Home / Romansa / Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku) / Malam Pertama yang Penuh Hasrat

Share

Malam Pertama yang Penuh Hasrat

Author: Rara Arrazaq
last update Huling Na-update: 2023-12-20 09:59:07

Tiba di KUA, Pak kuaked alias penghulu menatap curiga pada Nala dan KTP di tangannya.

"Saya udah 18 tahun kok, Pak, lima bulan yang lalu. Berarti saya udah masuk dalam kategori delapan belas plus-plus," Nala langsung menginterupsi sebelum sang penghulu mengatakannya tidak cukup umur.

"Saya malah curiga usia di KTP dimudain. Baiklah kalau begitu, kita lanjutkan prosesnya," senyum sang penghulu.

Ingin rasanya Nala menutup muka mendengar jawaban Pak Penghulu. Gara-gara makeup yang dipakaikan maminya, ia jadi kelihatan lebih tua.

Gadis itu melirik pria tampan di sampingnya dengan pipi yang memerah. Untung saja laki-laki itu tak mendengar, atau memang tak peduli. Rautnya tampak datar dan kaku seperti biasa.

Setelah diberikan wejangan dan nasihat, pernikahan pun dilaksanakan. Semua persiapan dan kelengkapan data telah diurus oleh asisten Arshaka. Bahkan wali hakim untuk Nala.

"Saya terima nikahnya Lunala binti Bahuddin dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Mendengar ijab kabul yang diucapkan seorang lelaki dengan menyebut namanya, membuat sebuah rasa berdesir di dalam dada Nala. Sebuah rasa yang sulit diungkapkan.

Tak pernah terpikirkan sama sekali, ia akan menikah di usia muda dengan orang yang baru saja dikenalnya.

*

Malam pertama.

Dinda merasakan pelukan ibunya yang mendekap lama.

"Terimakasih, Sayang. Kamu menyelamatkan kita," ucap Laksmi dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf Mami terpaksa membuat kamu tak punya pilihan hidup."

"Ya udah, Mi. Yang penting sekarang Mami nggak perlu kerja lagi."

Laksmi membelai kepala putrinya, lalu menoleh pada Oma Erni yang sedang duduk di sofa dan tersenyum penuh arti.

Oma Erni bangkit dan menghampiri Nala dengan bantuan tongkatnya.

"Ayo, Oma temani kamu masuk ke dalam kamar."

Nala hanya menurut dan mengikuti langkah pelan wanita sepuh itu.

Namun mata cemerlang gadis itu seketika membulat saat Oma Erni membuka pintu sebuah kamar yang sangat luas. Dimana Arshaka sedang duduk di atas ranjang dengan laptop di pangkuannya.

"Oma, ini kamarnya Pak Arshaka, lho," bisiknya. Takut Arshaka mengetahui kedatangan mereka.

Oma Erni tersenyum mendengarnya.

"Iya. Ini juga sudah menjadi kamarmu sekarang."

"Eh? Nggak ah, Oma. Nanti Pak Arshaka marah. Nala tidur di kamar lain aja. Sama Mami juga boleh."

"Mana boleh begitu. Kamu ini sekarang sudah menjadi istrinya Arshaka. Tidak boleh lagi tidur dengan ibumu."

Melihat kedatangan neneknya, Arshaka turun dari ranjang dan berjalan menghampiri. Manik hitam gelapnya melirik Nala sekilas.

"Ada apa, Oma?"

"Ini, Oma antarkan istrimu. Dia tidak berani masuk sendiri. Perlakukan dia dengan sangat baik, kamu mengerti?"

Arshaka tak menjawabnya. Namun beberapa saat kemudian, ia menganggukkan kepala.

Dinda meneguk salivanya melihat anggukan kaku itu. Terbayang sudah bagaimana dinginnya suasana kamar itu nanti.

"Ya sudah kalau begitu, Oma tinggal dulu." Oma Erni tersenyum lembut dan mendorong pelan Nala ke dalam, sebelum kemudian menutupkan kembali pintu kamar.

Sepeninggalnya Oma Erni, Nala benar-benar merasakan apa yang dikhawatirkannya.

Sunyi, senyap, dan sepi.

Ketiga kata yang sama maknanya itu bahkan tak cukup mengumpamakan dinginnya suasana yang dirasakan Nala.

Arshaka sama sekali tak menerima kehadirannya. Membuat Nala hanya bisa berdiri canggung, tak berani melakukan apapun.

Sementara Arshaka kembali ke ranjang dan fokus dengan laptopnya.

