Home / Romansa / Hot Mother / 6. Daddy Nic

Share

6. Daddy Nic

Author: Amy_Asya
last update Huling Na-update: 2021-06-03 14:14:09

Sofia bangun ketika mendengar suara ketukan pintu. Dengan cepat, wanita itu mendudukkan diri di tepi tempat tidur. Berusaha mengembalikan kesadarannya.

Semalam, setelah meninggalkan Nicholas begitu saja, Sofia langsung terlelap. Mungkin karena kelelahan, membuat ibu muda itu terlelap dengan sangat cepat.

“Mom, El boleh masuk?” tanya suara kecil dari balik pintu.

Sofia tersenyum, ketika mendengar suara anaknya. Ya, El selalu meminta izin untuk melakukan segala hal, termasuk untuk dapat masuk ke dalam kamar ibunya sendiri.

Sofia segera berdiri, bergegas membuka pintu. Dia tersenyum mendapati wajah tampan milik El, yang masih berdiri di depan pintu menunggu dirinya.

“Mom lama sekali.” El tampak kesal karena harus menunggu lama.

Sofia langsung menyejajarkan tubuhnya, dengan tubuh anaknya, lalu mencubit gemas, pipi gembul itu.

“Mom!” El menatap tajam ibunya.

“Sorry Baby.” Sofia menangkup kedua pipi El, lalu menciumnya secara bergantian.

“Uh no Mom!” El mendorong Sofia yang terus menciumnya. “Dad bilang, El tidak boleh disentuh oleh sembarang wanita.”

Sofia membulatkan matanya. Dia bisa menebak, siapa yang mengajarkan anaknya hal seperti itu. Tentu saja Nicholas, pria itu selalu mengajarkan hal-hal aneh kepada El.

“Sayang, Mom ini ibumu bukan wanita lain yang seperti dikatakan Uncle Nic.”

“Dad, Mom! Daddy bilang, bahwa dia daddy El.”

Sofia menghembuskan napasnya, sekeras apa pun dia melarang El untuk memanggil Nicholas dengan sebutan daddy, tetapi tetap saja pria itu selalu melarang dan meminta El untuk memanggilnya dengan panggilan itu.

“Mom, daddy bilang kita harus segera sarapan.” El menarik baju Sofia.

“Uncle Nic masih di sini?”

Mendengar kata uncle, membuat El mengubah sedikit raut wajahnya. Entah kenapa ibunya itu selalu melarang dia memanggil daddy kepada Nicholas, kepada pria yang sudah dia kenal sejak kecil. El tidak pernah mengerti akan hubungan kedua orang dewasa itu, yang dia mau hanya mommy dan daddy sama seperti teman-temannya di sekolah.

Melihat raut wajah anaknya yang berubah, membuat Sofia mengerti. Bukan tidak mau membuat El bahagia, hanya saja dia tidak mau membuat El terlalu bergantung kepada Nicholas.

Bagaimanapun, Nicholas bukanlah ayah kandungnya. Terlebih lagi mereka hanya orang asing yang tidak sengaja dipertemukan.

“Mom mandi sebentar. Pergilah lebih dulu!” Sofia mengacak rambut hitam legam itu, lalu masuk kembali ke dalam kamar.

Dia melangkahkan kaki menuju kamar mandi, dan mulai menanggalkan pakaian satu persatu. Mengguyur tubuh polosnya di bawah shower.

Bayangan malam panas itu kembali terlintas di benaknya. Sofia, merutuki dirinya sendiri yang sampai sekarang tidak mampu mengingat dengan jelas wajah pria asing itu.

Andai saja, malam itu tidak pernah terjadi. Pasti anaknya tidak akan mengalami nasib yang malang seperti ini. Bukan menyesal karena telah memiliki El sebagai malaikat dalam hidupnya, tetapi Sofia merasa menyesal kenapa nasib malang harus menimpa El yang masih kecil dan belum tahu apa-apa.

“Bodoh! Bodoh!” Sofia menarik rambutnya sendiri. Menjatuhkan tubuhnya di bawah guyuran air.

