공유

Perjanjian Menarik

작가: Rara Arrazaq
last update 최신 업데이트: 2023-12-20 09:57:57

Nala menatap bayangan wajahnya melalui cermin mungil di tangan. Ibunya kembali mendempul wajah belianya yang kusam terbakar matahari, dengan cream murah begitu tebal. Lipstik yang merah menyala dan cat alis yang sehitam arang. Selendang kuning yang biasa dipakai ibunya ke kondangan, dililit sedemikian rupa menjadi kerudung.

Menunggu di halte di tengah teriknya matahari siang membuat riasannya semakin berantakan. Nala berusaha mengipasi wajahnya dengan tangan. Ia tak boleh berkeringat sebelum bertemu Arshaka Gibran.

Laki-laki itu cuma mau meluangkan waktu sebentar. Itupun setelah ia meminta dengan sangat.

Beberapa saat kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya. Wajah tampan Arshaka muncul setelah jendelanya turun. Laki-laki itu tak menoleh sama sekali.

"Benar-benar songong!" gerutu Nala pelan. Tapi ia harus bisa menahan diri demi kelangsungan hidup bersama ibunya.

Gadis itu langsung bangkit, diiringi tatapan heran orang-orang di halte. Menilai penampilan si gadis yang tak cocok sama sekali dengan mobil jemputannya.

"Aku hanya punya waktu sebelum sampai di tempat janji temuku dengan klien," tegas laki-laki berhidung mancung itu sambil mengemudi..

Nala menarik napas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya pelan. Mengumpulkan kesabaran menghadapi orang seperti Arshaka. Lalu berusaha tersenyum semanis mungkin.

"Oke, begini Pak Arshaka, saya ingin mengatakan bahwa saya menerima perjodohan ini!" Nala langsung menyatakan tujuannya sambil melirik laki-laki tanpa ekspresi di sampingnya.

"Sudah terlambat," jawab laki-laki itu datar.

Nala terkesiap. Jawaban Arshaka membuat rencananya gagal dalam waktu singkat.

"Tapi Nenek Erni masih menunggu jawaban saya."

"Aku adalah cucunya. Jawabanku lebih penting baginya. Dan aku sudah memutuskan untuk menolak perjodohan ini."

Nala meremas jemarinya dengan raut gelisah. Bagaimana kalau ia gagal dan maminya akan ....

Tidak, ia tak boleh menyerah.

"Nenek Erni sudah menyetujui ...."

Tring.

Ucapan Nala tiba-tiba terpotong karena dering ponsel laki-laki itu.

"Halo," jawab Arshaka sambil memasang earphone di telinga. Mengabaikan gadis berpenampilan menor di sampingnya.

"Kau yakin Arsenio benar-benar mendapatkan kekerasan?" tanya laki-laki itu setelah beberapa saat. Ekspresinya yang datar tampak berubah dingin.

Nala menoleh penasaran, namun ia merasa itu sama sekali bukan urusannya.

"Aku akan ke sana sekarang!" geram Arshaka. Tangan kokohnya tiba-tiba memutar setir. Lalu mengemudikan mobilnya dengan kekuatan penuh.

Kali ini Nala tak bisa tinggal diam. Nyawanya bisa saja melayang dibawa mengebut seperti ini.

"Saya mau dibawa kemana ini? Jangan ngebut, dong. Nyawa ini cuma satu!" Nala kalang kabut mengencangkan sitbelt-nya.

Namun Arshaka seperti tidak mendengarnya sama sekali.

"Denger nggak, sih? Kalo punya urusan mendadak, Anda bisa turunkan saya di sini!" gadis itu meninggikan suaranya.

"Aku tidak punya waktu untuk itu!" jawab Arshaka singkat dengan tatapan fokus ke depan.

Nala mengepalkan tangannya lalu mendecih kesal. Apa sebegitu singkatnya waktu yang dimiliki laki-laki itu?

Ia hanya bisa memejamkan mata dengan bibir komat-kamit membaca doa. Berharap polantas melihat aksi kebut-kebutan mobil yang ditumpanginya.

Hingga akhirnya, mereka tiba di hadapan sebuah rumah minimalis dimana seorang anak laki-laki sedang berdiri di tengah panasnya matahari dengan wajah pucat.

