William justru menggeleng dengan kuat mendengar permintaan Elliona, pria itu terlihat terlihat begitu rapuh saat ini. Matanya bahkan mulai memerah.
"Aku mohon! maafkan aku sayang!" ujar William sembari menunduk dan suaranya yang berat terdengar serak. Pria itu kini berlutut disamping ranjang milik putrinya. Menundukkan kepalanya dan bahu pria tegap itu mulai bergetar.
"Aku... Aku terlalu cemburu sehingga membuat kesalahan yang begitu fatal," ujar William lagi- lagi dan kini disertai lelehan air mata keluar dari ujung matanya. Pikiran dan hati pria itu benar- benar lelah saat ini. Ia butuh istrinya! Nafasnya! Dan hanya Elliona lah yang bisa mengobati perasaan kacau yang mendera dirinya saat ini.
Elliona membulatkan mata ketika melihat William berubah sekacau ini, memang saat melihat suaminya itu pulang, pria itu tampak berantakan sekali. Rambutnya acak- acakan, wjahnya tampak kusut, bahkan dasinya tak terpasang dengan benar. Ingin sekali ia bertanya kena
Sedangkan disisi lain seorang pria tampak duduk disebuah bar dengan melipat kakinya diatas meja, tangan kanannya digunakan untuk memutar- mutar gelas yang berisi dengan red wine sedangkan di tangan kirinya memegang satu batang rokok yang telah habis setengahnya. Bahkan di sampingnya ada dua orang wanita berpakaian sexy disebelah kiri dan kanannya sedang bergelayut manja dilenganya dengan tangan mereka yang tak berhenti bergerilya diatas kulit tubuh pria itu yang kini sedang bertelanjang dada."Kau lihat kekacauan yang terjadi di Luxury Gold hari ini Jey ?" tanya pria itu yang masih menatap red wine yang ia pegang dengan senyuman penuh kelicikan disana. "Aku sangat senang melihat wajah pria itu tampak kacau, ini membuatku sangat bahagia," kekeh pria itu yang tak lain adalah Lucas, dalang dari kekacauan yang dialami oleh perusahaan milik William.Orang kepercayaan Lucas yang bernama Jey itu hanya berdiam diri tak ingin menanggapi rancauan bosnya yang sudah setengah mabuk i
Saat ini tampak seorang pria tengah memandang dengan geram pemandangan memuakkan yang ada di depannya saat ini. Sesekali William mendengus kesal dengan hati yang menahan amarah melihat bagaimana baby Wilo begitu manja dengan seorang Alex Jeon. Pria yang membuatnya tak nyaman sejak dulu, terlebih lagi jika menyangkut istrinya. Kenapa pria ini harus kembali lagi pada keluarganya? Erang William dengan hati yang dongkol.Elliona yang melihat raut wajah masam yang ditunjukkan oleh William, mulai menyikut lengan sang suami untuk merubah mimik wajahnya. "Jangan pasang tampang seperti itu Will, kau ini ingin berdamai apa mengajak perang sih ?" ucap Elliona menyindir suaminya sendiri.Sedangkan William mencibir dalam hatinya ketika sang istri justru menikmati moment sang putri bersama mantan kekasihnya itu.William pun berdehem pelan, membenarkan sedikit letak duduknya yang sedari tadi terkesan angkuh didepan Alex kini merubahnya biasanya, meskipun dalam hatinya
"Hallo," ujar William dan mendadak tubuh pria itu menegang ketika ia mendengar suara Nara."Liam, help... Help me!" ujar Nara dari balik telepon. Dahkan suaranya terdengar terisak.Raut wajah William pun berubah panik "Kau dimana ?" tanya William begitu cemas. Setelah Nara memberitahu dimana di berasa tanpa aba- aja pria itu langsung saja mematikan sambungan telfonnya dan berjalan kedalam restoran dengan cukup tergesa.Ia melihat sang istri tengah mengajak putri kecil mereka berbicara di kereta bayi milik baby Wilo."Aku harus ke bertemu Vernon sekarang," ujar William setelah sampai disamping Elliona.Elliona sontak mendongakkan kepalanya dan menatap William merasa heran. "Tapi ini weekend Will, dan kau berjanji akan menemaniku membeli perlengkapan bayi bukan ?" tanya wanita itu merasa kesal karna William harus kembali disibukkan dengan urusan perusahaan.William mengusap pipi sang istri yang kini sedang merenggut kesal. "M
Dua orang manusia berbeda gender tampak sedang berbagi selimut diatas ranjang, salah satu lengan sang pria yang kini sedang bertelanjang dada ia digunakan sebagai bantal dari wanita yang kini tengah memeluk dirinya. Wanita yang memakai gaun tidur tipis itu tampak menempelkan tubuhnya pada tubuh atletis pria disampingnya. Dengan jari- jari lentiknya bergerak manja di dada bidang pria berkulit putih itu."Kau tahu bahwa aku masih sangat mencintaimu Liam," ucap Nada terdengar ke rungu William yang kini tampak memejamkam matanya. Pria itu hanya membalas dengan sebuah gumaman.Nara yang merasa tak puas dengan jawaban William, sontak mendongakkan kepalanya. "Apa kau benar- benar sudah tak mencintaiku lagi?" ucap Nara merasa kesal karna William selalu mengabaikan pengakuan cintanya."Tidurlah Nara! Apa kau tak lelah ?" ujar William dengan membuka matanya dan menatap langit- langit kamar apartement miliknya.Nara berdecak ketika William selalu