Satu bulir bening, lolos begitu saja dari netra cokelat itu. Air matanya yang selama ini ditahannya kembali keluar. Apakah Sofia mulai lelah menghadapi jalan hidupnya?

Ya.

Terkadang dia merasa lelah menghadapi hidup seperti ini, tetapi bukan berarti dia menyerah begitu saja.

Tidak.

Sofia tidak akan menyerah, karena dia memiliki malaikat yang membuatnya kuat selama ini.

“Mom, El mau punya daddy seperti teman-teman di sekolah.” Perkataan anaknya itu selalu saja terngiang di telinga.

Apa selama ini perannya sebagai orang tua tunggal, tidak mampu menggantikan sosok seorang ayah bagi El?

Sofia menangis, mengeluarkan semua sesak di dada. Membuang beban berat yang mengimpit raga. Bukan tidak mau memberi El orang tua yang lengkap, hanya saja kesakitan di masa lalu membuatnya tidak percaya lagi dengan kata-kata atas nama CINTA. Masih ada luka yang membekas hingga saat ini.

Tidak salah bukan, jika Sofia menangis?

Karena sejatinya, Sofia tetaplah sosok wanita yang lemah. Sekeras apa dia berusaha untuk terlihat tangguh, tetap saja jiwanya selalu menangis di setiap malam.

“Kak, aku rindu pelukan kakak.”

Entah sudah berapa lama, ibu beranak 1 itu duduk di bawah guyuran air. 2 pria yang sedari tadi menunggunya pun mulai dilanda resah.

“Boy, kau sudah pastikan mom bangun kan tadi?”

El mengangguk. “Yeah Dad. Mom bilang dia akan membersihkan tubuhnya terlebih dulu.”

Entah kenapa perasaan Nicholas menjadi tidak tenang.

‘Apa Dia masih marah karena tadi malam?’ batin Nicholas.

“Boy, habiskan sarapanmu dan jangan lupa minum susunya. Dad akan memastikan kondisi mom dulu.”

El mengangguk patuh. Sejujurnya dia juga mengkhawatirkan ibunya. Hanya saja, dia masih sedikit marah, karena ibunya selalu saja melarangnya memanggil Nicholas dengan panggilan daddy. Toh selama ini, Nicholas sendiri yang selalu memintanya untuk dipanggil seperti itu.

Nicholas mengetuk pintu kamar Sofia.

“Fia!” panggil Nicholas di depan pintu kamar wanita itu

“Fia!” panggilnya sekali lagi, tetapi nihil. “Sofia!” panggilnya dengan sedikit berteriak.

Tanpa berpikir panjang, Nicholas membuka kamar Sofia yang kebetulan tidak dikunci. Dipandangnya setiap sudut kamar, tidak ada sosok wanita itu di sana.

“Fia!” Nicholas berjalan masuk ke dalam, mencari wanita yang sempat berdebat dengannya malam tadi.

Sayup-sayup indra pendengarannya menangkap suara gemercik air di dalam kamar mandi. Pria bernetra biru itu, tampak menautkan kedua alisnya. Selama itu, Sofia belum juga selesai dengan mandinya?

“Sofia, I’m here.” Nicholas mengetuk pintu kamar mandi. Berharap wanita itu untuk segera membuka pintunya.

“Fi ....” Panggilan Nicholas terjeda, karena wanita yang membuatnya khawatir akhirnya membuka pintu.

Dengan tubuh yang hanya di balut kimono, rambut pendeknya dibiarkan basah. Mata dan hidung wanita itu tampak memerah.

“Fia are you okay?” Nicholas menyentuh pundak wanita itu. Melihat kondisi Sofia yang terlihat berantakan, membuat Nicholas yakin bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Sofia tersenyum samar. “I’m okay. Don’t worry Nic.” Sofia berjalan melewati Nicholas, dia tidak mau Nicholas melihat kondisinya yang sedang berantakan.

Melihat Sofia pergi, dengan sigap Nicholas mencekal tangan Sofia. Lalu menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.

