Meskipun pengaruh Keluarga Lopez di Kota Sakata tidak sebesar di Kota Guno, mereka tetap saja merupakan salah satu dari bangsawan teratas.Sebelum acara di mulai, Hotel Bestari, tempat jamuan makan diadakan, sudah penuh sesak.Satpam di sana tampak sedang menjaga ketertiban, tetapi pada kenyataannya, mereka sedang membuka jalan bagi para VIP.Callista datang dengan membawa mobil sendiri, satpam tersebut menyapukan pandangannya ke arah BMW mini tersebut, kemudian berkata, “Maaf Nyonya, di dalam sudah tidak ada tempat parkir, Anda bisa memarkirkan mobil Anda di pinggir jalan untuk sementara.”Sebelum Callista sempat menjawabnya, suara dengusan dingin terdengar dari mobil Maserati yang ada di sebelahnya.“Mobil seperti ini juga berani masuk ke dalam.”Callista menoleh ke samping, seorang wanita yang cantik menawan tampak duduk di dalam mobil.Wanita tersebut tampak mengenakan gaun beraksen V, dia sedang merias wajahnya di cermin. Melihat Callista menoleh ke arahnya, dia pun memutar bola m
Nona Miriam akhirnya muncul.Meskipun ini bukan daerah kekuasaannya, Nona Miriam tetap terlihat kuat.Dengan mengenakan rok panjang yang menjuntai, ujung roknya dilapisi berlian yang dijahit dengan tangan, Nona Miriam menggandeng tangan orang di sebelahnya dan berjalan turun. Penampilannya sangat angkuh, seperti seorang ratu yang datang menelusuri willayahnya sendiri.Melihat Nona Miriam yang begitu arogan, Lusianti mengernyitkan dahinya, tampak seperti tidak menyukai.Saat hendak berbicara dengan Callista, dia menyadari kalau Callista sedang membelakangi Nona Miriam, wajah Callista juga memucat."Callista, kamu kenapa?""Callista?"Callista tidak bisa lagi mendengar suara Lusianti, seluruh tubuhnya gemetar, perutnya keram seakan-akan ingin memuntahkan semua rasa takut yang ada di dalam tubuhnya.Kalau dia tidak salah melihat, orang yang ada di sebelah Nona Miriam itu Wendry.Kalau Wendry ada di sini, jangan-jangan dia juga ada di sini!Selama di Kota Guno, Wendry selalu bersama dengan
Jason awalnya tidak ingin menanggapi, tetapi suara yang memanggilnya sangat tidak asing dan dia langsung teringat kejadian Callista yang memanggil namanya sambil menangis.Tak lama kemudian, wanita di dalam ingatannya sudah berdiri di depannya.Rambut Callista diikat ke belakang, dia mengenakan gaun oriental berwarna putih mutiara, kerah bajunya menutupi separuh leher Callista.Tampak sedikit polos, tetapi tetap cantik.Peter mulai mengerutkan keningnya begitu melihat Callista. Sifat Callista sebelumnya cukup rasional, tetapi atas alasan apa dia datang lagi kemari.Pikiran Jason juga tidak jauh berbeda dengan Peter, dia sedikit menekukkan mulutnya, "Kenapa, kamu ingin aku membantumu lagi, bukan?"Ini hanya ucapan biasa, tetapi dia mengatakannya dengan intonasi penuh sarkas.Callista pun hanya pura-pura tidak tahu, "Tuan Jason, hari ini kakakku hadir, dia ingin menyapamu."Lusianti melihat Callista mengedipkan mata padanya, kemudian Lusianti berjalan dengan anggun dan tersenyum lembut m
Callista langsung berkata, "Ketika kamu muncul bersama Nona Miriam tadi, aku mendengar ada seseorang menyebutmu seperti itu."Wendry memandang Callista. Melihat wajahnya yang tenang, Wendry mengerutkan keningnya, lalu tersenyum, "Maaf, aku sudah salah orang."Callista juga ikut tertawa, "Kalau begitu, aku permisi ….""Nona Callista pasti berasal dari Kota Sakata."Sebelum Callista selesai berbicara, Wendry pun menyela, "Aku berasal dari Kota Guno, ini pertama kalinya aku datang ke Kota Sakata. Bisakah Nona Garcia merekomendasikan beberapa tempat menarik untukku.""Baiklah."Dibalik penampilan Callista yang tenang, dia merasa sangat cemas. Wendry pasti merasa curiga padanya. Semakin Callista berlama-lama, akan semakin berbahaya.Namun, dia tidak dapat menolak. Kalau dia menolak, akan terlihat tidak sopan.Selama saling berkenalan, Wendry terus memberikan pertanyaan, lebih seperti interogasi daripada sekedar rasa ingin tahu.Ketika Callista tidak dapat melarikan diri, ada seorang pelayan