Arshaka bergegas turun, lalu berlari ke arah si anak dan memeluknya.

Nala mengernyit. Siapa anak itu?

*

Menuju ke rumah sakit, Nala melihat betapa khawatir Arshaka terhadap anak kecil yang ditidurkan di kursi belakang.

Nala mengambil kesimpulan bahwa anak itu adalah keponakan Arshaka. Yang disebut Arsenio oleh laki-laki itu saat menelepon tadi.

Anak sekecil ini mendapatkan kekerasan? Dari siapa?

"Mama ...," lirih Arsenio mengigau.

Nala menatap iba. melepaskan sitbelt-nya, lalu melangkah ke belakang. Tak peduli rok kembangnya berkibar dan mengganggu penglihatan Arshaka.

Gadis itu duduk memangku kepala anak kecil yang malang itu penuh kasih.

"Mama," lirih bocah berusia enam tahun itu lagi. Tangan kecilnya bergerak memeluk lengan Nala.

Hingga tiba di rumah sakit, Arsenio tak mau melepaskan pelukannya. Seakan mencari perlindungan di dalam dekapan Nala.

Tanpa meminta persetujuan Arshaka, Nala menggendong Arsenio dan membawanya masuk.

Arsenio kemudian dimasukkan ke UGD dan Arshaka kembali menelepon asistennya.

"Urus ke pengadilan secepatnya! Hak asuh Arsenio harus jatuh padaku," titahnya.

"Itu tidak mudah, Tuan. Ibu tirinya Arsenio memiliki surat wasiat dari ayah kandung Arsenio langsung. Sedangkan dalam keluarga Anda tak ada yang sudah berumahtangga dan layak menjadi orang tua asuh. Kecuali, jika kedua orangtua Anda pulang dan mau mengasuh cucu mereka."

"Mereka tidak akan pernah menerima Arsenio! Kita harus mendapatkan hak asuh itu apapun yang terjadi!" Arshaka mematikan teleponnya dengan tangan terkepal.

Wajah dinginnya tampak tegang.

"Ehm," Nala berdeham dan menghampiri laki-laki bertubuh jangkung itu pelan.

"Saya udah setuju untuk menikah. Kenapa Anda nggak setuju aja biar hak asuhnya bisa cepat diurus?"

Arshaka menatapnya sinis.

"Aku bisa mendapatkan istri tanpa perjodohan ini."

"Tapi yang mau menerima pernikahan sesuai yang Anda inginkan cuma saya. Seperti yang Anda lihat, saya berasal dari kalangan bawah. Saya cuma butuh nafkah." Nala berusaha meyakinkan dengan hati penuh harap.

Arshaka menatap gadis menor itu sejenak. Lalu kembali berpaling dan terdiam dengan raut berpikir keras.

"Oke! Aku akan membuat kesepakatan."

Senyuman lega seketika mengembang di bibir mungil Nala.

"Siap, Pak! Saya siap mendengarkan kesepakatannya," sambutnya penuh semangat.

Arshaka langsung menoleh tajam saat dipanggil Pak. Namun ekspresi polos Nala membuatnya urung mempermasalahkan.

"Dengarkan kesepakatan ini baik-baik," titahnya.

"Eh, tapi bukannya kesepakatan itu datangnya dari dua belah pihak, ya?"

Kali ini tatapan Arshaka benar-benar menghujam, seolah ingin meremas bibir merah merona yang terus berbicara seenaknya itu.

"Aku akan membuat sebuah perjanjian yang harus kau patuhi," ralat Arshaka tanpa mengubah maksud ucapannya, bahwa yang bisa berbicara hanya dirinya.

"Pernikahan akan selesai setelah aku mendapatkan hak asuh keponakanku."

Nala terdiam. Kalau perjanjiannya seperti itu, berarti hidupnya dengan ibunya terjamin hanya sebentar saja. Bagaimana lagi kalau nanti Arshaka meminta haknya sebagai suami? Ia akan menjadi kembang yang dijandakan setelah diambil madunya.

"Saya menolak. Itu merugikan saya," tegasnya kemudian.

"Aku tidak akan menyentuhmu. Dan setelah pernikahan selesai aku akan memberimu uang sebanyak 1 miliar."

