Beranda / Romansa / Hot Night with Berondong / Bab 2 - Bertemu Lagi!

Share

Bab 2 - Bertemu Lagi!

Penulis: Ainjae
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 11:13:18

Felicia memekik kaget dan refleks menjatuhkan dompet Theo. Ia pun menutup mulutnya sambil melirik ke arah Theo yang masih terlelap.

‘I-ini… tidak mungkin kan?’

Dengan panik Felicia mengambil KTM itu sambil berharap kalau Theo adalah mahasiswa S2, bukan S1 yang masih bocah. Namun, saat Felicia melihat keterangan di KTM itu …

“Theodorus Leonell Wijaya, mahasiswa S1, jurusan Manajemen!” pekik Felicia tertahan,.

Felicia menatap tanggal lahir yang tertera di kartu tanda mahasiswa milik Theo. Astaga, ternyata umur Theo baru dua puluh satu tahun! Theo enam tahun lebih muda dari Felicia!

“A-aku tidur dengan berodong?!”

Felicia seketika merasa tertipu. Kakinya langsung lemas, dan hampir terjatuh kalau tangannya tidak memegang tangan sofa lebih dulu. Ini gila!

‘Aku merelakan keperawananku untuk bocah 21 tahun?! Gila kamu, Feli!’ 

Tidak, hubungan ini harus segera diselesaikan. Felicia tidak mau bermain-main cinta dengan bocah ingusan yang 6 tahun lebih muda darinya. Ia mencari suami, bukan berondong!

Felicia bergegas mengambil barang-barangnya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Ia harus kabur dari hotel itu sebelum Theo bangun. 

“Ternyata aku korban penipuan bocah kuliah! Sialan!” Felicia berseru kesal dalam perjalanan pulang ke rumah usai kabur dari hotel.

Pantas saja Felicia merasa aneh. Tadi malam sebelum berakhir di hotel, Felicia sempat mengajak Theo mengobrol tentang pekerjaan. Namun, jawaban Theo terdengar seperti orang bingung.

Felicia kira itu karena Theo gugup, tapi memang ilmunya belum sampai sana. Mana ada bocah kuliahan yang paham dunia orang kerja?

Begitu sampai di rumah, Felicia langsung mendapat sambutan sinis dari adiknya, William. Pria itu meliriknya dari sofa, dengan TV menyala di depannya.

“Dari mana aja kamu, Kak? Tadi malam nggak pulang,” tanya William.

Felicia tidak langsung menjawab adiknya yang sekarang genap berusia 25 tahun itu. Ia hanya diam menatapnya. Kira-kira bagaimana kalau adiknya tahu apa yang terjadi tadi malam? 

William itu pasti akan menertawakannya jika mengetahui dia menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda dari dirinya, apalagi menjadi korban penipuan sampai berakhir di ranjang!

“Dari rumah Diana,” bohong Felicia, menyebut nama salah satu temannya.

William tampak tidak curiga, dan hanya melengos untuk kembali menonton TV. Ya, untung saja Felicia memang sering menginap di rumah teman-temannya, termasuk Diana. 

Melihat dirinya lolos dari interogasi adik bawelnya itu, Felicia langsung melesat ke kamar. Namun, baru saja hendak rebahan, tiba-tiba terdengar dering dari ponselnya pertanda ada panggilan masuk. 

Theo memanggil….

Ketika melihat nama yang tertera di layar, Felicia sontak melotot.

“Aku harus blokir nomornya!”

Panik, Felicia bergegas menolak panggilan yang masuk dari Theo. Dia pun memblokir nomor Theo kemudian.

“Gila! Berondong!” pekik Felicia ketika teringat umur Theo.

Tipe idaman Felicia adalah pria yang lebih tua darinya. Jika tidak ada, yang seumuran pun tidak masalah. Karena itulah dia ingin berkencan dengan Theo, bahkan sampai membawanya ke hadapan sang ibu. 

Namun, siapa sangka, dunia begitu lucu sekarang.