"Apa?"Callista tertegun sejenak, sama sekali tidak mampu membayangkan Lusianti yang begitu lembut dan sopan, seperti apa yang dikatakan oleh Jason.Wajahnya tampak sangat tidak percaya.Jason tidak memedulikan, lalu mengangkat tangannya.Ada suara benda jatuh.Sebuah pemantik api dari logam jatuh ke atas meja, kemudian Jason, dengan sebatang rokok di mulutnya, bergumam, "Kemarilah dan nyalakan rokokku."Callista terdiam selama beberapa detik, lalu melangkah maju untuk mengambil pemantik api berwarna keemasan itu.Pemantik api ini belum pernah dia lihat sebelumnya. Tidak ada penutup dan roda penyala apinya berada di samping. Dia mencoba menjentikkannya beberapa kali, tetapi tidak berhasil.Perhatian Callista tertuju pada pemantik api, sampai-sampai dia tidak memperhatikan arahan dari Jason."Duduklah, aku akan mengajarimu."Jason sedang duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kaki.Hal-hal yang lebih intim saja sudah pernah mereka lakukan, jadi Callista tidak punya alasan untuk menol
Sebelum terikat kencang, bulu kuduk Callista telah berdiri."Jason, kamu dengarkan penjelasanku, telah terjadi kesalahpahaman di antara kita berdua."Dia menjelaskannya dengan terburu-buru, takut jika sampai telat menjelaskan, dia akan terjerat oleh tali dasi yang akan menyebabkan kematian untuknya.Callista bicara panjang lebar, mengatakan betapa dia mencintai Edbert lalu dikhianati olehnya, merasa tidak rela. Tentu saja dia tidak berani menceritakan mengenai identitas palsunya.Dia tidak takut jika Jason ingin menyelidikinya, yang dilakukan Nona Callista sebelumnya sudah cukup banyak.Jason mendengarkan dia berbicara dengan posisi seperti itu, lalu alisnya terangkat dan berkata, "Benci karena cinta?""Iya."Callista menganggukan kepalanya.Jason dengan gembira mengatakan, "Kenapa tidak katakan dari tadi, balas dendam, aku ahlinya."Akhirnya dia melepaskan ikatan dasi itu, lalu mengambil ponsel dan mulai menelepon."Halo, Edbert. Ada waktu?"Suara gugup sambil menyanjung terdengar dar
Callista menggigit bibirnya begitu mendengar suara Edbert. Takut akan secara tak sengaja mengucapkan sepatah kata. Dia menahan diri begitu keras, kenapa Jason malah memintanya untuk bersuara? Kenapa tidak sekalian saja menyuruhnya menampakkan diri saja? Jantung Callista berdegup kencang, tetapi dia tidak berani memperlihatkan ekspresi apa pun di wajahnya. Hanya melirik Jason dengan pandangan memelas dan memohon. Sayangnya, Jason bukanlah orang yang bisa diajak kerja sama.Pria itu tersenyum nakal dan hendak membuka mulutnya untuk memanggil Edbert, tetapi bibir Jason mendadak melunak. Lengan Callista seperti sulur tanaman melingkari leher Jason yang kuat dan ujung jari-jari wanita itu menggosok otot leher dan bahunya yang kukuh, memberikan sensasi kepuasan tersendiri.Jason mengangkat alisnya dan mengerti keinginan Callista untuk fokus pada hal ini terlebih dulu. Callista menggertakkan giginya dan berjuang untuk bertahan. Selama Jason tidak merespon, masalah ini masih bisa diselesaikan.
Sebagai tokoh utama hari ini, Miriam merupakan sosok yang sangat diminati. Menghadapi tamu-tamu yang datang untuk menyambutnya, dia terlihat angkuh dan hampir tidak terlihat senyum di wajahnya. Untunglah masih ada Wendry yang mengatasinya barulah bisa melewatinya. Setelah tamu pergi, Wendry berpikir dan berkata dengan penuh pertimbangan, "Miriam, ini adalah keluarga yang berkuasa di Kota Sakata. Bagaimanapun, bersikaplah lebih respek.""Memangnya kenapa kalau berkuasa di Kota Sakata? Apa mereka pantas mendapat respek dariku?"Wendry ingin mengatakan lebih banyak, tetapi disela oleh Miriam. "Sudahlah, tidak perlu berbicara tentang orang-orang yang tidak berarti itu. Di mana Jason? Kenapa dia belum datang?"Miriam mengadakan pesta ini demi Jason dan Wendry secara alamiah membantunya mencari."Jason sudah datang, tapi sudah lama tidak kelihatan. Entah pulang belum?""Pulang?"Suara Miriam mendadak meninggi, "Mustahil! Dia tidak bisa pergi tanpa mengatakan apa pun kepadaku.""Apa dia dibaw