Joy tahu, ia tak bisa selalu dekat dengan Rey. Bahkan setelah Rey kini menjadi suaminya. Sebab Rey adalah seorang pangeran, putra mahkota, calon penerus tunggal monarki Evertonia yang suatu saat akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Dan belum tentu Joy bisa duduk mendampinginya sebagai ratu atau permaisuri.
Hukum kolot absolut Evertonia yang masih bertahan selama ratusan tahun mewajibkan seorang calon raja mempersunting calon ratu dari kalangan darah biru, bangsawati atau keturunan petinggi berdarah murni. Rey secara jenius telah berhasil meloloskan diri dari kewajiban itu dengan menikahi Joy diam-diam di pulau rahasia di luar Evertonia, di Evernesia nan permai, negara asal istrinya.
Tetap saja, keraguan masih membayangi pasangan pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya itu. Bagaimana bila ayahanda Rey yang kelak akan tahu, cepat atau lambat, akan membuat masalah baru dan berusaha memisahkan mereka?
Joy sering memendam cemburunya tanpa banyak kata-kata. Ia tak
Rey dan Joy kini berada di hamparan batuan terhalus nan sesekali disapa ombak, pantai landai teduh Pulau Cinta. Joy suka pasir putih. Sedari dahulu, yang ia impikan bukan pegunungan berselimut salju, atau bahkan langit biru berawan putih keperakan. Hanya ingin menjejakkan kaki di hamparan pasir putih bersih hangat yang lembut, dimana ia bisa membuat istana pasir, mencari kulit-kulit kerang yang masih utuh, bahkan mengubur diri di dalamnya, tentunya setengah badan saja.Makanya Rey membawanya ke pulau 'in the middle of nowhere' ini, agar seminggu penuh, mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa diganggu apapun dan siapapun.Tetap saja, dalam indahnya semua fantasi yang diwujudkan keduanya, kadang Joy malah teringat pada segala memori masa kecilnya. Dimana ia pertama kali bertemu 'pangeran tampan' di Fantasy World di karnaval Cinder Ella. Mirip dengan Rey? Mungkin, cuma pemuda ini orang berkulit putih dan seragamnya sedikit lebih meriah, kurang lebih mirip seperti di film an
Joy suka hujan. Sebelum ia menikah dengan Rey, sehari-hari bila turun hujan sore-sore ia suka duduk membaca buku atau koran di teras rumah, minum secangkir minuman hangat, entah kopi atau teh.Ia senang mendengar rintik gerimis yang menenangkan, pink noise. Tak perlu setel alat pemutar musik, alam selalu menyediakan musik alami nan paling merdu. Yang sanggup membuai tidur hingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Asal jangan sampai banjir, tentu saja.Rey muda dulu juga sering duduk-duduk di teras balkon ruang tidur di istana Evertonia yang megah. Kamarnya terletak di lantai tertinggi, bukan di menara, tapi cukup tinggi untuk melihat pemandangan negerinya yang breathtaking. Hamparan kebun bunga mawar dan lavender berpuluh atau beratus-ratus hektar. Danau luas penuh angsa. Dan di kejauhan, puncak-puncak pegunungan hijau berkabut yang seringkali memamerkan indahnya pelangi.Tapi pangeran muda itu tidaklah terlalu bahagia. Ia sering bingung, apakah ia sudah bernasib begini
Coba tanyakan kepada semua orang yang mengenal keduanya. Apakah Joy maupun Rey biasanya begini liar? Hmm.Joy tak pernah terkesan seperti cewek genit, liar, atau nakal. No, no, no. Bila saja betul-betul bisa terlihat kasat mata, mungkin sudah ada halo melingkar di atas rambut bob merah kecoklatannya. Murid alim dan anak baik-baik, seperti gadis sekolahan sejati yang dipingit, pulang pergi belajar dari sekolah atau kursus, langsung wajib masuk rumah dan tak kemana-mana lagi di malam hari. Bukan anak gaul, apalagi anak disko. Minum bir seteguk dua saja ia gampang mabuk, apalagi wine. Rokok tak pernah ia beli, hanya pernah mencoba sekali, dan spontan terbatuk-batuk hingga kapok. Sejak itu ia bersumpah, gak mau dekat atau jadian sama cowok perokok, gak perduli seberapapun tampannya.Begitu pula Rey. Si pangeran innocent yang sama sekali tak ada perawakan, tampang, maupun aroma-aroma playboy-nya. Walau punya sepeda motor, ia bukanlah biker sejati. Dan saat semua temannya yang
