Yuki terkejut. Dia juga tidak menyangka akan niat Stevano yang sebenarnya. Dia baru paham setelah setelah Stevano menjelaskan."Aduh, aku malah salah paham dan terpaku sama pikiranku sendiri. Benar-benar bodoh kamu, Yuki. Bodoh," kata Yuki dalam hati."Om, om nggak salah. Jadi tolong jangan terus meminta maaf. Saya jadi ngerasa bersalah banget," kata Yuki."Lho, justru aku yang ngerasa nggak enak. Karena tindakanku yang nggak pikir panjang, kamau jadi mikir yang aneh-aneh. Untungnya kita segera meluruskan ini. Kalau enggak kamu pasti bakalan terus mikir aku nggak menyukaimu," kata Stevano."Karena om sudah meminta maaf dan menjelaska, saya pun juga akan meminta maaf dengan sepenuh hati. Maafkan saya ya om. Buat pikiran picik saya ini. Saya sudah salah menilai dan salah paham sama om. Sekali lagi saya minta maaf," kata Yuki nenundukkan kepala."Sudah, sudah. Masalah ini cukup sampai di sini saja. Kita anggap masalah ini nggak pernah ada. Ok," jawab Stevano."Gimana ini? Aku malah bikin
Terlihat Stevano begitu serius berbincang. Yuki yang melihat langsung bertanya pada Cristopher apa hal yang sudah terjadi."Apa ada masalah?" tanya Yuki menatap Cristopher. "Masalah?" tanya balik Cristopher. Menatap Yuki tidak mengerti maksud kekasihnya."Kamu nggak lihat? Papamu kayak lagi marah-marah tuh. Makanya aku tanya apa ada masalah? Atau beliau kalau lagi ngomong di telepon kayak gitu?" tanya Yuki lagi. Menjelaskan maksud pertanyaannya.Cristopher mengalihkan pandangannya ke balkon. Tempat di mana papanya berada. Dia megamati apa yang sedang papanya lakukan. Dar geraka tangan dan ekspresi wajah memang terlihat sedang kesal. Namun, Cristopher tidak tahu apa hal yang terjadi karena papanya tidak mengatakan apa-apa."Iya juga. Papa kayak lagi kesal. Ada apa ya? Apa jangan-jangan ada masalah? Coba nanti aku tanya deh," batin Cristopher."Bener nggak? Apa aku yang cuma sala sangka?" tanya Yuki. Menatap ke arah yang sama. Di mana Stevano berada.Cristopher mengalihkan pandangannya
Stevano dan Cristopher sedang asik berbincang. Sementara Yuki masih sibuk dengan piring kotor dan peralatan makan yang kotor di dapur. "Cepat bantu Yuki sana," perintah Stevano pada Cristopher."Papa nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Cristopher."Nggak apa-apa. Papa masih mau duduk lebih lama di sini," jawab Stevano."Ok, kalau gitu. Aku bantuin Yuki dulu. Kalau papa mau apa-apa atau ada perlu panggil aja," kata Cristopher. "Ya," jawab Stevano.Cristopher lantas pergi meninggalkan Stevano sendirian di balkon. Dia berlari masuk ke dalam rumah menuju dapur. Tempat di mana Yuki berada.Cristopher mendekat, lalu memeluk Yuki dari belakang."Sayang," panggil Cristopher dengan nada suara yang lembut.Yuki terkejut, untungnya dia tidak sedang memegang piring atau yang lainnya. Yang bisa saja beresiko jatuh dan pecah."Aduh, ngagetin aja sih. Untung gak pegang apa-apa. Gimana kalau aku pegang gelas atau piring, terus jatuh dan pecah? Kalau jatunya di tempat cucian piring sih nggak apa. Kal
Yuki, Cristopher dan Stevano sarapan bersama. Suasana begitu sunyi dan tenang sampai Stsvano membuka suara."Apa yang kamu makan itu? Bagaimana bisa kamu cuma makan 2 butir telur rebus?" tanya Stevano."Oh, ini ... " jawab Yuki ingin menjelaskan. Namun sayangnya ucapan Yuki dipotong Stevano."Apa kamu lagi diet? Cristopher menyuruhmu melakukan itu?" tanya Stevano menatap Yuki, lalu menatap Cristopher."Mana mungkin aku melakukannya. Aku bahkan rela memasak untuknya supaya dia banyak makan. Papa jangan menuduhku yang bukan-bukan," jawab Cristopher."Saya sendiri yang kepengan makan telur rebus, Om. Makanya saya minta Cristopher merebus telur untuk saya. Tolong jangan salah paham padanya," ucap Yuki memberitahu yang sebenarnya."Oh, begitu. Aku tidak tahu kenapa kamu cuma makan telur, tapi cobalah makanan yang aku bawa dari rumah. Terutama supnya," kata Stevano."Ya, saya akan coba. Silakam anda lanjut makan," kata Yuki.Cristopher mengambil mangkuk kecil, lalu mengambilkan sup dan dil
Keesokan harinya ...Yuki membuka mata tiba-tiba. Dia ingat akan apa yang dilakukannya sebelum terlelap tidur."Astaga," gumamnya. Yuki segera menutup wajahnya dengan dua tangan karena malu."Gila, sehari kemarin berapa kali aku dan Cristopher ... " batin Yuki tak menyelesaikan ucapan dihatinya.Tak lama Yuki menyingkirkan tangannya dan berpaling menatap Cristopher. Dilihatnya sang kekasih masih terlelap tidur. Yuki ingin melihat wajah kekasihnya, dia perlahan mendekat dan meraba wajah tampan Cristopher."Tampannya," gumam Yuki.Tangan Yuki menyibakkan rambut Cristopher. Sehingga dahi Cristopher terliat. Perlahan jari Yuki turun ke hidung Cristopher. "Aku masih nggak nyangka, seseorang yang sedang tidur di sampingku ini adalah kekasihku, sekaligus bosku di kantor. Semua ini kayak mimpi buatku," batin Yuki.Tiba-tiba Yuki kaget saat tangannya dipegang Cristopher. Dan Cristopher membuka lebar matanya."Eh, su-sudah bangun?" tanya Yuki kaget. Menatap Cristopher yang menatapnya lekat."A
Suasana hening, Yuki dan Cristopher sama-sama saling diam."Kok jadi diam-diaman sih?" batin Yuki."Sayang," panggil Yuki. Menatap Cristopher yang masih duduk di sampingnya."Ya?" jawab Cristopher menatap Yuki."Enggak apa-apa. Cuma buat mencairkan suasana aja. Soalnya sunyi," jawab Yuki."Yuki, boleh nggak aku ngomongin sesuatu sama kamu. Aku pengen ngobrolin sesuatu yang penting," tanya Cristopher meminta izin."Kenapa harus izin? Kamu boleh kok langsung ngomong. Nggak perlu izin segala," jawab Yuki."Nggak bisa. Aku harus izin supaya bisa enak jelasinnya. Aku nggak mau kamu salah paham dan mikir aku aneh karena tiba-tiba bahas sesuatu padahal kamu lagi nggak mood. Jadi, harus izin supaya sama-sama enak. Tolong ngerti ya," sahut Cristopher.Yuki tersenyum, "gemesnya. Pengertian banget sih kamu. Gimana nggak makin suka? Tiap hari dikasih perhatian dan dingertiin," katanya senang.Tangan Cristopher dipegang Yuki erat-erat, "bicaralah. Aku akan dengarkan apa yang mau kamu omongin," kat