“Fia, ada apa?”

Sofia terdiam, dia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nicholas.

“Sofia!” Nicholas mengelus rambut berwarna cokelat tua itu. Logikanya semakin mengatakan bahwa Sofia sedang tidak baik-baik saja.

Sementara Sofia, wanita itu masih tetap terdiam. Untuk saat ini dia sedang tidak ingin apa pun. Sofia hanya butuh sebuah pelukan, untuk meredam segala gejolak yang ada di dalam dirinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hot Mother   140. Bab 140

    Ettan mendorong kursi roda milik ibunya dengan perasaan hampa. Wanita paru baya itu juga terlihat tidak sehat beberapa hari terakhir. Hari ini tepat empat belas hari setelah kejadian jatuhnya pesawat Air 367. Pencarian sudah ditutup, dan para korban yang sampai saat ini belum ditemukan, dinyatakan tiada. Sama seperti Sofia dan juga El. Ibu dan anak itu sama sekali tidak ditemukan. Hanya koper milik Sofia saja yang berhasil ditemukan dan dikembalikan kepada pihak keluarga. Tentu saja hal ini menjadi pukulan yang amat berat untuk Ettan dan juga ibunya, tidak terkecuali untuk Bagas, seorang ayah yang selama ini menganggap putrinya tidak pernah ada. Ettan menatap lautan dari balik kacamata hitamnya. Hari ini semua awak media, dan keluarga korban berkumpul di tepi pantai. Rencananya mereka akan melakukan upacara tabur bunga untuk memberi penghormatan yang terakhir. “Ettan, Sofia—“ Suara Soraya tertahan ketika ingin melanjutkan percakapannya. Ettan menunduk, kemudian berjongkok di hada

  • Hot Mother   139. Bab 139

    Nicholas menatap laut biru di hadapannya dengan dada yang terasa sesak. Sudah tujuh hari sejak kecelakaan pesawat yang ditumpangi Sofia terjadi, dan mereka masih belum bisa menemukan Sofia dan juga El. Bangkai dari badan pesawat sudah mulai bisa dievakuasi satu-persatu, begitu juga dengan para korban yang semuanya ditemukan dalam kondisi tidak selamat. Potongan tubuh manusia sudah seperti penampakan yang biasa bagi Nicholas dalam tujuh hari terakhir. Tentu, dia tidak diam berpangku tangan saja. Nicholas mengerahkan semua orang-orangnya untuk membantu proses pencarian. Namun, sampai detik ini baik tubuh maupun barang Sofia belum bisa ditemukan. “Ke mana kalian pergi? Apa kau ingin menghukumku dengan cara seperti ini, Fia?” Suara Nicholas terdengar lirih. Kulit pria itu sudah terlihat pucat dengan tubuh yang sedikit kurus. Dia sama sekali tidak pulang ke rumah, atau makan dengan teratur selama tujuh hari terakhir. Nicholas menghabiskan hari-harinya untuk bermalam di sini dengan para

  • Hot Mother   138. Bab 138

    Arnold memukul kemudi setirnya berkali-kali. Pria itu sudah terjebak macet hampir satu jam lamanya, dan di sinilah dia berada dengan rasa kesal yang luar biasa. Pria itu mematikan radio yang sejak tadi dia nyalakan. Berita di dalam sana itu-itu saja, dan Arnold mulai merasa bosan.Arnold menghela napas malas ketika ponselnya kembali berdering. Nama Arzan tertera di sana, dan ini entah sudah panggilan ke berapa dari temannya itu. “Halo, apalagi, Ar? Kau tidak bisa mencarikan aku solusi? Aku jenuh berada di tengah-tengah kemacetan ini!” bentak Arnold tanpa menunggu terlebih dahulu Arzan berbicara. Pria itu benar-benar kesal dan butuh sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya tersebut. “Arnold.” Suara Arzan terdengar lirih. Pria itu sama sekali tidak terdengar kesal setelah mendapatkan omelan dari Arnold. “Ada apa? Kenapa dengan suaramu?” tanya Arnold dengan raut wajah bingung. Arzan bukanlah orang yang bisa berbicara lirih seperti ini setelah dimarahi oleh Arnold. Biasanya pria itu ak