Say no to berondong! Felicia tidak suka dengan pria yang masih bocah!

*

“Kenapa bengong?”

Felicia terlonjak kaget saat mendengar pertanyaan dari teman kerjanya sekaligus sahabatnya, Diana. 

Dua hari lalu merupakan hari terburuk sepanjang hidupnya. Ia tidak bisa tidur, dan Theo tetap berusaha menghubunginya melalui semua media sosial. 

Saking stresnya memblokir akun-akun Theo, Felicia sampai berangkat kerja satu jam lebih awal. Bukan untuk mulai bekerja, tapi hanya diam di depan komputer.

“Siapa yang bengong? Enggak tuh!” sangkal Felicia.

Diana menyipit curiga. “Lagi mikirin apa, hayo? Jangan-jangan … kamu udah punya pacar baru, ya?”

“E-enggak!”

Felicia diam. Kalau teman-temannya tahu dia menjadi korban penipuan bocah kuliah di aplikasi kencan, pasti dia akan ditertawakan. Saking sayangnya mereka dengan Felicia, bukannya menenangkan, mereka pasti mengumpat.

“Mampus! Nggak denger kata orang tua, sih!” Felicia sudah membayangkan suara Diana yang mengatakan itu di kepalanya.

Ah, sial. Felicia malah teringat lagi dengan malam panas bersama Theo.

Felicia ingat dengan jelas ukuran tubuh Theo. Gila! Bagaimana bisa bocah seperti Theo memiliki ukuran sebesar itu? Walaupun ini pertama kalinya untuk Felicia juga, setidaknya ia sudah beberapa kali menonton film dewasa, kan.

Memang Theo sangat menarik dari segi fisik, kepribadiannya dan suaranya juga oke. Namun, ketika mengingat bagaimana pria itu menipunya, Felicia kembali kesal dan marah.

“Hari ini katanya mau kedatangan anak magang,” suara Diana membuat Felicia membuyarkan lamunan mesumnya. “Ada yang ganteng nggak, ya?” 

Diana tertawa cekikikan setelahnya.

Felicia berdecak, sambil memutar bola matanya. “Ingat! Kamu udah punya suami!”

“Iyalah, aku tahu. Cuma butuh cuci mata, barangkali ada yang ganteng.”

Felicia tidak peduli ada yang tampan atau tidak. Dia tidak tertarik dengan anak magang, karena mereka pasti bocah-bocah ribet yang selalu tanya ini-itu. Jadi daripada bergosip tentang hal yang tidak penting, lebih baik dia mengurus pekerjaannya.

Tak lama, manajer Felicia datang diikuti oleh beberapa anak muda di belakangnya. Para karyawan yang penasaran pun menoleh, sepertinya itu para anak magang.

“Fel, lihat tuh. Ada yang ganteng, woi! Badannya juga bagus,” bisik Diana di sebelahnya.

“Nggak tertarik,” ucap Felicia sambil menatap layar komputer, tidak menoleh sama sekali.

Sang manajer menyuruh para anak magang itu untuk berkenalan. Mau tak mau, Felicia juga berdiri di mejanya, siap menyambut anak-anak magang itu.

“Halo, Bu.”

Deg!

Suara berat itu mengingatkan Felicia dengan desahan rendah di hotel malam itu. Tubuh Felicia langsung menegang. Perlahan, Felicia pun mengangkat pandangannya.

“Saya Theodorus, mohon bimbingannya untuk ke depan.” Benar, itu Theo, pria berondong yang tidur dengannya malam itu. 

Theo melempar senyum yang tidak Felicia ketahui maksudnya, tetapi senyum itu mampu membuat Felicia merinding dan teringat dengan kejadian malam panas waktu itu.

“Sa-saya Felicia.”

Felicia membalas jabat tangan Theo dengan dada berdebar hebat. Bagaimana bisa dia bertemu lagi dengan Theo?! Takdir macam apa ini?! Ingin rasanya Felicia menjerit lalu kabur dari sini secepatnya.

