Bab 14.BInilah yang tak aku sukai dari kang Dadang perangainya kasar, jarang sekali ia berlemah lembut atau bersikap romantis seperti pasangan pada umumnya, sangat jauh berbeda dengan Suryadi yang begitu lembut dan romantis.Saat ingin menjawab tanyanya tiba-tiba perutku terasa mual karena mencium aroma terasi goreng, mungkin itu Shanaz yang sedang membuat sambal terasi di dapur."Hooeeekk hooeeeek!" Tak kuhiraukan Kang Dadang, segera bergegas berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi dalam peru. Namun, tanpa belas kasihan Kang Dadang terus menyerang dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkanku.Tubuhku lemas rasanya, sudah beberapa hari tak makan nasi, hanya bubur ayam yang selalu mengganjal perutku."Jawab pertanyaanku, Tati!" Ia menjerit kembali dengan keras.Namun, tubuhku semakin melemah kepala pusing berkunang-kunang hingga semuanya gelap. Aku tak sadarkan diri.Setelah beberpa jam kembali tersadar, ada tetanggaku yang sedang memijat-mijat kening, dan ada juga Mak Iroh, pa
Bab 15 A HIbu masih diam, wajah bringasnya berubah menjadi pucat."S-sonia ... emm sebaiknya kita bicarakan ini di rumah, ini masalah keluarga," jawab ibu gelagapan.Nampak raut ketegangan yang terpancar dari wajah ibu."Ga mau! Aku maunya disini, aku mau secepatnya dinikahkan dengan Kak Surya, Bu!" pungkas Sonia sambil terisak.Begitu bucinnya dia terhadap Bang Surya, bahkan ia tak menyadari jika lelaki yang saat ini sedang ia dambakan masih milik orang lain. Apakah Sonia tak melihat akan rasa sakit hatiku? ah, bukankah sedari dulu ia memang egois selalu mementingkan dirinya sendiri."Sudahlah kita bicarakan ini di rumahnya Sarah," jawab ibu kekeh."Tidak bisa, Bu!" Tegasku semua netra kini tertuju padaku."Aku ga mau wanita ini menginjakkan kaki di rumahku lagi," seraya menunjuk wajah Sonia.Walau ia adikku tak sudi rasanya jika mengizinkannya kembali untuk menginjakkan kaki di rumahku."Sudahlah, Tati, tak usah berkelit bilang saja Sonia itu sebenarnya anak siapa, akui kesalahanmu
Bab 15.B HuNampak Bang Surya semakin dilanda rasa bimbang, ia mengacak rambutnya dengan kasar. Syukurin siapa suruh selingkuh, dia fikir aku wanita bodoh gitu, bisa seenaknya ia porotin lalu pergi gitu aja membawa aset-aset milikku. Udah hidup numpang, banyak tingkah pula!"Kak Surya!" teriak Sonia, Orang yang sedang termenung itu terperanjat mendengar teriakan yang memekikIa menatapku sendu, setelah itu menatap wajah Bapak."Bapak, mohon maafkan Surya. Mulai detik ini Surya kembalikan Sarah pada Bapak ..." ucapannya terhenti seraya memalingkan wajah kearahku, tatapan kami bertemu namun secepat kita aku membuang muka.Ia menghirup nafas dalam seakan lidahnya kelu untuk mengucap kata."Sarah Hendrawan binti Dadang Hendrawan ... detik ini aku jatuhkan talak satu padamu," ucapnya terbata tapi terdengar begitu tegas.Kupejamkan mata, mengharap sedikit kekuatan dalam jiwa, talak telah terucap, kalimat yang sangat dibenci oleh sang pencipta, aku meyakinkan diri jika hal ini terjadi bukanl
Bab 16.A HU(Pov Surya)Namaku Surya Wijaya, aku hanya tamatan Sekolah menengah atas, sebenarnya ibu dan ayahku menyekolahkan aku dan juga Kak Haris hingga ke perguruan tinggi, bahkan kami belajar di universitas yang sama.Namun, aku tak seperti Kak Haris yang pintar, entah mengapa otakku tak bisa menyerap setiap pelajaran di kampus, sangat kesulitan hingga tertinggal beberapa semester, selain itu aku juga sering bolos kuliah malas rasanya setiap hari pergi kuliah tapi otakku tak pintar-pintar juga, melelahkan mending main bersama teman-temanku, bisa balapan liar dan dapat uang.Pada akhirnya ayahku mengetahui kelakuanku selama ini yang sering bolos kuliah, ia pun memutus biaya kuliahku hingga pendidikanku terputus di tengah jalan, tapi itu tak masalah, dengan lapang dada aku menerima keputusan ayah, jadi aku bisa bermain dengan bebas tanpa ada beban dari tugas-tugas kuliah itu yang membuat kepalaku sakit.Awal mula bertemu dengan Sarah ketika di kantor, saat itu aku bekerja sebagai a
