"Aku udah booking hotel. Let's having s*x!” Berawal dari aplikasi kencan, berakhir di ranjang. Felicia pikir, ia 'tidur’ dengan pria yang seumuran dengannya, namun ternyata pria itu 6 tahun lebih muda darinya! Berondong bukanlah tipe Felicia, jadi ia kabur setelah menghabiskan malam panas. Felicia berharap tidak bertemu lagi dengan berondong itu. Sialnya, berondong itu muncul kembali sebagai anak magang di tempat kerja Felicia. Akankah Felicia berakhir jatuh hati kepada berondong itu?
Lihat lebih banyak“Aku udah booking hotel. Let’s have s*x.”
Felicia menyatakan dengan berterus terang apa tujuannya menemui pria dari aplikasi kencan ini. Kali ini pasangan kencannya bernama Theo itu dan dia seumuran dengan Felicia, yaitu 27 tahun.
Sejujurnya, ini pertama kalinya buat Felicia mengajak tidur seorang pria. Pengalaman kencannya paling hanya makan di restoran atau menonton bioskop, hanya menjalankan kencan biasa. Dan semuanya pun tidak ada yang berhasil.
Jadi, ini mungkin sebagai peruntungan terakhirnya, setelah sang mama terus mendorongnya untuk menikah, atau akan dijodohkan dengan anak temannya.
Theo tampak tersedak minumannya sendiri. “Apa?”
“Kenapa kaget? Bukannya biasanya memang from Tunder to bed?” tanya Felicia.
Kali ini, Felicia tertarik dengan wajah dan penampilan pria bernama Theo ini dari foto yang tertera di aplikasi kencan online. Keterangan di sana juga menyebut kalau Theo seorang manajer pemasaran di suatu perusahaan.
‘Pria matang memang menantang!’ gumam Felicia sambil meneguk lagi minuman alkoholnya.
“Kayaknya kamu udah mabuk,” ujar Theo setelah membersihkan mulutnya. “Ayo pulang, rumah kamu di mana? Biar saya antar.”
“Aku nggak mabuk!” Felicia memang berseru seperti itu, tetapi tubuhnya terhuyung saat baru berdiri.
Felicia merasakan sebuah tangan kekar menopang pinggangnya saat itu. Ia menoleh, dan mendapati wajah Theo sangat dekat dengannya. Tanpa sadar, wanita itu tersenyum. Dari jarak sedekat ini, Theo memang sangat menawan.
Kulitnya bersih, dan sedikit kecokelatan. Hidungnya pun mancung, mirip pria-pria keturunan bule. Oh, ada satu yang paling menarik di mata Felicia.
Yaitu, bibir tebalnya yang sepertinya sangat manis itu.
“Hehehe….”
Felicia memang sudah gila. Ia hanya tertawa-tawa ketika Theo membawanya ke mobil, dan mendudukannya di kursi penumpang. Kepalanya sudah terasa ringan, dan tidak bisa berpikir jernih.
“Alamat kamu di mana?” Theo mengulangi pertanyaannya di bar tadi, sambil mengotak-atik ponsel. Mungkin membuka aplikasi peta.
Bukannya menyebutkan alamat rumah, Felicia malah menyebutkan lokasi hotel yang sudah di-booking olehnya. Katakanlah dia memang gila, tetapi pikiran tidak warasnya sungguh ingin memastikan Theo di ranjang.
Felicia tidak ingat pastinya bagaimana Theo membawanya sampai ke kamar yang ia booking. Ia hanya tahu pria itu merebahkannya di ranjang, membuka sepatunya, lalu menyelimutinya. Benar-benar tipikal pria gentleman.
“Mau ke mana? Hm?” Felicia menahan tangan Theo yang ingin beranjak begitu saja dari kamar itu.
Felicia menyeringai, sepertinya menyenangkan untuk menggoda pria yang tampak malu-malu seperti Theo. Ia beranjak dari atas kasur lalu mendekat ke arah Theo, dengan gilanya melepas pakaiannya sendiri sampai Theo melotot dibuatnya.
Felicia terus berjalan maju, sedangkan Theo berjalan mundur, hingga punggungnya membentur tembok. Felicia dapat melihat raut panik di wajah Theo,
Tetapi bukannya menjauh, Felicia malah semakin mendekat.
Theo menelan ludah. “Ja-jangan begini atau--”
“Atau apa?” bisik Felicia dengan suara serak-serak basah yang menggoda.
Felicia mengalungkan tangannya ke leher Theo, lalu berjinjit, hendak mencium bibir Theo. Pria itu tidak bergerak sedikit pun, yang membuat Felicia semakin tertantang.
Felicia melihat pria itu menelan ludahnya sendiri. Mata Theo yang berubah menjadi tajam itu menyusuri bibir dan dada Felicia. Wanita itu tersenyum, ingin kembali menggoda Theo.
Namun ia kalah cepat, karena pria itu sudah menggendong tubuh Felicia dan melemparnya ke kasur lebih dulu.