Namun, keterkejutan Felicia teralihkan saat menatap tangannya yang berjabatan dengan Theo. Dia terpana, otot tangan Theo terlihat seksi, tangannya pun kekar saat menggenggamnya.

Grep!

Felicia tersentak kaget saat Theo tiba-tiba meremas tangannya. 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hot Night with Berondong   Bab 97 - Our Daughter (End)

    Tahun pertama memimpin perusahaan tidaklah mudah. Tapi, Theo merasa beruntung karena didampingi oleh orang-orang yang baik yang mau membantunya. Untungnya, tak ada yang seperti Martin dalam memperlakukannya.Saat laporan keuangan kuartalan dirilis, laba bersih perusahaan yang mulai dipimpin oleh Theo turun sampai lebih dari sembilan persen, dan itu sempat membuat Theo tertekan. Meskipun bawahannya banyak yang menenangkannya, tapi Theo tetap kepikiran.“Nggak masalah, Pak Theo. Turun sembilan persen juga nggak terlalu besar untuk Pak Theo yang baru pertama kali menjabat,” ucap Brandon—sekretaris Theo.Theo menatap sekretarisnya yang sekarang itu, si Brandon. Dia direkomendasikan oleh sekretaris Martin, masih muda, dan merupakan adik dari sekretaris Martin. Sedangkan sekretaris Martin sudah ditempatkan di posisi lain yang tak kalah penting.“Tapi ini berdampak ke harga saham yang langsung anjlok,” sahut Theo. Saat ini dia sedang menatap grafik saham perusahaannya yang berada di fase down

  • Hot Night with Berondong   Bab 96 - Menjadi CEO

    Setelah mendengar cerita sekretaris Martin, Theo langsung mengusir pria itu. Theo takut lepas kendali dan emosi lalu menghajar sekretaris Martin, jadi lebih baik dia suruh pria itu pergi secepatnya.Selepas kepergian sekretaris Martin, Theo melemas, dia jatuh terduduk di sofa. Menunduk, dia mengusap wajahnya sambil menahan tangis.Felicia turut duduk di sebelah Theo, dia meraih tubuh Theo ke dalam pelukan, diusapnya lembut punggung Theo.“A-aku nggak nyangka, Mama …” Theo mulai terisak. Dia sedih membayangkan Mama kandungnya mengalami banyak penderitaan, bahkan meninggal karena diracun oleh Regina.Felicia tak sanggup berkata-kata, dia pun turut merasakan sedihnya. Sebagai istri Theo, dia hanya bisa terus mendekap Theo dan membiarkan Theo menumpahkan tangisnya.Namun, di saat kebenaran terungkap seperti ini, sayang sekali sang pelaku telah tiada. Regina bisa saja dipenjara atas perbuatannya kepada Mama kandung Theo, tetapi Regina telah meninggal.“Mama pasti menderita selama ini,” cic

  • Hot Night with Berondong   Bab 95 - Kebenaran

    “A-apa? Jangan bercanda!” seru Theo.Suara keras Theo mengejutkan semua orang, termasuk para tamu. Felicia juga merasa kaget, dia pun mengajak Theo untuk pergi dari keramaian bersama dengan sekretaris Martin yang mengikuti.“A-apa maksud ucapan anda tadi?” tanya Theo masih dengan raut kagetnya.Di sebelahnya, Felicia menggenggam tangan Theo, menguatkan Theo.“Saya nggak bercanda, Papa anda dan Mama tiri anda telah meninggal dunia,” jawab sekretaris Martin dengan raut sedih dan lelah yang tercetak jelas di wajahnya.Theo memang membenci Papanya, sangat. Tapi, kabar mendadak seperti ini tentu saja mengejutkannya.Sekretaris Martin lantas menjelaskan bahwa Martin telah mengetahui kabar pernikahan Felicia dan Theo. Martin berniat mencegatnya. Dan Regina pun mengikuti, berada dalam satu mobil yang sama dengan Martin.Namun, nahas, karena terlalu mengebut dan terburu-buru kemari, Martin dan Regina pun mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.“Saat ini jenazah Pak Martin dan Bu Regina m