Deg. Deg. Deg.Pangeran Rey muda tak tahu mengapa undangan menggoda itu ia lewatkan begitu saja. Mungkin terlalu bodoh, atau sok sopan, atau sok suci. Bodoh amat apa kata orang. Aku tak ingin terjebak seperti kisah Yusuf dan istri Potifar si Wanita Penggoda. Demikian pikir Rey sambil terburu-buru pergi menelusuri lorong mansion keluarga Chelsea, setengah berlari sambil membawa kamera dan tas sekolahnya yang berat.Pengawal-pengawal dan pegawai rumah besar nan mewah itu terbengong heran dilewati Yang Mulia Pangeran Muda Rey. Tak biasanya pemuda tertinggi penghuni istana itu main ke rumah ini. Biasanya teman-teman pria Chelsea lain betah 'berlama-lama' di kamar si Nona Muda. Kok Pangeran Rey tidak? Mungkin itu bingung mereka yang dilewati, juga kok pangeran yang biasanya sopan kali ini diam saja, tak menyapa."Yang Mulia Pangeran Rey? Kok Anda tidak makan siang dulu di sini? Putri Chelsea sudah menyuruh kami menghidangkan masakan-masakan paling lezat dan minuman kopi
Kolam air hangat itu lamat-lamat mengepulkan uap tipis yang sayup-sayup beraroma sulfur alias belerang di sumber mata air alami, begitu menyegarkan. Joy heran mengapa ada tempat ini juga di pulau yang tak seberapa luas; pantai hangat, air terjun, hutan dan juga di sini, mata air hangat bagaikan di pegunungan tinggi."Padahal tak ada gunung berapi aktif di sekitar sini. Tapi kolam ini bisa terbentuk begini, hampir seperti di Onsen di film-film Zepun.""Makanya Pulau Cinta ini komplit, walau tak ada diskotik, restoran, jetski, sarana rekreasi hiburan bintang lima, atau bahkan pelayan dan pengawal. Di sini kita hanya berdua saja untuk seterusnya, dimana waktu seakan berhenti." Rey duduk berendam di kolam alami yang sama, hanya beberapa puluh sentimeter di seberang Joy."Ya, kalau saja kita tak usah kembali ke kehidupan nyata." tambahnya lagi sambil mendekat, lagi-lagi membawa Joy berdekatan hingga tubuh polos mereka beradu dan saling berpeluk. Uap yang mengepul dari a
Si gadis jelata Joy di waktu kecil, kira-kira usia SD, bukannya tak pernah sama sekali tercemar hal-hal begituan, walau dalam skala terkecil sekalipun. Meskipun ia tumbuh dalam keluarga penuh sopan santun dengan tata krama dan etika yang baik, bukan keluarga broken home, melainkan keluarga ideal berkecukupan yang bahagia dan sejahtera, tipe ideal dunia Ever. Ia masih teringat saat pertama kali diizinkan bepergian ke bioskop pada umur belum genap sepuluh tahun bersama si mbak pengasuhnya (pembantu rumah tangga) ke bioskop terdekat dari rumah, naik becak, kendaraan umum kayuh bertenaga manusia, yang masih populer di akhir tahun 80-an itu. Bukan atau belum seperti bioskop sinepleks berlogo 12, yang beberapa tahun kemudian di pertengahan 90-an muncul di gedung maupun di mal dan plaza bak jamur di musim hujan. Bukan juga layar tancap, ya. Melainkan gedung bioskop tunggal bertarif seribuan, dan sudah ber-AC juga. Tepat di sebelahnya juga ada pesaing, harga tiketnya cuma se
Pangeran Rey muda, mungkin saat masih SMP, juga bukan sepenuhnya anak ningrat nan alim seperti anggapan banyak orang. Menjadi panutan di Evertonia, secara diam-diam sang putra mahkota memiliki flaw-nya sendiri, dimana ia sebenarnya tak ingin begitu. Mungkin karena teman-temannya yang lebih berani mendahuluinya menuju padang rumput luas. Bagai domba yang selama ini terkurung di dalam kandang dan hanya diberi makan rumput hijau segar pilihan, anak-anak alim kerajaan ini pun masih lapar dan haus akan padang rumput dan air di sungai alam liar di luar sana. Rey seperti remaja lainnya, bila berkumpul tentu bukan cuma ngobrolin game, sport, mobil motor atau otomotif, komputer dan hal-hal tipikal pria lainnya. Satu hal lagi, yang tentunya kebanyakan laki-laki di seluruh dunia penasaran. Apalagi kalau bukan masalah memanjakan mata dan yang di bawah itu. Sesuatu yang kadang tak diminta pun ikut bangun, sesuatu yang ukurannya sering dipermasalahkan pemiliknya send
Bila kau baca cerita-cerita novel picisan atau bahkan film-film biru, baik yang kelas A maupun yang ala kadarnya, sepertinya bercinta itu mudah sekali. Hmm, apakah benar demikian? Tinggal masuk kamar, hempaskan ke ranjang, raba sana sini, buka, begituan, dan selesai. Tak semudah itu. Tak senaif itu. Sebab bercinta sebenarnya sangat kompleks, bukan cuma seperti yang dituliskan maupun digambarkan. Mungkin lebih mirip sebuah ritual. Atau penjelajahan, atau penemuan. Ritual, sebab melibatkan dua pihak yang memiliki perasaan dan keinginan, yang tentu tak bisa sembarangan diwujudkan. Karena itulah, maka sebelum dilakukan, sebaiknya meminta restu kepada pencipta, kepada orangtua, kepada keluarga. Sebab tali suci itu perlu terlebih dahulu dirangkaikan. Bukan diikat. Sebab bila diikat, tak selalu yang erat itu nikmat, ada kalanya malah menyiksa. Penjelajahan. Karena setiap mili, senti dan jengkal dari pasangan kita adalah sesuatu yang tidak kit