Tok tok.

Bunyi ketukan di pintu membuat tatapan keduanya saling bertabrakan sejenak.

Nala menunjuk ragu ke arah pintu, sebagai kode menawarkan diri untuk membuka pintunya.

Arshaka mengangguk sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Bagaikan musafir yang sedang terdampar di gurun yang kering, Dinda langsung menghembuskan napas lega melihat ibunya yang datang.

"Alhamdulillah, Mami. Nala benar-benar nggak bisa napas di kamar ini. Nala tidur sama Mami aja, ya?"

Laksmi langsung mendelik. "Hush! Ngomong apaan sih, kamu? Mami cuma mau bawain minuman ini."

"Oh, pas banget. Leher Nala kayak habis dicekek, nih." Nala menenggak segelas minuman yang dibawa ibunya sampai tandas.

"Ini minuman apa? Kok kayak rasa jamu?"

"Ini memang jamu. Oma Erni yang ajari Mami buatkan ini, biar kalian rileks."

"Oh, ini memang yang Nala butuhin sekarang."

Nala langsung menyambar gelas satunya lagi dan meminumnya.

"Ya ampun, Nala! Kok diminum dua-duanya? Itu satu untuk suami kamu!" marah Laksmi.

"Ah, si Bapak songong itu mana sempat minum, Mi. Waktunya sangat berharga."

Laksmi menghela napas sambil mengibaskan tangannya. "Entahlah, Mami pusing sama sikap asal kamu itu. Pokoknya jangan lupa jaga sikap dan jangan malu-maluin!" wanti-wantinya.

Nala menunjukkan jempolnya dan menutup kembali pintu setelah ibunya pergi.

Beberapa saat setelah berdiri bingung sendirian, entah kenapa Nala merasa tubuhnya panas. Ia benar-benar gerah, padahal kamar luas itu sebenarnya sejuk.

"Saya ... pinjam kamar mandinya, ya?" tanyanya canggung.

Namun Arshaka tak merespon. Seolah tenggelam dalam pekerjaannya.

Tanpa menunggu lagi, Nala langsung mencari pintu toilet. Lalu bergegas ke pojok kiri kamar.

Kamar mandi yang mewah dan super bersih itu membuatnya terperangah sesaat. Namun kemudian ia cepat-cepat menuju wastafel.

Nala menepuk-nepuk air ke wajahnya pelan. Ia tak ingin riasan ibunya luntur. Sebagimana pesan sang ibu, "jangan sampai wajah kusam kamu keliatan sama Den Arshaka."

"Hufh, sejuknya ...," napasnya lega.

Semangatnya serasa bangkit kembali. Aliran darahnya terasa lancar bahkan memanas.

"Wah, efek jamu buatan Mami emang dahsyat. Mami bisa jualan jamu, nih," celetuknya sendiri.

Setelah merasa cukup mendinginkan dirinya, Nala beranjak keluar.

Ia melihat Arshaka masih di posisi yang sama. Matanya yang tajam menatap serius layar laptop. Hidungnya mancung, bentuk bibirnya begitu menawan, rahang kokoh, dan alis bak sayap elang.

Benar-benar tampilan yang macho.

Ditambah dengan bahunya yang lebar dan dada yang bidang.

Nala meneguk salivanya.

Entah kenapa, tatapannya tak bisa beralih. Sosok Arshaka tiba-tiba membuatnya terhipnotis. Menghadirkan desiran aneh di dalam aliran darahnya.

"Waduh? Ternyata si bapak songong ganteng juga?" gumamnya.

Tanpa sadar kakinya melangkah mendekati. Semakin dekat, ketampanan Arshaka semakin jelas dengan kulitnya yang bersih.

Apalagi saat aroma maskulin dari laki-laki itu tercium, membuat Nala kembali meneguk salivanya dengan dada yang berdebar.

Menyadari keberadaan Nala, Arshaka mengangkat wajahnya. Alis rapinya mengernyit.

"Ada apa?"

"Ehm, saya ... mau tidur," jawab Nala gugup.

Arshaka tampak tertegun sejenak. Lalu menelan saliva sehingga jakunnya yang menonjol terlihat naik turun.

Melihat leher yang kokoh itu, Nala semakin kepanasan. Hasratnya semakin timbul untuk menyentuh.

"Ini ranjangku. Kau bisa tidur di sofa," jawab Arshaka kemudian sambil melihat ke arah lain.

"Tapi kita udah nikah. Emang boleh tidur pisah?"