  • Hot Night with Berondong   Bab 94 - Hari Bahagia & Kabar Mengejutkan

    Sulit bagi orang tua Felicia untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Karena itulah mereka butuh waktu untuk mencerna dan menenangkan diri, begitu juga dengan William yang sejak tadi lebih banyak marah.Sekarang tinggallah Theo dan Felicia berdua di ruang tamu. Semua orang meninggalkan mereka usai terkejut.“The, apa ini akan baik-baik aja?” tanya Felicia dengan gurat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.Theo mengangguk dengan senyum menenangkannya, ia meraih tangan Felicia, menggenggamnya, kemudian mengecup punggung tangannya.“Ya, kamu nggak perlu khawatir,” jawab Theo.Felicia membalas genggaman tangan Theo.“Soal Papamu … gimana?”Senyum Theo luntur seketika. “Papa pasti sedang sibuk mencariku di luar negeri. Nggak lama lagi pasti ketahuan kalau aku ada di sini. Karena itulah aku ingin menikahimu secepatnya, sebelum Papa muncul.”Felicia mengangguk.Tak lama, Marcell kembali ke dalam. Felicia langsung tersenyum kepada Marcell.“Marcell, makasih udah turut bicara d

  • Hot Night with Berondong   Bab 93 - Mengikhlaskan

    "Aku …”Felicia masih tampak ragu.“Please,” mohon Theo.Felicia mendongak, menatap wajah Theo yang terlihat semakin dewasa. Namun, sorot mata Theo tak berubah, sorot mata itu yang selalu meluluhkannya setiap kali Theo membujuknya.“Tapi, kamu tahu kan? Aku udah tunangan sama Marcell, udah mau nikah,” ucap Felicia.“Kalau kamu setuju, ayo kita bicara bareng ke Pak Marcell dan keluargamu. Ganti pengantin prianya jadi aku, aku siap menikahi kamu,” tegas Theo.Felicia nyaris melongo. Apa Theo serius? Sekarang ini Theo seperti sedang melamarnya saja.Felicia hendak bicara, tapi teringat kalau ia harus berangkat kerja, dan tak lama lagi adiknya serta orang tuanya akan keluar rumah.“Kita bicarakan lagi nanti malam,” kata Felicia.Theo mengangguk, terpaksa ia melepaskan tangan Felicia.*Malam harinya, Theo kembali mendatangi rumah Felicia, berdiri di depan gerbang. Ketika Felicia muncul, tiba-tiba Felicia menarik Theo berjalan pergi agak jauh dari rumahnya.Saat berhenti melangkah, tiba-ti

  • Hot Night with Berondong   Bab 92 - Permintaan Maaf

    Felicia meremas nampan di tangannya. Ia menahan diri untuk tidak menangis melihat sosok Theo yang sudah lama tidak ditemuinya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukan Theo.Pikir Felicia, Theo sudah melupakannya. Tak pernah sekalipun Theo memberi kabar, dan ia dibuat khawatir selama bertahun-tahun. Tapi, ternyata Theo masih baik-baik saja.“Kenapa kamu diam aja di situ? Kamu nggak lihat kalau di rumah saya sedang ada acara? Kamu bisa pergi sekarang,” usir Felicia sambil menatap tajam Theo.Theo membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia amat terkejut sampai lututnya terasa lemas. Susah payah ia berjuang untuk kabur, mengumpulkan uang, untuk menemui Felicia, tapi respon Felicia malah begini.Marcell yang tak menyangka respon Felicia akan begitu pun merasa kasihan kepada Theo.“Feli, jangan begitu, Theo juga tamu,” kata Marcell sambil tersenyum untuk mencairkan suasana. “Biarkan Theo masuk dan duduk di dalam.”Felicia tak merespon, ia memalingkan p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status