  • Hot Mother   137. Bab 137

    “Mommy, apa nanti dad akan menyusul kita?” Entah sudah pertanyaan keberapa yang Sofia dengar mulut anak laki-laki yang duduk di sampingnya itu. El menatap Sofia dengan serius. Sejak tadi Sofia belum memberikan jawaban yang memuaskan rasa penasarannya. Sofia terlihat bingung untuk sesaat. Namun, wanita itu sudah bertekad apa pun yang terjadi, mereka tidak akan lagi menyusahkan Nicholas. “Sepertinya tidak. Dengar El—“ Sofia langsung berusaha menyela ketika anak laki-lakinya itu ingin berkomentar. “Daddy mungkin ... maksud Mommy, sekarang kita harus bisa hidup mandiri. Di hidup daddy tidak hanya ada kita saja. Daddy juga punya kehidupan yang lain. Pekerjaan dia terlalu banyak sehingga menghabiskan banyak waktu. El mengerti maksud Mommy, kan, Sayang?” tanya Sofia dengan lembut. Tangan Sofia mengusap kepala El dengan penuh kasih sayang. Hanya penjelasan seperti ini yang bisa Sofia katakan. Usia El masih terlalu kecil untuk bisa memahami segala persoalan di hidup mereka. El menatap Sofia

  • Hot Mother   136. Bab 136

    “Pada pukul 13:00 wib pesawat Air 367, penerbangan Jakarta dengan tujuan kota Helsinki-Finlandia, dinyatakan hilang kontak di atas perairan laut Banten. Pesawat yang diawaki oleh 2 pilot dan co-pilot, dan 10 awak kabin, serta 99 penumpang yang merupakan warga negara asing maupun WNI juga dinyatakan hilang.Hingga berita ini diturunkan, baik pihak bandara maupun tim-tim yang bertugas sedang berupaya mencari keberadaan pesawat Air 367.” Nicholas menaikkan kepalanya yang tertunduk sejak duduk di ruang tunggu—yang sedang menunggu kepastian dari pihak bandara, mengenai mengapa penerbangan mereka harus tertunda. Namun, setelah mendengar berita yang baru saja disiarkan oleh media di televisi, mata pria itu menatap layar besar di hadapannya dengan sedikit ragu. Terdengar tarikan napas Nicholas dengan wajah sedikit gusar. Pria berkulit putih itu lalu berdiri dan berlari, menerobos keramaian. Sejak kembali dari luar tadi, dia baru sadar jika keadaan bandara sudah lebih ramai, dengan keberad

  • Hot Mother   135. Bab 135

    Arnold menyetir mobil dengan keadaan tidak karuan. Gugup, panik, marah, dan kecewa. Benaknya selalu bertanya-tanya sejak tadi, mengapa Sofia berniat pergi lagi? Mengapa Sofia melakukan hal ini lagi—meninggalkan dirinya dalam ketidakpastian? “Ah, sial!” Arnold memukul kemudi mobil dengan kuat. Amarah pria itu benar-benar membuncah saat ini. Kemarin-kemarin dia memang sengaja tidak menemui Sofia sampai fakta tentang siapa El jelas, tetapi bukan berarti dia akan melepaskan Sofia lagi, bukan? Sampai kapan pun Arnold tidak akan bisa menerima jika Sofia pergi lagi dari hidupnya, apalagi wanita itu membawa El. Anaknya! Entah apa dan bagaimana pikiran itu terus mengusik Arnold. Apakah saat ini Sofia sudah tahu jika Arnold menyelidiki El? Apa Sofia lari karena merasa takut jika El memang terbukti putranya, maka Arnold akan mengambil anak laki-laki itu? “Oh, Sofia! Tidak mungkin! Kalau memang kau berpikir seperti itu, itu hal yang mustahil. Aku tidak akan mengambil El dirimu, atau berniat