Happy Reading 🌿Ditunggu sekali responnya 🌹💸💸💸💸💸Elliona tampak menangis di ruang ICU melihat baby Wilo menangis histeris ketika dokter mencoba mencabut pecahan kaca yang menempel pada mulut bayi kecil itu. Rasanya pasti sakit sekali untuk mendapatkan perlakuan seperti itu bagi bayi sekecil itu.Elliona berusaha berkali- kali menghubungi William, namun pria itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Bahkan Vernon juga tidak tahu dimana keberadaan William. Baru kali ini Elliona merasakan kesedihan yang begitu menyesakkan kembali menyeruak kedalam dadanya. Melihat baby Wilo mendapatkan perawatan dokter dan tanpa ada William di sampingnya menambah kesedihannya bertumpuk berkali- kali lipat.Bahkan wanita hamil itu mengabaikan makan malamnya, padahal ia masih memiliki satu buah hati lagi yang membutuhkan asupan nutrisi dari dirinya. Elliona hanya ditemani oleh sopir pribadinya dan juga babysitter baby Wilo yang tampak sedih
Dengan langkah lebarnya William turun dari mobil begitu tergesa- gesa, bahkan pria itu tak memperdulikan Vernon yang masih memarkirkan mobilnya. Pria itu nyaris melompat dadi mobil, William tampak berantakan sekaligus panik untuk segera tahu dimana keberadaan putri kecilnya terbaring saat ini. Bagaimana keadaan bayi cantiknya itu.William berjalan cepat menuju meja informasi, "Dimana ruangan Wilona Aquinas Kim ?" tanya William dengan tidak sabar.Perawat yang bekerja pada bagian depan itupun sontak terkejut dengan nada tinggi yang dikeluarkan Wiliam, dengan begitu gugup perawat itu berkata, "Saya akan memeriksanya Tuan, mohon-..." ucapannya terhenti ketika William kembali berteriak marah dihadapannya lagi."Cepat cari dimana ruangannya, sialan ! Kau terlalu banyak bicara!" maki William dengan menatap perawat itu begitu nyalang. Dengan menuduk dan tangan nyaris bergetar takut perawat itu mulai menatap ke layar komputer. Bahkan sejak kedatangannya, William s
Saat ini William tengah menundukkan kepalanya sembari memengang tangan istrinya yang terpasang selang infus. Pria bermata sembab itu tak henti- hentinya mencium punggung tangan sang istri yang kini masih saja memejamkan matanya. Ini adalah kali kedua Elliona harus terbaring lemah di ranjang persakitan ini. Hal itu tentu saja membuat William tak bisa tenang. Dokter berkata jika wanitanya itu terlalu lelah, terlebih kondisinya yang tengah hamil juga membuat sang istri harus menahan sendirian beban dari dirinya sendiri dan juga calon anak kedua mereka, sehingga menguras tenaga sang istri lebih besar dari biasanya.William itu mengucapkan maaf berkali- kali, dirinya sadar jika akhir- akhir ini wantunya tersita banyak untuk pekerjaan dan juga untuk pengobatan Nara. Sehingga ia nyaris tak memiliki waktu yang banyak untuk memperhatikan istrinya sendiri."Maafkan aku sayang! Kau pasti kesusahan mengurus anak- anak kita sendirian," Ujar Wiliam dengan suara seraknya dan kembali meng
{M}Saat ini memang rasa kesal dalam hati Elliona tak sepenuhnya hilang, namun bukan berarti ia harus bersikap dingin pada William seterusnya. Beberapa hari ini William memang menepati janjinya untuk memperhatikan dirinya dan juga baby Wilo. Bahkan kamar inap sang putri seakan disulap menjadi ruang kerja untuknya. William melakukan pekerjaannya dari rumah sakit. Jika kebanyakan orang bekerja dari rumah, sedangkan suaminya itu bekerja dari rumah sakit.Tak hanya itu William juga mendapatkan amukan kemarahan dari nenek yang sekarang sedang bersama Caroline di Amsterdam. Wanita lanjut usia itu tak henti- hentinya mengatakan jika William bodoh, karna telah mengabaikan cicit kesayangannya.Disisi lain dari pekerjaan William yang dialihkan, Vernon lah yang menjadi imbas dari semuanya. Pria itu tak jarang harus bolak- balik dari Luxury menuju ke rumah sakit untuk sekedar meminta tanda tangan berkas, karna memang tak ada orang yang bisa dipercayai oleh WIliam selain Ver