Mata Nala seketika membola. Satu miliar? Itu jumlah uang yang bisa membuatnya dan ibunya kaya raya mendadak. Tanpa merugi apapun ia akan mendapatkan uang sebanyak itu.

"Oke! Saya setuju!" terimanya cepat.

"Dengan syarat," tambah Arshaka. "Tak boleh ada cinta dan tak boleh mengganggu wa...."

"Waktu Anda," potong Nala.

"Bagus kalau kau sudah mengerti. Aku akan membuat surat perjanjiannya. Kau harus menandatanganinya nanti. Dan setelah dari rumah sakit, kita akan langsung ke KUA."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Foto dan Video

    Nala dan Alex melangkah keluar, tepat di saat Arshaka masuk ke dalam. Mata pria itu langsung menatap tajam. "Mas kenapa?" risau Alex begitu melihat wajah lebam Arshaka. "Tidak kenapa-napa," jawabnya dingin. "Kalian mau kemana?""Mau mesan cake pengantin buat resepsi nanti," jawab Alex. Netra hitam pekat Arshaka beralih pada Nala. "Kamu tidak boleh pergi!" tegasnya. "Aku perlu bantuanmu untuk mengobati ku."Nala ingin membantah, namun ia tak mungkin pergi begitu saja disaat laki-laki yang telah menjadi suaminya itu pulang dalam keadaan babak belur. Menoleh pada Alex, gadis itu tersenyum. "Kita pergi besok aja, ya."Alex mengangguk. Ia juga ingin tahu kenapa Arshaka tampak seperti orang yang baru saja berkelahi. Arshaka melangkah pergi ke kamarnya, diikuti Nala di belakang dengan wajah pasrah"Besok pergi denganku," ujar laki-laki itu begitu tiba di dalam kamar."Nala tak menjawab. Ia meletakkan tasnya di atas nakas dan keluar lagi dari kamar. Arshaka menatap kepergian gadis itu,

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Masih Ada Rasa

    Tok tok. Suara ketukan terdengar di pintu. Arshaka berbalik, menatap daun pintu dengan penuh harapan. Nala kembali? Kakinya yang panjang melangkah lebar kesana. Ia harus memperbaiki semuanya. Klik. Pintu terbuka, namun yang berdiri di baliknya ternyata adalah Ratih. "Ma?" lirihnya kecewa."Ya. Mama mau kasih baju yang tidak jadi kamu coba tadi. Tapi Mama yakin, ukurannya pas. Cepat bersiap, kita berangkat untuk lamaran sebentar lagi," titah Ratih. Arshaka menggeleng. "Tidak, Ma. Aku tidak bisa. Aku sudah menikah," tolaknya. Mata Ratih langsung melotot. "Apa Mama tidak salah dengar? Arsha, pernikahan itu adalah keinginan nenekmu! Mama tau kamu tidak menginginkannya. Mama juga tau kamu menyukai Serena.""Iya, tapi aku harus bertanggung jawab atas perempuan yang aku nikahi, Ma. Ini juga tidak adil untuk Serena. Dia harus tau kalau aku sudah menikah.""Pernikahan itu hanya di atas kertas. Mama akan mengurus perceraian dan menghilangkan jejaknya. Kamu hanya perlu bersiap untuk per

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Siapkan Uangnya, Aku Akan Pergi.

    Nala menatap lama ke arah pintu masuk butik, menunggu kedatangan sosok yang akan menjadi pengantin prianya."Gimana, Mami. Bagus tidak?" Alex keluar dari ruang ganti dengan jas putih yang seharusnya dicoba Arshaka. Laksmi menatap pemuda yang sangat baik padanya itu kagum. "Nak Alex gagah sekali," pujinya. "Mami sampai pangling."Alex menyengir. "Berarti Alex udah pantas dong, jadi pengantin baru?"Laksmi tersenyum. "Pantas sih pantas saja, tapi jangan dulu.""Kenapa?" "Kalau Mami punya anak laki-laki, Mami pinginnya anak laki-laki Mami mapan dan dewasa dulu baru menikah."Nala hanya mendengar sekilas percakapan Alex dengan ibunya. Ia masih menunggu kedatangan Arshaka dengan hati kesal. Tega sekali pria itu mencampakkan dirinya setelah mereguk manisnya. Kalau saja semuanya berjalan sesuai perjanjian, yakni ia tak boleh disentuh, pasti ia tak akan mengharap apa-apa. "Terus kenapa Mami izinkan Nala nikah muda?" tanya Alex. "Karena Nala perempuan. Mami tidak bisa membiarkannya bekerj