  • Hot Mother   134. Bab 134

    “Ar!” Arnold tersentak ketika mendengar suara Arzan yang memanggilnya dengan cukup kuat. Pria itu membuang napas dengan kasar lalu menatap Arzan dengan penuh tanya. “Kita ada rapat siang ini. Kau tidak lupa, bukan?” tanya Arzan dengan wajah heran. Arnold terlihat tidak sehat selama beberapa hari ini. “Kau baik-baik saja?” Arzan berjalan mendekati meja kerja Arnold, dan duduk di kursi yang saling berhadapan dengan temannya itu. Arnold mengangguk pelan. “Sudah dapat kabar dari rumah sakit?” “Belum.” Arzan kembali menatap Arnold dan memastikan jika pria itu benar-benar baik-baik saja. “Mereka bilang dalam 2 atau tiga hari lagi hasilnya akan keluar.”Arnold kembali mengangguk dengan wajah gelisah. Pria itu melepaskan kacamata dan meletakkan berkas-berkas yang sedang dibaca. “Bagaimana dengan Sofia? Kalian sudah menemukan di mana dia tinggal?” tanya Arnold dengan penuh harap. Semenjak Sofia pergi begitu saja di hari itu, Arnold sama sekali tidak bisa tenang.Arzan mengambil ponsel yang

  • Hot Mother   133. Pergi Kembali

    Kenzo berlari dengan terus meneriaki nama Sofia, ketika melihat wanita itu berjalan dengan El. Tidak! Dia tidak mungkin salah. Wanita yang sedang berjalan itu adalah Sofia. “Sofia!” panggil Kenzo dengan napas terengah-engah. Pria itu menatap Sofia dengan heran. Mengapa Sofia bisa ada di bandara? “Sofia, tunggu!” teriak Kenzo, tetapi sepertinya Sofia tidak mendengar sama sekali. Kenzo melihat ke pergelangan tangan kirinya. Jadwal penerbangannya sebentar lagi, tetapi dia juga tidak bisa pergi begitu saja setelah melihat Sofia. Apalagi setelah tahu ada seorang pria yang pergi bersama Sofia. “Shit! Sialan! Dia pergi begitu saja setelah mencampakkan Nicholas!” maki Kenzo dengan wajah kesal. Tangan pria itu mengambil ponsel di dalam saku jasnya. Demi apa pun jika dia tidak ingat bagaimana kondisi Nicholas sekarang, Kenzo tidak ingin memberitahu jika dia melihat Sofia di bandara. “Halo, Nic.” “Kau belum berangkat? Pesawatmu akan lepas landas sebentar lagi, bukan?” “Sofia!” jelas Kenzo d

  • Hot Mother   132. Rumah

    Sofia menatap pagar rumah mewah di hadapannya dengan bimbang. Entah bagaimana, dan mengapa hingga wanita itu bisa berakhir di tempat ini. Tempat di mana dia pernah menghabiskan masa kecilnya dulu. “Mommy, ini rumah siapa?” tanya El dengan wajah bingung. Sepulang dari sekolah Sofia tidak langsung mengajaknya pulang, melainkan kemari—ke sebuah rumah yang tidak tahu siapa pemiliknya. Sofia berjongkok di hadapan El lalu meraih tangan mungil putranya tersebut. Andai El tahu jika ini adalah rumah keluarga mereka juga. “Mommy menangis?” El mengusap pipi Sofia yang mendadak basah. Kenapa ibunya justru menangis? Anak laki-laki itu terlihat bingung. Akhir-akhir ini ibunya terlihat sering menangis. Sebenarnya siapa yang menyakiti ibunya? “Mom, apa semua orang jahat?” tanya El dengan lembut. Apa semua orang menyakiti ibunya? Sofia mengusap pipinya yang basah dengan senyum tipis. Wanita itu menggeleng pelan, dia sadar dengan pertanyaan El. Mungkin saja anak laki-laki itu sudah terlalu sering

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status