"Ap—"
Belum sempat Felicia bicara, Theo sudah lebih dulu membungkam bibir Felicia, menciumnya dengan ganas. Felicia kewalahan karena Theo melumat bibirnya tanpa ampun. Ciuman Theo terasa kaku, tapi begitu mendominasi dan berhasil membuai Felicia.
“S-stop! Sebentar!” Dengan panik, Felicia mendorong dada Theo. Sial sekali, padahal tadinya dia yang berniat menggoda Theo lebih dulu.
“Ini salahmu karena menggoda saya.” Theo menjawab sambil menciumi leher Felicia. Suaranya berubah menjadi serak karena terbakar gairah.
Felicia menahan napas ketika melihat Theo membuka bajunya sendiri dengan tergesa, kemudian kembali mencium bibirnya. Tangan Theo tak tinggal diam, bergerak meraba-raba tubuh Felicia.
Dari cara Theo membelainya, Felicia yakin kalau Theo adalah pria yang sudah berpengalaman. Ya, itu wajar saja mengingat umur Theo yang seumuran dengannya, pasti pengalaman Theo cukup banyak dengan para wanita ‘kan?
Pikiran Felicia buyar saat Theo merobek celana dalam tipisnya. Astaga, sepertinya pria yang satu ini sudah gila!
*
Felicia terbangun di pagi hari karena suara dering dari ponsel. Dia menoleh sejenak, menatap wajah tampan Theo yang masih tertidur pulas.
Felicia tersenyum mengingat pergulatan panas semalam. Untuk pengalaman pertamanya yang nekat, Theo bukan pasangan yang buruk. Ya walaupun, rasa sakit itu masih terasa sampai sekarang.
Felicia beranjak dari kasur dengan pinggang yang begitu nyeri. Ia melirik ke meja, ponsel yang terus berdering ternyata milik Theo.
Setelah memakai pakaiannya kembali, Felicia menghampiri meja dan hendak mengambil ponsel itu. Namun, dering teleponnya sudah mati lebih dulu.
“Dompetnya tebal amat,” gumam Felicia saat melihat dompet Theo yang tergeletak di atas meja.
Penasaran, Felicia mengambil dompet itu, lalu membukanya. Tenang saja, dia tidak berniat mencuri. Ia hanya penasaran, apa yang ada di dalam dompet pria matang, 27 tahun, yang bekerja sebagai manajer.
Dompet Theo berisi banyak uang tunai dan kartu-kartu. Mulai dari ATM, kartu kredit, SIM, sampai… black card?
Wow, sepertinya selain seorang manajer, Theo juga anak orang kaya.
Namun, saat akan meletakkan dompet itu kembali, Felicia malah salah fokus ke suatu benda yang terselip di antara kartu-kartu. Felicia mengambil sebuah kartu dan detik setelahnya, mata Felicia melotot.
“I-ini … Kartu Tanda Mahasiswa?!”
***
Tahun pertama memimpin perusahaan tidaklah mudah. Tapi, Theo merasa beruntung karena didampingi oleh orang-orang yang baik yang mau membantunya. Untungnya, tak ada yang seperti Martin dalam memperlakukannya.Saat laporan keuangan kuartalan dirilis, laba bersih perusahaan yang mulai dipimpin oleh Theo turun sampai lebih dari sembilan persen, dan itu sempat membuat Theo tertekan. Meskipun bawahannya banyak yang menenangkannya, tapi Theo tetap kepikiran.“Nggak masalah, Pak Theo. Turun sembilan persen juga nggak terlalu besar untuk Pak Theo yang baru pertama kali menjabat,” ucap Brandon—sekretaris Theo.Theo menatap sekretarisnya yang sekarang itu, si Brandon. Dia direkomendasikan oleh sekretaris Martin, masih muda, dan merupakan adik dari sekretaris Martin. Sedangkan sekretaris Martin sudah ditempatkan di posisi lain yang tak kalah penting.“Tapi ini berdampak ke harga saham yang langsung anjlok,” sahut Theo. Saat ini dia sedang menatap grafik saham perusahaannya yang berada di fase down
Setelah mendengar cerita sekretaris Martin, Theo langsung mengusir pria itu. Theo takut lepas kendali dan emosi lalu menghajar sekretaris Martin, jadi lebih baik dia suruh pria itu pergi secepatnya.Selepas kepergian sekretaris Martin, Theo melemas, dia jatuh terduduk di sofa. Menunduk, dia mengusap wajahnya sambil menahan tangis.Felicia turut duduk di sebelah Theo, dia meraih tubuh Theo ke dalam pelukan, diusapnya lembut punggung Theo.“A-aku nggak nyangka, Mama …” Theo mulai terisak. Dia sedih membayangkan Mama kandungnya mengalami banyak penderitaan, bahkan meninggal karena diracun oleh Regina.Felicia tak sanggup berkata-kata, dia pun turut merasakan sedihnya. Sebagai istri Theo, dia hanya bisa terus mendekap Theo dan membiarkan Theo menumpahkan tangisnya.Namun, di saat kebenaran terungkap seperti ini, sayang sekali sang pelaku telah tiada. Regina bisa saja dipenjara atas perbuatannya kepada Mama kandung Theo, tetapi Regina telah meninggal.“Mama pasti menderita selama ini,” cic