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Fitting Baju Bersama Orang yang Tepat

    "Baru semalam aku melihat orang meninggalkan pesta lajangnya. Apa kau sudah meminta maaf pada ibu mertua?" Gama tiba-tiba muncul dan menyunggingkan senyuman lebar."Minta maaf? Aku bahkan tak tau apa kesalahanku, dan aku memang tak melakukan kesalahan apapun!"Gama mengerutkan keningnya. "Kau meminta ibu mertuamu untuk memijat para tamu di pestamu. Ya walaupun cuma nikah kontrak, tapi dia tetap seorang ibu mertua. Menurutku sikapmu keterlaluan.""Apa?!" Arshaka benar-benar terkejut. "Aku tak pernah memintanya datang, apalagi untuk memijat!" "Tapi dia mengatakan kamu yang memintanya.""Kenapa bisa begitu?" Gama mengangkat kedua bahunya. Namun kemudian laki-laki berambut cepak itu teringat sesuatu. "Ah, iya. Aku melihat Leoni yang mengantarkannya.""Leoni?" Arshaka akhirnya menyadari sesuatu, ini pasti rencana mamanya. Ia bangkit menyambar kunci mobil dari atas meja. "Handle pekerjaan hari ini kalau aku belum kembali sampai sore nanti," titahnya. Lalu bergegas keluar dan berangkat me

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Cemburu dan Marah

    "Ada apa ini?" Arshaka muncul. Ia baru saja dari ruangan lain. Alex langsung menatap kakak laki-lakinya itu tajam. "Tidak ada apa-apa. Maaf sudah mengganggu pestamu. Aku akan membawa keluargaku pulang," jawabnya. Kening Arshaka berkerut mendengarnya. Tak tahu apa maksud Alex dan kenapa Alex tiba-tiba marah padanya. Tak peduli dengan reaksi bingung Arshaka, Alex mengajak Nala dan ibunya pergi."Ayo, Nala, Mami!" ucapnya sambil merangkul pundak Laksmi lembut dan membimbingnya keluar. Nala mengangguk. Melirik Arshaka sekilas lalu mengikuti langkah adik iparnya. "Alex, Mami bisa pulang sama aku. Kamu lanjutin pestanya aja," ucap Nala setelah mereka keluar."Iya, Nak Alex masuk saja lagi. Mami bisa pulang sama Nala," timpal Laksmi. "Nggak, Mi. Alex udah nggak nyaman sama pestanya.""Tapi nanti Mama kamu marah liat kamu pulang sementara pestanya belum selesai.""Berarti kita nggak usah pulang dulu. Kita makan-makan aja dulu, gimana? Mami juga pasti laper, kan?"Laksmi yang memang bel

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)    Bachelor Party

    Bab 16Pukul sebelas malam, Nala keluar dari kamarnya. Ia tak melihat Oma Erni dan ibunya yang biasanya duduk mengobrol di ruang duduk. "Tumben Oma Erni sama Mami nggak ngobrol malam ini, Mbak? Apa udah pada tidur?" tanyanya pada Ratna. "Iya, Non. Oma Erni udah masuk kamar karena nggak.ada teman ngobrolnya malam ini.""Emang Mami kemana? Apa udah tidur duluan?""Bukan, Non. Mami tadi saya liat pergi sama Non Leoni."Nala mengernyit. "Sama Leoni? Kemana?" "Nah, itu Mbak juga nggak tau, Non. Mungkin Mami mau beli sesuatu, terus dianterin Non Leoni."Kening Nala masih berkerut. Rasanya tak mungkin Leoni akan sudi mengantarkan ibunya. Selama ini Leoni begitu sinis padanya dan ibunya. "Mami nggak bilang apa-apa sebelum berangkat, Mbak?" Ratna menggeleng. "Nggak, Non."Entah kenap, Nala merasa cemas. Karena tak mungkin Leoni dengan senang hati pergi bersama ibunya, menjawab Laksmi bicara saja Leoni tak pernah. Sedang Nala merasa cemas, Leoni muncul di depan pintu. Namun tak ada Laksmi

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status