Semakin hari perasaan kami semakin menggebu, aku selalu mengantar Sonia pulang kampung hampir setiap akhir pekan, dan anehnya Sarah tak pernah keberatan dengan hal itu. Namun sangat berbeda dengan Bapaknya Sarah, berulang kali ia menegur kebersamaan kami. Mungkin ia merasa curiga akhirnya aku tak pernah lagi mengantar Sonia ke kampung halamannya, kami selalu menyempatkan untuk bertemu dimana pun itu yang terpenting bisa melepas rasa rindu.*Suatu hari aku mengajak ibu dan ayah untuk ke rumah Sarah, mereka menyangka jika aku akan meminang Sarah namun nyatanya Sonia lah gadis yang akan kupinang.Setelah mengutarakan isi hati dan tujuan kedatanganku, mereka semua marah besar ketika mendengar jika aku akan melamar Sonia, terutama ibu ia teramat menyayangi Sarah.Kami semua pulang membawa rasa kekecewaan masing-masing, karena Bapak Sarah pun tak menyetujui keinginanku menikah dengan Sonia.Tiba dirumah, kembali keluargaku melanjutkan tengkar."Ibu ga setuju kamu nikahin adiknya Sarah, ib
Bab 17 A."Mama, papa kemana sih kok ga pulang-pulang?" tanya Carla resah.Sudah kehabisan kata aku menjawabnya, beberapa kali aku mengatakan jika papanya sedang sibuk, tetap saja ia tak mengerti."Mama, cepetan telpon Papa biar Carla yang ngomong," rengeknya lagi seraya menarik-narik ujung bajuku."Sabar dong nanti juga pulang," balasku sambil tersenyumPadahal dalam hati aku tak tahu apakah papanya akan kemari lagi atau tidak. Serba salah jadinya mana kemarin aku sudah mengusirnya untuk tidak pernah datang lagi ke rumah ini."Tapi kapan, Ma, kok lama? udah ah cepetan telpon papa sekarang," rengeknya seraya merebut ponselku."Mamaaa!" kembali ia merengek seraya menarik-narik bajuku dengan kuat.Terpaksa aku mengambil ponsel dari tangan Carla kemudian menelpon Bang Surya, semoga saja dia ga kegeeran, tak menunggu lama telponku langsung diangkat."Iya, Sarah," suara bang Surya dari sebrang sana."Papaaa ... ini Carla papa cepetan pulang Carla kangen pengen belajar melukis lagi," ucap C
Bab 17.B HUTak lama terdengar keributan dari dalam rumah, sepertinya Sonia bertengkar dengan kekasih gelapnya itu, kemudian Bang Surya menyeret Sonia ke teras."Kamu ga boleh gitu dong, Abang kesini karena Carla. Kamu harus ngerti kalau Abang dan Sarah ada anak jadi hubungan kami ga akan terputus gitu aja," ungkap Bang Surya dengan romantis.Apa ia tak menyadari kalau aku duduk disini, mungkin aku dianggap patung kali."Tapi kamu seharian ada disini, aku ga suka kalau nengok bentar aja, abis itu pulang lagi," jawab Sonia dengan manja.Berasa mau muntah lihat gaya manjanya."Eh, Bang, kasih tau tuh selingkuhan kamu, ga boleh egois jadi orang kalau dia suka sama kamu yah harus bisa terima Carla, jangan hanya sayang papanya saja," cetusku kesal.Sontak mereka mengalihkan pandangan ke arahku."Ayolah, Kak, kita pergi dari sini," ujar Sonia seraya menyeret Bang Surya.Namun ketika mereka sudah berjalan di dekat gerbang tiba-tiba Carla berteriak."Papaaaa ... papa mau kemana lagi, ayok tem
bab 18.ABang Surya diam tak bersuara, mungkin sedang berfikir keras saat ini. "Ya udah alamatnya akan saya kasih lewat Whatsapp, udah dulu kalau gitu. Jangan lama-lama kesininya, saya lagi butuh," tutur Bang Surya kemudian telpon dimatikan.Tak lama ponsel Karina berdenting, pesan dari Bang Surya sudah masuk."Pak Surya sudah ngasih alamatnya, Bu. Tapi saya mohon jangan laporin saya ke Polisi," ungkapnya memelas."kirim dulu alamat itu ke saya," jawabku tegasAkhirnya alamat rumah Bang Surya sudah kudapatkan. Sekarang tinggal memberi pelajaran lagi kepada mereka berdua hingga jera."Ya sudah kamu ga akan saya laporkan ke polisi tapi, ini hari terakhir kamu kerja," jawabku ketus.Ia terlihat sedikit bergairah mendengar keputusanku."Iya, Bu gapapa. Saya minta maaf," ujarnya seraya menatapku"Saya maafin, tapi kamu ga bisa kerja disini lagi ... nanti pihak HRD akan mengurus surat pemecatan kamu!" aku beranjak dari hadapannya.terdengar Zylan memanggilku."Rah mau kemana kamu? jangan n