“A-apa? Jangan bercanda!” seru Theo.Suara keras Theo mengejutkan semua orang, termasuk para tamu. Felicia juga merasa kaget, dia pun mengajak Theo untuk pergi dari keramaian bersama dengan sekretaris Martin yang mengikuti.“A-apa maksud ucapan anda tadi?” tanya Theo masih dengan raut kagetnya.Di sebelahnya, Felicia menggenggam tangan Theo, menguatkan Theo.“Saya nggak bercanda, Papa anda dan Mama tiri anda telah meninggal dunia,” jawab sekretaris Martin dengan raut sedih dan lelah yang tercetak jelas di wajahnya.Theo memang membenci Papanya, sangat. Tapi, kabar mendadak seperti ini tentu saja mengejutkannya.Sekretaris Martin lantas menjelaskan bahwa Martin telah mengetahui kabar pernikahan Felicia dan Theo. Martin berniat mencegatnya. Dan Regina pun mengikuti, berada dalam satu mobil yang sama dengan Martin.Namun, nahas, karena terlalu mengebut dan terburu-buru kemari, Martin dan Regina pun mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.“Saat ini jenazah Pak Martin dan Bu Regina m
Sulit bagi orang tua Felicia untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Karena itulah mereka butuh waktu untuk mencerna dan menenangkan diri, begitu juga dengan William yang sejak tadi lebih banyak marah.Sekarang tinggallah Theo dan Felicia berdua di ruang tamu. Semua orang meninggalkan mereka usai terkejut.“The, apa ini akan baik-baik aja?” tanya Felicia dengan gurat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.Theo mengangguk dengan senyum menenangkannya, ia meraih tangan Felicia, menggenggamnya, kemudian mengecup punggung tangannya.“Ya, kamu nggak perlu khawatir,” jawab Theo.Felicia membalas genggaman tangan Theo.“Soal Papamu … gimana?”Senyum Theo luntur seketika. “Papa pasti sedang sibuk mencariku di luar negeri. Nggak lama lagi pasti ketahuan kalau aku ada di sini. Karena itulah aku ingin menikahimu secepatnya, sebelum Papa muncul.”Felicia mengangguk.Tak lama, Marcell kembali ke dalam. Felicia langsung tersenyum kepada Marcell.“Marcell, makasih udah turut bicara d
"Aku …”Felicia masih tampak ragu.“Please,” mohon Theo.Felicia mendongak, menatap wajah Theo yang terlihat semakin dewasa. Namun, sorot mata Theo tak berubah, sorot mata itu yang selalu meluluhkannya setiap kali Theo membujuknya.“Tapi, kamu tahu kan? Aku udah tunangan sama Marcell, udah mau nikah,” ucap Felicia.“Kalau kamu setuju, ayo kita bicara bareng ke Pak Marcell dan keluargamu. Ganti pengantin prianya jadi aku, aku siap menikahi kamu,” tegas Theo.Felicia nyaris melongo. Apa Theo serius? Sekarang ini Theo seperti sedang melamarnya saja.Felicia hendak bicara, tapi teringat kalau ia harus berangkat kerja, dan tak lama lagi adiknya serta orang tuanya akan keluar rumah.“Kita bicarakan lagi nanti malam,” kata Felicia.Theo mengangguk, terpaksa ia melepaskan tangan Felicia.*Malam harinya, Theo kembali mendatangi rumah Felicia, berdiri di depan gerbang. Ketika Felicia muncul, tiba-tiba Felicia menarik Theo berjalan pergi agak jauh dari rumahnya.Saat berhenti melangkah, tiba-ti
Felicia meremas nampan di tangannya. Ia menahan diri untuk tidak menangis melihat sosok Theo yang sudah lama tidak ditemuinya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukan Theo.Pikir Felicia, Theo sudah melupakannya. Tak pernah sekalipun Theo memberi kabar, dan ia dibuat khawatir selama bertahun-tahun. Tapi, ternyata Theo masih baik-baik saja.“Kenapa kamu diam aja di situ? Kamu nggak lihat kalau di rumah saya sedang ada acara? Kamu bisa pergi sekarang,” usir Felicia sambil menatap tajam Theo.Theo membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia amat terkejut sampai lututnya terasa lemas. Susah payah ia berjuang untuk kabur, mengumpulkan uang, untuk menemui Felicia, tapi respon Felicia malah begini.Marcell yang tak menyangka respon Felicia akan begitu pun merasa kasihan kepada Theo.“Feli, jangan begitu, Theo juga tamu,” kata Marcell sambil tersenyum untuk mencairkan suasana. “Biarkan Theo masuk dan duduk di dalam.”Felicia tak merespon, ia memalingkan p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen