan diri masing-masing anak, dimana laki-laki dan perempuan bakal menempuh jalan berbeda. Karena adat istiadat Evernesia yang menjunjung tinggi kesusilaan, maka hal-hal yang dianggap tabu menjadi sesuatu yang ketat terselubung. Dianggap bila terungkap akan menjadi bom yang rentan meledak, momok yang menakutkan. Atau sering juga diibaratkan secara halus sebagai kisah bunga dan lebah yang sakral itu, kisah burung pengantar bayi, kisah bayi ditemukan di taman bunga yang indah, dan masih banyak lagi. Tentu saja, semua hal, apapun yang tertutup dan disembunyi-sembunyikan, malah makin mengundang tanya dan curiga.
Joy si gadis kecil sangat berbeda dengan Joy si pengantin baru yang sekarang. Bukannya ia sudah lama berfantasi liar sejak mengenal manisnya dunia terdalam antara pria dan wanita itu. Ibarat Taman Eden yang tertutup, dikelilingi pagar tinggi dimana setelah Adam-Hawa terusir, sepasang malaikat menjaga gerbang dengan pedang terhunus nan bernyala-nyala. Tidak sama sekali. Jadi, tepatnya kapan? Mungkin saat pertama kali mata minusnya diperawani foto hitam-putih milik Vie si karyawati yang sekilas tampak alim namun sebetulnya menyimpan bibit-bibit keliaran yang sama, yang kelak tertiup angin waktu dan sebagian menempel pada benak Joy yang saat itu masih ABG, kata orang bau kencur, alias perawan ting-ting. Gadis tomboy yang sekilas seperti tak berminat kepada laki-laki karena dirinya pun berpakaian mirip anak laki-laki. Foto milik paling pribadi seorang pria anonim alias tanpa nama, tak berwajah, bahkan juga tak bertubuh. Bukan apa yang tergambar di sana yang membuat
Rey, Pangeran Semata Wayang yang lahir dan dibesarkan dalam kemewahan, memiliki segalanya yang semua pria di dunia Ever inginkan. Tahta, sebentar lagi. Harta, sedari dulu. Wanita... hmm... Bukan Pangeran Rey namanya bila tak diberi akses royal ke sana. Sedari muda, ayahanda raja sudah memperkenalkannya ke putri-putri belia di sekolah, berharap Rey muda akan jatuh cinta pada seorang gadis bangsawati ningrat. Yang belajar etika dan tata krama. Yang mengerti fungsi setiap sendok dan garpu serta letaknya di atas taplak meja makan kerajaan. Yang cekatan berdansa di 'ballroom' maupun bermain alat musik klasik. Dan tentu saja, saat malam terampil menghibur mata suaminya di atas ranjang dengan 'bustier' ketat yang memamerkan belahan dada aduhai, stoking tali sepaha penuh pita, dan semua fasilitas bermain cinta ala novel kerajaan jaman dahulu. Itu sudah rahasia umum di istana, karena seorang raja harus memiliki keturunan. Dan untuk itu, pernikahan adalah kewajiban. Dan keturuna