"Apa kau lupa dengan perjanjian yang sudah kau tandatangani?"

"Nggak. Di sana tertulis, bahwa saya nggak boleh mengganggu waktunya Bapak dan ...."

"Stop memanggilku Bapak!" potong Arshaka dingin. "Aku bukan ayahmu!"

"Terus saya harus manggil apa?"

Arshaka terdiam, tak tahu harus menjawab apa.

"Entahlah. Bikin tambah pusing saja. Yang penting jangan bapak!" tegasnya kemudian sambil memijat kening.

Nala menggigit bibirnya. Desiran di dalam darahnya semakin memanas. Menatap Arshaka dengan penuh harapan untuk bisa menyentuhnya.

"Om aja kalo gitu, ya? Om pusing? Biar Nala pijitin," tanyanya manja.

Gadis belia itu benar-benar kehilangan kewarasannya. Tangannya terulur untuk menyentuh rambut lebat Arshaka.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Foto dan Video

    Nala dan Alex melangkah keluar, tepat di saat Arshaka masuk ke dalam. Mata pria itu langsung menatap tajam. "Mas kenapa?" risau Alex begitu melihat wajah lebam Arshaka. "Tidak kenapa-napa," jawabnya dingin. "Kalian mau kemana?""Mau mesan cake pengantin buat resepsi nanti," jawab Alex. Netra hitam pekat Arshaka beralih pada Nala. "Kamu tidak boleh pergi!" tegasnya. "Aku perlu bantuanmu untuk mengobati ku."Nala ingin membantah, namun ia tak mungkin pergi begitu saja disaat laki-laki yang telah menjadi suaminya itu pulang dalam keadaan babak belur. Menoleh pada Alex, gadis itu tersenyum. "Kita pergi besok aja, ya."Alex mengangguk. Ia juga ingin tahu kenapa Arshaka tampak seperti orang yang baru saja berkelahi. Arshaka melangkah pergi ke kamarnya, diikuti Nala di belakang dengan wajah pasrah"Besok pergi denganku," ujar laki-laki itu begitu tiba di dalam kamar."Nala tak menjawab. Ia meletakkan tasnya di atas nakas dan keluar lagi dari kamar. Arshaka menatap kepergian gadis itu,

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Masih Ada Rasa

    Tok tok. Suara ketukan terdengar di pintu. Arshaka berbalik, menatap daun pintu dengan penuh harapan. Nala kembali? Kakinya yang panjang melangkah lebar kesana. Ia harus memperbaiki semuanya. Klik. Pintu terbuka, namun yang berdiri di baliknya ternyata adalah Ratih. "Ma?" lirihnya kecewa."Ya. Mama mau kasih baju yang tidak jadi kamu coba tadi. Tapi Mama yakin, ukurannya pas. Cepat bersiap, kita berangkat untuk lamaran sebentar lagi," titah Ratih. Arshaka menggeleng. "Tidak, Ma. Aku tidak bisa. Aku sudah menikah," tolaknya. Mata Ratih langsung melotot. "Apa Mama tidak salah dengar? Arsha, pernikahan itu adalah keinginan nenekmu! Mama tau kamu tidak menginginkannya. Mama juga tau kamu menyukai Serena.""Iya, tapi aku harus bertanggung jawab atas perempuan yang aku nikahi, Ma. Ini juga tidak adil untuk Serena. Dia harus tau kalau aku sudah menikah.""Pernikahan itu hanya di atas kertas. Mama akan mengurus perceraian dan menghilangkan jejaknya. Kamu hanya perlu bersiap untuk per

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Siapkan Uangnya, Aku Akan Pergi.

    Nala menatap lama ke arah pintu masuk butik, menunggu kedatangan sosok yang akan menjadi pengantin prianya."Gimana, Mami. Bagus tidak?" Alex keluar dari ruang ganti dengan jas putih yang seharusnya dicoba Arshaka. Laksmi menatap pemuda yang sangat baik padanya itu kagum. "Nak Alex gagah sekali," pujinya. "Mami sampai pangling."Alex menyengir. "Berarti Alex udah pantas dong, jadi pengantin baru?"Laksmi tersenyum. "Pantas sih pantas saja, tapi jangan dulu.""Kenapa?" "Kalau Mami punya anak laki-laki, Mami pinginnya anak laki-laki Mami mapan dan dewasa dulu baru menikah."Nala hanya mendengar sekilas percakapan Alex dengan ibunya. Ia masih menunggu kedatangan Arshaka dengan hati kesal. Tega sekali pria itu mencampakkan dirinya setelah mereguk manisnya. Kalau saja semuanya berjalan sesuai perjanjian, yakni ia tak boleh disentuh, pasti ia tak akan mengharap apa-apa. "Terus kenapa Mami izinkan Nala nikah muda?" tanya Alex. "Karena Nala perempuan. Mami tidak bisa membiarkannya bekerj

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Fitting Baju Bersama Orang yang Tepat

    "Baru semalam aku melihat orang meninggalkan pesta lajangnya. Apa kau sudah meminta maaf pada ibu mertua?" Gama tiba-tiba muncul dan menyunggingkan senyuman lebar."Minta maaf? Aku bahkan tak tau apa kesalahanku, dan aku memang tak melakukan kesalahan apapun!"Gama mengerutkan keningnya. "Kau meminta ibu mertuamu untuk memijat para tamu di pestamu. Ya walaupun cuma nikah kontrak, tapi dia tetap seorang ibu mertua. Menurutku sikapmu keterlaluan.""Apa?!" Arshaka benar-benar terkejut. "Aku tak pernah memintanya datang, apalagi untuk memijat!" "Tapi dia mengatakan kamu yang memintanya.""Kenapa bisa begitu?" Gama mengangkat kedua bahunya. Namun kemudian laki-laki berambut cepak itu teringat sesuatu. "Ah, iya. Aku melihat Leoni yang mengantarkannya.""Leoni?" Arshaka akhirnya menyadari sesuatu, ini pasti rencana mamanya. Ia bangkit menyambar kunci mobil dari atas meja. "Handle pekerjaan hari ini kalau aku belum kembali sampai sore nanti," titahnya. Lalu bergegas keluar dan berangkat me

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Cemburu dan Marah

    "Ada apa ini?" Arshaka muncul. Ia baru saja dari ruangan lain. Alex langsung menatap kakak laki-lakinya itu tajam. "Tidak ada apa-apa. Maaf sudah mengganggu pestamu. Aku akan membawa keluargaku pulang," jawabnya. Kening Arshaka berkerut mendengarnya. Tak tahu apa maksud Alex dan kenapa Alex tiba-tiba marah padanya. Tak peduli dengan reaksi bingung Arshaka, Alex mengajak Nala dan ibunya pergi."Ayo, Nala, Mami!" ucapnya sambil merangkul pundak Laksmi lembut dan membimbingnya keluar. Nala mengangguk. Melirik Arshaka sekilas lalu mengikuti langkah adik iparnya. "Alex, Mami bisa pulang sama aku. Kamu lanjutin pestanya aja," ucap Nala setelah mereka keluar."Iya, Nak Alex masuk saja lagi. Mami bisa pulang sama Nala," timpal Laksmi. "Nggak, Mi. Alex udah nggak nyaman sama pestanya.""Tapi nanti Mama kamu marah liat kamu pulang sementara pestanya belum selesai.""Berarti kita nggak usah pulang dulu. Kita makan-makan aja dulu, gimana? Mami juga pasti laper, kan?"Laksmi yang memang bel

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)    Bachelor Party

    Bab 16Pukul sebelas malam, Nala keluar dari kamarnya. Ia tak melihat Oma Erni dan ibunya yang biasanya duduk mengobrol di ruang duduk. "Tumben Oma Erni sama Mami nggak ngobrol malam ini, Mbak? Apa udah pada tidur?" tanyanya pada Ratna. "Iya, Non. Oma Erni udah masuk kamar karena nggak.ada teman ngobrolnya malam ini.""Emang Mami kemana? Apa udah tidur duluan?""Bukan, Non. Mami tadi saya liat pergi sama Non Leoni."Nala mengernyit. "Sama Leoni? Kemana?" "Nah, itu Mbak juga nggak tau, Non. Mungkin Mami mau beli sesuatu, terus dianterin Non Leoni."Kening Nala masih berkerut. Rasanya tak mungkin Leoni akan sudi mengantarkan ibunya. Selama ini Leoni begitu sinis padanya dan ibunya. "Mami nggak bilang apa-apa sebelum berangkat, Mbak?" Ratna menggeleng. "Nggak, Non."Entah kenap, Nala merasa cemas. Karena tak mungkin Leoni dengan senang hati pergi bersama ibunya, menjawab Laksmi bicara saja Leoni tak pernah. Sedang Nala merasa cemas, Leoni muncul di depan pintu. Namun tak ada Laksmi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status